Chapter 12: Waktu yang Murni
Sinar matahari pagi terasa lebih hangat dan menyenangkan di surga. Semuanya begitu damai, hanya suara burung-burung spiritual yang melayang naik dan turun di dahan pohon yang penuh dengan energi kehidupan.
Entah apakah itu dikarenakan ketenangan yang berlebihan sehingga membuat seseorang merasa takut, jantung Yang Mulia Qi Ying bergemuruh seperti genderang perang begitu membuka matanya setelah semalaman larut dalam mimpi.
Apa yang ada di hadapannya adalah sebuah kecantikan. Mungkin detik ini juga Quan Yi Zhen akan percaya bahwa ia memang di surga. Raut wajah yang lembut dan lemah memenuhi pandangannya. Quan Yi Zhen adalah satu-satunya di dunia ini yang berpikir bahwa sosok di balik sinar matahari ini bukanlah wujud tak terlihat yang nyata. Tapi dia memang ada.
Buang semua omong kosong itu dan lihat dengan matamu yang terbuka lebar.
Kerinduan yang terkumpul sedikit demi sedikit di hatinya kini tampaknya mulai memberikan sebuah ilusi akan sosok berharga itu. Quan Yi Zhen mengulurkan tangannya. Sejenak hanya untuk berhenti dan berpikir dalam ragu. Takut jika sosok rapuh itu akan terpencar sekali lagi jika ia menyentuhnya.
Tapi siapa dia? Yang Mulia Qi Ying yang hanya akan bertindak dengan pikiran pertama. Maka dari itu, tangan yang sempat berhenti itu bergerak lagi, perlahan tapi pasti menyentuhnya.
Begitu rapuh, seolah akan menghilang.
Sungguh, surga begitu baik padanya.
Keindahan itu bergerak, mengeluarkan suara serak yang dirindukannya. Mata sayu itu perlahan terbuka. Quan Yi Zhen masih ingat semangat masa muda yang pernah terpancar dari sepasang mata itu.
Sosoknya menjadi buram?!
Oh, bukan. Itu hanya genangan bening yang menutupi bola mata Quan Yi Zhen.
Yin Yu terkesiap, segera bangkit duduk bahkan sebelum menyadari semuanya. Hanya setelah beberapa saat Quan Yi Zhen bangkit dan ia melihat pada kedua tangannya.
"Yi Zhen bukan lagi raksasa?!"
Selama waktu itu, Quan Yi Zhen tetap menjadi patung air mancur yang menyedihkan. Yin Yu melihatnya dan tidak bisa untuk tidak merasa tersentuh.
"Yi Zhen, hentikan..."
Entah karena pendengarannya yang mendadak buruk atau daya tangkap otaknya yang terbalik, Quan Yi Zhen malah mengeraskan suara tangisannya, mengagetkan burung-burung yang berusaha mengikuti suasana syahdu.
Yin Yu panik, tidak tahu apa yang harus dilakukan di tengah kejutan pagi ini. Ia tergagap, "Yi Zhen! Ada apa? Kenapa kamu menangis?" Meskipun tidak ada gunanya menanyakan itu, tapi itulah yang bisa ia keluarkan pada akhirnya.
Tidak berguna. Tangisan Quan Yi Zhen semakin meliar setelah mendengar suaranya.
"Suara shixiong! Aku bisa mendengar suara shixiong!!"
Quan Yi Zhen ingin sekali mengatakan kalimat itu. Tapi isak tangisnya menghambat suara biasanya untuk keluar.
Meskipun selama ini Yin Yu juga pernah berbicara padanya, tapi itu adalah suara yang tidak sempurna yang dihasilkan dari wujud mininya. Dan untuk menangis keras dalam situasi bahagia ini, itu adalah salahnya sendiri jika ia tidak menangkap dengan benar.
Yin Yu benar-benar kewalahan, ingin mengeluarkan suara tapi takut usahanya hanya akan menambah jeritan shidi kecilnya. Dan memang, sebelum ia bahkan sempat membuka mulut, sebuah pelukan beruang mengurungnya.
Hangat sekali. Tubuh Quan Yi Zhen begitu hangat hingga membuat wajahnya memerah, menambah kepanikan lain.
Quan Yi Zhen sepertinya tidak berniat melepaskannya sedikitpun. Susah payah Yin Yu mengulurkan tangan untuk menenangkannya, menepuk punggung yang Yin Yu tidak tahu entah sejak kapan sudah selebar ini.
Quan Yi Zhen sudah bukan shidi kecilnya lagi.
Padahal dulu semuanya begitu murni, hanya ada hubungan shixiong dan shidi di antara mereka. Tidak kurang dan tidak lebih. Tapi arus yang mengguyurnya terlalu deras, ikut menyeret bocah itu dalam jalan hidupnya. Bahkan dengan seberapa keras Yin Yu berusaha memotong, benang penghubung di antara mereka hanya pernah mengaus, tapi tidak pernah putus berapapun banyak waktu berlalu.
Bahkan Yin Yu sudah merenung berulang kali. "Jika", saat itu ia tidak menolong Quan Yi Zhen dan membawa bocah itu bersamanya, apakah semuanya akan tetap sampai pada titik ini? Di samping itu, juga ada Jian Yu yang berada dekat dengan Yin Yu lebih lama, tapi sekali lagi "kenapa harus bocah ini?"
Jika kesimpulannya ada pada takdir, maka ia tidak akan berusaha mendebat lagi.
Bola mata Yin Yu yang bersinar redup bergetar pelan, menerawang jauh pada masa lalu sebelum segala peristiwa besar ini datang padanya.
Niatnya untuk membujuk Quan Yi Zhen runtuh seluruhnya. Di samping fakta bahwa suara tangisan Quan Yi Zhen sudah berangsur mereda, kini giliran bahu Yin Yu yang bergetar.
Tidak peduli lagi dengan rasa malu yang seharusnya ia rasakan, tangan Yin Yu yang memeluk Quan Yi Zhen tiba-tiba mengencang, kepalanya tenggelam ke dalam ceruk leher shidi itu.
Posisi mereka kini berbalik, shixiong kecil membutuhkan seseorang sebagai tempat untuk menumpahkan gemuruh riuh di hatinya.
Bohong kalau ia berkata tidak merindukan bocah ini. Bagaimanapun, Quan Yi Zhen adalah salah satu bagian dari masa lalunya yang bahagia.
Pelukan di antara mereka menghangat dalam diam. Pada saat ini, Yin Yu merasa amat lelah dengan naik-turun di dunia yang kacau. Ia hanya ingin beristirahat dengan tenang.
Pada saat ini apa yang ada dalam benaknya adalah bahwa sosok yang sedang didekapnya adalah bocah nakal dari tahun itu, yang selalu bertengger di jendela, mengganggunya dengan mata yang belum berpengalaman.
Bibirnya bergetar di dalam bahu tegap Quan Yi Zhen.
"Yi Zhen, shixiong merindukanmu."
TBC...
HUWAAA!!😭 Entah kenapa gw terhura ama tulisan sendiri...
Liat mereka yg adem ayem kek gitu bawa hati pgn nabok MXTX yg bikin akhir mereka jadi ngenesin😣
VnC nya ya gess👌
HauHau Yume-chan 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
[QuanYin] Bertemu Denganmu Lagi
Teen FictionSetelah kematian Yin Yu dalam kisah Heaven Official's Blessing, Quan Yi Zhen tidak bisa meninggalkan semua ingatan tentang shixiongnya. Ia bertekad untuk menghidupkan kembali Yin Yu dengan bantuan Hujan Darah Mencapai Bunga. Summary: Hanya kisah sam...