Pagi itu Nia terbangun dengan kepala yang sedikit pusing dan mata yang sembab. Nia melihat pakaian yang dipakainya masih yang semalam.
Nia kembali mengingat kejadian semalam rasanya ia ingin menangis kembali namun lelah rasanya, akhirnya Nia bergegas untuk membersihkan diri dan segera turun untuk sarapan bersama.
Di meja makan nampak semuanya sudah berkumpul, Nia mengambil tempat duduk untuk segera ikut sarapan bersama.
Semuanya nampak diam tidak ada yang memulai percakapan hingga,
"semalam kenapa pergi gitu aja?" tanya bang Rama yang sudah pasti diperuntukan untukku.
"Nia nggak enak badan semalam" jawabku dengan menunduk takut menatap bang Rama.
"kamu nggak bakat jadi pembohong" sambung bang Reza dengan suara dinginnya.
Nia semakin menundukkan kepalanya, dia sadar betul apa yang membuat kedua abangnya itu marah, perlakuan tidak sopan ku semalam yang meninggalkan tamu sementara aku yang di butuhkan di sana.
"apa salahnya duduk dan dengarkan kelanjutannya?" tanya bang Rama lagi dengan suara yang semakin dingin
"Udalah bang, nanti bicaranya di lanjut setelah selesai makan" lerai mama yang nampak kasian dengan Nia.
"sekarang Nia lanjutkan makanya" ucap mama sambil mengelus lenganku.
***
Semua keluarga sudah berkumpul di ruang kuluarga, sesui perkataan mama tadi. Mereka akan membicarakan perihal semalam.
Mama memandang satu persatu anaknya seolah meminta persetujuan.
Ketiga abang Nia nampak mengangguk, sementara Nia hanya menunduk.
"Nia,mungkin ini terlalu mendadak untuk kamu, maaf tidak memberitahu kamu sebelumya, tapi mama melakukan ini semata-mata untuk kebaikan kamu," ucap mama dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"tapi Nia ngak mau di jodohin, Nia belum siap untuk menikah, dan lagi Nia bisa cari pasangan sendiri." ucap Nia yang sudah berlinang air mata.
"lo ngak di jodohin, jelas-jelas mereka datang kesini ngelamar lo, bisa bedaain ngak sih!" sambung bang Raka ketus.
"tapi tetap aja bang, Nia ngak tau siapa dia, Nia juga ngak tau dia orang seperti apa, bagaimana mungkin Nia menikah dengan orang yang bahkan Nia tidak pernah ketemu dan tidak Nia cintai." bantah Nia dengan tetap mempertahankan penolakanya.
"kalau itu yang jadi alasan kamu menolak lamaran Riyan kamu salah. Kita ngak akan setuju kalau kita ngak tau Riyan itu siapa," sambung bang Reza.
Mama di samping sudah menagis seseguk dengan mengengam taganku.
"Riyan itu laki-laki baik, mapan dan bertanggung jawab, kita ngak akan memberikan kamu ke sembarang orang. Abang, mama kita semua sayang sama kamu, makanya kita melakukan ini." sambung bang Rama.
"yang di katakan abang-abang kamu itu benar, kamu coba aja dulu," ucap mbak Nisa meyakinkanku.
"mama mohon ya nak, mama pegen lihat Nia menikah, mama sayang sama Nia, mama ingin anak perempuan mama jatuh ketagan orang yang tepat," ucap mama dengan penuh harap
"Nia coba aja dulu ketemu sama nak Riyan, kalau memang Nia merasa tidak cocok Nia bisa menolak lamaran ini, mama ngak akan maksa Nia" sambung mama lagi dengan muka yang sudah menunduk.
Nia benar-benar tidak bisa melihat mama memohon dan menagis seperti ini, mama adalah kelemahanya.
"mah jangan memohon seperti ini," ucap Nia dengan memeluk mama.
"iya Nia akan coba ketemu sama mas Riyan dan Nia akan mempertimbangkan lagi megenai lamaran ini" sambung Nia lagi.
Semua yang berada di ruangan itu nampak lega mendegar keputusan Nia.
"alhamdulillah, mama senang degarnya, degan kamu mau ketemu dengan Riyan saja mama sudah merasa senang." lanjut mama.
"udah selesai kan masa harunya, sekarang mama tinggal hubungin tante Mia dan atur pertemuanya dengan Mas Riyan," ucap Raka degan tersenyum bahagia.
"ya udah mama mau ke kamar dulu mau hubungin tante Mia." ucap mama dengan raut wajah kebahagiaan
Nia benar-benar bahagia melihat mamanya tersenyum.
***
"bang semoga keputusan yang Nia ambil ngak salah ya," ucap Nia memulai pembicaraan dengan abang-abangnya.
"Amin...." Ucap abang-abangnya serempak.
"Abang doakan yang terbaik untuk Nia," ucap bang Rama lagi.
"Makasih bang," ucap Nia terharu
Lalu Nia segera berhambur kepelukan Rama lalu diikuti oleh Reza dan juga Raka.
***
Mama kembali dari kamar dengan senyum yang terpatri di wajahnya.
"Nia mama tadi udah nelfon Tante Mia beliau senang karena Nia mau untuk ketemu sama Riyan, dan katanya Riyan besok datang untuk jemput kamu." Kata mama.
"Alhamdulillah kalau gitu,oh iya kenapa mas Riyan datangnya nanti besok, kok nggak hari ini aja?" Tanya Nia.
"Kenapa Lo nggak sabar ketemu calon suami, tadi aja ngotot nolak sekarang di cariin," cibir Raka.
"Ish apaan sih bang, orang nanya doang kok," Nia membela diri
"Emang bener kok, makanya jangan sok nolak," Raka tetap meledek Nia.
"Udah Raka kamu nih nanti kalau adek kamu berubah pikiran gimana" ucap mama melerai perdebatan Raka dan Rania.
"Riyan kan masih di Jakarta nuntasin pekerjaannya dulu, dia bakalan ambil penerbangan sore." Jelas mama.
"Emang mas Riyan kerja apa?" Tanya Nia lagi
"Makanya kalau ada orang ngomong itu di dengerin, jangan main kabur aja," sambung bang Reza.
"Iya, kan Nia Uda minta maaf,"
"Tanya aja besok pas ketemu Riyan," tutur bang Raka
"Masa iya Nia baru ketemu langsung nanya pekerjaan,"
"Ya nggak papa namanya juga calon istri kan perlu tau," balas Raka dengan nada mengejek
"Iya kaya Mbak Dina waktu ketemu sama Abang langsung to the point," tambah bang Reza sambil melirik istrinya yang duduk di sebelahnya.
"Dina nggak gitu ya mas, basa basi dulu," bantah Mbak Dina.
Semua yang ada di ruangan itupun tertawa melihat kelakuan bang Reza dan mbak Dina yang selalu mengungkit masalalu entah benar atau tidak hanya mereka yang tau.
"Udah ah Nia mau ke atas, males di ledekin terus di sini." Ucap Nia yang buru-buru ke kamarnya untuk menghindari ledekan dari keluarganya.
***
Haiiiihaiiihaiiii para pencinta dunia orange.
Up lagi nih aku🙂
Vote dan komen terus yah cerita aku🙂🙏
Dan jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian🙏🙂
Lopyou
KAMU SEDANG MEMBACA
R.R Couple
Fiksi UmumPernikahan tidak selancar air mengalir, tidak pula semulus jalan tol. Dalam pernikahan pasti ada hambatan dan rintangan, tinggal bagiman setiap pasangan menghadapinya. Begitu pula dengan Riyan dan Raniya, mulai dari pertengkarang kecil, hingga masal...