VOTE COMMENT :)
Happy Reading x.
🎈🎈🎈
Langkah kaki Bianca terdengar begitu jelas dikoridor sekolah. Bagaimana tidak? Pengunjung sekolah masih sangat sedikit dan bahkan bisa dihitung jari. Bianca sengaja datang lebih awal --bahkan sangat awal-- ke sekolah karena ia memiliki tugas banyak sebelum kelas 12 lulus sekolah. Ralat, yang memiliki tugas ia dan Farhan selaku ketua OSIS, dan ia hanya ingin membantu saja.
"Ibu ketua!!!"
Seketika Bianca mengatur nafasnya dengan cepat karena terlonjak kaget dengan teriakan dan juga bocah yang tiba-tiba muncul didepan pintu ruangan OSISnya. Bianca memegang dadanya dan dirasa nafas sudah mulai normal kembali, ia mendongak melihat sumber suara yang sudah sangat familier ditelinganya.
"Bisa ga si jadi anak baik sekali-kali? Ngucap salam kek, sungkeman kek kalo ketemu," protes Bianca menatap tajam pada Dimas yang hanya cengengesan bodoh.
"Ya ampun bu maafin saya, saya memang durhaka, hiks," Dimas membuat-buat suaranya seperti seorang anak yang begitu menyesal karena baru saja operasi gender, dengan tangan yang begitu saja menangkap tangan Bianca dan menciumnya dalam waktu yang lama.
"Modus gila!" seru Bianca menarik tangannya ketika ia sadar jika Dimas benar-benar menciumnya selayak sang pangeran yang sedang merajuk sang putri.
"Bianglala! Sibuk ya lu?" tanya Dimas kembali pada alam sadarnya.
"Bianca ya Bianca, ngapa jadi Bianglala, Dimsum!" seru Bianca tak terima namanya selalu diganti menjadi bianglala oleh Dimas. Padahal ia sendiri mengganti nama Dimas menjadi Dimsum. "Napa? Gue punya banyak kerjaan makanya dateng pagi."
"Yah, padahal harusnya kita ngerayain!"
"Ngerayain? Lu ultah?"
"Ngerayain hari ini gua ga terlambat."
"Lo nginep ya disini?"
"Ya kali," cibir Dimas. Namun tiba-tiba ia tersadar sesuatu dan matanya melebar seketika. "Lu tadi nanya gua ultah? Kenapa emang? Mau ngerayain ultah gua ya? Atau ngerasa bersalah ga beli--"
"Berisik si ah!" seru Bianca langsung meninggalkannya dengan masuk kedalam ruang OSIS.
Ternyata benar dugaannya, Farhan sudah datang lebih dulu darinya. Terkadang ia takjub sendiri dengan lelaki ini, karena rasanya hanya Farhan yang bisa bangun sepagi ini dan langsung berangkat sekolah. Namun rasa takjub itu menjadi minus karena Farhan bisa-bisanya masuk kedalam geng abal-abal Dimas.
"Rajin lo hebat ya," suara Bianca membuat Farhan mendongak, lalu memberikan senyum hangatnya.
"Farhan dateng duluan dibilang hebat, gua kagak," cibir Dimas yang sedang bersandar diambang pintu, membuat keduanya menoleh.
"Yeuh si ayan cemburu," kata Bianca lalu duduk disebelah Farhan karena memang mereka satu meja, ketua dan wakil.
Bianca mulai membuka laptopnya dan membantu Farhan untuk mengerjakan semua pekerjaan sekolah tentang murid-murid. Dimas yang sedari tadi berdiri kini berjalan masuk dan duduk disalah satu kursi, memerhatikan mereka berdua yang telihat sangat sibuk didepan laptop. Dimas selalu seperti ini, masuk kedalam kantor OSIS sesuka hatinya.
Anak sultan, siapa yang berani? Pikirnya begitu.
"Hoaamm... Han, gua ke kelas aja ya? Ngantuk anjir," ucap Dimas menggaruk-garuk kepalanya. Matanya memang tidak membohongi jika sudah terlihat sayu. Padahal tadi ngagetin gue, pikir Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know It's You
Teen FictionBianca Abigail Razita, seorang gadis cantik dan pintar dengan sifat sedikit tomboynya namun tetap berbaik hati kepada semua orang, kecuali satu bakteri yang selalu membuat hidup tentram Bianca menjadi berantakan dengan seketika. Dimas Ardani, itula...