Chapter 5

4 1 0
                                    

Vote dulu jangan lupaa, ramein komen juga yaa.

Happy Reading x

                        🎈

Bel istirahat membuat semua guru menutup ceramahnya dalam kelas dan pergi keluar. Istirahat pertama adalah jam makan bagi seluruh siswa, sedangkan istirahat kedua bisa dilakukan sesuka mereka yang penting masih berada di lingkungan sekolah. Dan seperti biasa, Bianca pergi bersama Salma dan Jeje mengarah pada ruang makan sekolah. Semua muridpun memiliki arah yang sama karena tak ada satupun orang yang boleh membolos dalam jam makan siang, jika melanggar tentu akan mendapat hukuman.

Ketiga gadis ini saling berbincang hingga mereka mengambil nampan untuk membawa piring dan gelas mereka. Setelah mencari meja langganannya yang berada disebelah jendela, mereka langsung berjalan dengan santai kesana. Berbagai siswa memakan makanannya dalam berbagai versi. Ada yang sangat fokus, ada yang sambil bermain, ada yang sambil bercanda, begitupun dengan perbincangan santai seperti meja Bianca.

"Dimas gue disini ya."

"Dimas aku boleh makan bareng kan?"

"Lunch bareng boleh kan kak Dimas?"

"Kak Dimas aku ngikut ya."

"AELAH TEMPATIN NOH!" emosi Dimas dengan sedikit menggebrak meja, membuatnya menjadi pusat perhatian --dan memang sudah biasa-- lalu mengambil nampan makanannya untuk pergi dari meja itu, diikuti oleh Farhan, Putra, dan Ari.

Bianca yang menyadarinya juga hanya menggidikan bahu tak peduli sebelum melanjutkan makannya. Ia tak begitu ambil pusing dengan kelakuan setan Dimas. Lelaki itu berpikir jika gadis-gadis tersebut tak mendapat tempat dan mengisi mejanya yang memang hanya terisi dirinya dan juga teman-temannya.

"Geser."

Bianca, Salma, dan Jeje mendongakkan kepalanya dengan serempak, melihat seorang lelaki dengan nampan yang dipegang. Bianca melihatnya dengan tatapan geli, lalu tertawa mencemooh pada Dimas yang memasang wajah datarnya.

"Meja kosong masih banyak om," ucap Bianca menunjuk beberapa tempat kosong dengan dagunya.

"Bacot lu," kata Dimas menatap tajam Bianca. Bianca yang diperlakukan seperti itu reflek memundurkan kepalanya dengan satu alis yang terangkat.

"Udahlah Ca nurut aja, kasian cowo-cowo gini ngemis tempat," bisik Salma yang melihat ketiga teman Dimas berdiri dibelakangnya. Dengan sangat malas Bianca pun menurut dan menggeserkan dirinya setelah Salma bergeser karena memang mereka bersebelahan.

Kini posisi mereka adalah ; satu sisi untuk para gadis dan Ari, satu sisi lain adalah sisanya. Dan disebelah jendela terdapat Salma dan juga Farhan yang --kebetulan sekali-- berhadapan.

"Lagian lo ngapain pergi sih? Udah tau mereka pengen makan sama lo," Bianca membuka suara dengan memasuki satu sendok ke mulutnya.

"Mau makan sama gua?! Bikin risih yang ada," jawab Dimas menusuk gumpalan makanannya dengan garpu.

"Lagian fans banyak banget, ga waras semua lagi," celetuk Salma.

"Cinta itu membutakan, Salma," jawab Dimas memasukkan satu porsi sendok kedalam mulutnya.

"Kek pernah tau cinta aja," timpal Jeje memutarkan matanya.

"Dimas mah emang suka muji fans nya, Je. Biarin aja," kata Ari setengah jelas karena kunyahannya belum selesai.

I Know It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang