Jika harus dikatakan bahwa sebuah kalimat singkat bisa menghancurkan dunia, maka Yin Yu akan memegang pepatah itu dengan segenap hatinya mulai sekarang. Sungguh menyakitkan baginya untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi setelah pagi yang canggung itu.
Quan Yi Zhen tidak pernah lepas darinya sedetikpun, bahkan menghabiskan satu hari penuh di dalam istananya tanpa mau peduli dengan segala urusan surgawi. Yin Yu awalnya tidak memaksanya untuk pergi, dengan menganggap ini sebagai 'perayaan', ia menuruti apapun yang dikatakan bocah itu padanya.
Baiklah, itu tidak masalah jika hanya sekedar menemaninya makan, atau menghabiskan hari dengan menikmati pemandangan tenang surga yang sudah lama tidak dirasakan Yin Yu. Tapi puncak dari semua itu belum berlaku sampai malam hari tiba.
Tidak cukup menempel pada Yin Yu sepanjang hari seperti lem, bocah keriting itu mulai meminta hal-hal yang tidak masuk akal. Yin Yu mulai berpikir, ada sesuatu yang salah dengan anak ini. Yaa,, sejak awal Yin Yu memang tak pernah menganggap Quan Yi Zhen sama dengan orang lain, tapi kali ini... KEPALANYA BENAR-BENAR BERMASALAH!
Yin Yu mengutuk keputusannya untuk bersimpati, karena pada akhirnya, ialah yang menanggung. Yin Yu terus menolak dengan keras sepanjang rengekan Quan Yi Zhen yang meminta untuk tidur bersamanya.Oh, ayolah. Bukankah selama ini mereka sudah tidur bersama? Jika kali ini itu disertai izin resmi, bukankah 'kali ini' adalah sesuatu yang lain? Yin Yu tidak sebodoh itu untuk dengan mudahnya termakan umpan.
Di saat Yin Yu mengira usahanya telah berhasil karena mendengar Quan Yi Zhen berkata, "Baiklah..." dengan suara sedihnya, ia melunak sedikit. Tapi ternyata belum berhenti sampai di situ. Yang Mulia Qi Ying meminta lagi, "Kalau begitu shixiong, bolehkah aku menciummu? Bolehkah?"
Empat sudut yang sedari tadi bertengger di dahi Yin Yu mulai berdenyut. Mengingat dirinya yang sudah lelah dengan semua tarik ulur ini, Yin Yu memutuskan untuk mengakhirinya dengan cepat.
"Mm... Baiklah." Dengan berat hati dikatakannya.
Bukan akhir, tapi permulaan.
Yang Mulia Qi Ying benar-benar tidak bisa dipahami oleh orang normal. Izin dalam kata pertama memang hanya untuk mencium, tapi yang kedua dimaksudkan untuk 'hal lain'. Dan satu kata persetujuan dari Yin Yu dianggapnya sebagai persetujuan untuk dua keinginannya.
Entahlah, jadi siapa yang salah? Siapa yang bodoh?
Maka dari itu, malam yang panjang berlalu sangat lama.
Yin Yu berniat menendang kepala bocah itu begitu dia bangun di pagi hari berikutnya, tapi ternyata ia tidak punya kekuatan untuk melakukan itu. Menyerah, ia hanya bisa mengandalkan mulutnya untuk memarahi, tapi tak terucap juga ketika melihat wajah polos itu tampak bahagia. Ekspresi yang berbeda dari yang selama ini ia lihat. Mungkin benar, Yang Mulia Qi Ying
benar-benar bahagia..
.
.
Kembali ke awal, semuanya adalah berkat Yang Mulia Xian Le dan kekasihnya sang Raja Iblis Hujan Darah Mencapai Bunga yang membantu mereka, atau mungkin lebih tepatnya membantu Quan Yi Zhen. Jadi sangat tidak sopan jika tidak meluangkan waktu untuk mengucapkan terima kasih kepada keduanya. Apalagi, Yin Yu juga pernah berstatus sebagai bawahan Hua Cheng dan sudah dibantu olehnya berkali-kali. Apa haknya untuk bersikap kurang ajar?
Yin Yu mengingatkan shidinya berkali-kali untuk mengucapkan terima kasih dengan benar, melihat dari tidak adanya niat yang terpancar dari wajah itu.
Pagi menjelang siang, Yin Yu dan Quan Yi Zhen sampai di Manor Surga milik Hua Cheng. Para penjaga kediaman langsung membiarkan mereka masuk begitu melihat Yin Yu. Sebagian besar dari mereka tidak tahu apa yang terjadi pada orang kepercayaan tuan mereka dan hanya mengira dia menghilang karena tugas dan sudah kembali. Yin Yu berterima kasih dan masuk setelah diizinkan.
Pemandangan yang terpampang dari keduanya sangat berbeda dari hubungan yang dijalankan Yin Yu bersama seorang 'bocah'. Bagaimana dunia ini begitu berbeda?
Di halaman, entah apa yang mereka lakukan, canda tawa tak pernah berhenti terdengar dari pasangan itu. Tak mungkin menunggu saat yang tepat, Yin Yu dengan sopan menyapa, "Salam Tuan, Yang Mulia." Katanya sambil membungkuk dalam memberi hormat. Xie Lian menoleh, langsung terkesiap begitu melihat sosok Yin Yu, seketika berlari ke arahnya. Hua Cheng sedikit merasa terganggu dengan gangguan itu. Tapi tidak merasa terlalu buruk melihat siapa yang hadir.
Tanpa diduga, Xie Lian langsung menyerbu memeluk Yin Yu begitu sampai padanya, berseru dengan gembira, "Yang Mulia Yin Yu! Senang sekali bisa melihatmu lagi!" Yin Yu gelagapan dengan sikap ini, mulai merasakan hawa mengerikan yang mengalir perlahan dari belakang Xie Lian.
Ia tergagap, "Yang Mulia, aku juga senang bisa melihat Yang Mulia lagi, dan juga Tuanku." ia menangguk lagi ke arah Hua Cheng yang masih di belakang.
Hua Cheng maju perlahan sambil berkata, "Tidak perlu memanggilku tuan lagi. Kamu sudah menjadi orang yang bebas sejak lama." Yin Yu tersenyum rendah. "Terima kasih. Tapi sepertinya sulit untuk membuang kebiasaan."
Quan Yi Zhen mendekati forum kecil itu dan menyatukan kedua tangannya dengan serius. "Qi Ying, Quan Yi Zhen, mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia Xian Le dan Hujan Darah Mencapai Bunga untuk bantuan yang kuterima." Kemudian membungkuk hormat. Xie Lian terpana melihat anak yang selalu membuat masalah itu bersikap sedemikian sopan. Bahkan Yin Yu yang sebelum ini sudah menyiapkan permintaan maaf jika sampai Quan Yi Zhen bersikap tidak sopan melebarkan mata karena terkejut. Tiba-tiba ia merasa bahwa dirinya sendiri yang salah dalam hal ini, cepat-cepat ia mengikuti. "Yin Yu berterima kasih atas bantuan Tuan dan Yang Mulia."
Xie Lian merasa sedikit tidak nyaman dengan formalitas seperti ini, ia pun segera mencairkan suasana. "Yah, syukurlah semuanya berjalan dengan lancar. Aku ikut senang." Senyumnya terpancar begitu cerah, menenangkan semua yang di sekitarnya.
Tak lama kemudian, Quan Yi Zhen terlihat seperti menjawab suatu panggilan, dua jarinya diletakkan di pelipis, itu adalah panggilan spiritual. Dia bertanya sedikit, kemudian wajahnya menunjukkan ketidaksenangan ketika menutup panggilan itu.
Yin Yu bertanya, "Ada apa?"
Quan Yi Zhen masih merengut. "Ada tugas."
[Qi Ying dh kyk org kantoran aj, wkwkwk]
Yin Yu tampak tak acuh, hampir senang. "Kalau begitu pergilah. Aku akan menunggumu di sini." Quan Yi Zhen mulai tidak terima. "Tapi shixiong..." Empat sudut lain segera terbentuk di pelipis Yin Yu, ia tidak ingin menunjukkan sikap memalukan untuk membujuk shidinya di depan mantan tuan dan kekasihnya. Jadi ia tersenyum dan mengalihkan pandangan, tak mau tahu lagi.
Menyerah, Quan Yi Zhen menurunkan bahunya. "Baiklah..." Memberi hormat singkat kemudian pergi.
Setelah sosok Qi Ying menghilang, Yin Yu mengembalikan perhatiannya pada Xie Lian yang sepertinya cukup menikmati interaksi pasangan shixiong-shidi itu.
Yin Yu tampak ragu sejenak. Menguatkan diri ia memulai, "Tuan, Yang Mulia, ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan kalian."TBC...
Ceritanya Yume mau pamer coretan bobrok🙃😂 JANGAN DIKETAWAIN YA🤣🤣🤣
Kenapa disensor?
Yajelas karna bagian itu gw gagal:')♥️♥️♥️
Pgn bikin yg dramatis, tapi kaga bisa:'')
Yg ini aing suka... Bagaimana dgn readers?😊
Semoga chapter baru ini bisa membuat para readers senang,, lebih senang lgi klo bukan silent reader:v
Vote n coment ya gess...
See youHauHau Yume-chan 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
[QuanYin] Bertemu Denganmu Lagi
Teen FictionSetelah kematian Yin Yu dalam kisah Heaven Official's Blessing, Quan Yi Zhen tidak bisa meninggalkan semua ingatan tentang shixiongnya. Ia bertekad untuk menghidupkan kembali Yin Yu dengan bantuan Hujan Darah Mencapai Bunga. Summary: Hanya kisah sam...