Part 1, Chapter 7: Sihir

1 0 0
                                    

Seorang lelaki jangkung memakai jubah Kerajaan. Mungkin dia penyihir? Sepertinya begitu, warna pita pada jubah itu, oh! Yang tadi diminta datang oleh Leo!  Aku tak tahu. Tapi rasanya seperti pernah lihat. Mukanya tertutupi tudung jubahnya.

"Apakah anda Nona Lisa Susswogeln?"

"Iya, saya dengan Lisa Susswogeln, ada perlu apa ya?' tanya ku balik. "Ikut dengan saya." katanya lalu membalik diri dan berjalan menjauh. "Cepatlah."

Ok, bentar, siapa ini? Aku mengejarnya, lalu menanyakan "Siapa kamu?". "Maaf, tapi kita harus bergegas nona," katanya lalu berjalan lagi. Baiklah, aku tanyakan saja nanti, tapi bisakah aku memercayai orang ini? Kutarik kembali kata - kataku yang tadi, dan berhenti. "Maaf pak, saya tidak akan mengikuti orang yang saya tidak kenal," kataku. Langkah pria itu ikut berhenti. "Sekarang, apakah kau mengenalku?" Kata pria misterius itu lalu membuka tudung jubahnya.

Dia???

***

Baiklah, berikan aku waktu sebentar. Bagaimana bisa kakak sepupu tertuaku menjadi penyihir kerajaan?? Biasanya Kuarga Susswogeln menggunakan beladiri atau sejenis pedang, nunchuck, dan lain - lain. Kakak sepupuku memang dikenal sebagai anak laki - laki pertama yang bisa mengalahkan prajurit istana, dan menjadi yang termuda untuk masuk Pertahanan Militer Kerajaan. Sebenarnya apa yang sedang terjadi???

"Nah, sekarang ikut aku" katanya dengan dingin. Aku mengikutinya sampai kembali lagi ke perpustakaan. Ia lalu mulai menarik - narik buku. "Bagaimana dengan Pangeran Leo?" Tanyaku. Ia menghela nafas, "Seorang pengawal akan menggantikanmu. Ayo bantu aku mencari buku pembuka pintunya, sudah lama aku tidak melewati jalan ini."

Hmm, pintu rahasia... Ah! Novel Henry ke 8! Letaknya tidak bersama sisanya. Dan anehnya, aku tidak pernah mendengar novel ke-8. Orang biasa mungkin akan berpikir ada karena ini kastil Sang Raja, namun tetap saja aneh!

Aku mencari buku itu, lalu menariknya. Dan dugaanku benar, rak buku itu terbuka dan muncullah lorong yang sama dengan di Rumah Utama. Ternyata tebakanku salah, pintunya ada di perpustakaan, sama seperti di Rumah Utama juga. "Pintar juga kau. Ayo, masuk." ucap kakak sepupuku itu. Kami masuk ke dalam lorong itu, dan pintu itu tertutup sendiri.

Namanya adalah Farhan. Farhan Rizky Susswogeln. Cicit pertama dari keluarga ini, merupakan anak dari Tante Tika. Farhan mendapat gen turunan dari Tante Tika yaitu menawan. Ya, muka Farhan mudah untuk diingat karena ketampanannya, namun sayang, sikapnya dingin.

Lorong ini sama seperti sebelumnya, gelap dan bewarna biru. Kuputuskan untuk memecah keheningan ini.

"Memangnya Kakak jarang kesini? Kok sampai lupa bukunya?" Aku memuaskan rasa keingintahuanku. Raut mukanya terlihat bahwa ia malas menjawabnya. Mungkin ia harus menjawabnya karena disuruh oleh seseorang.

"Satu, ini bukanlah jalan rahasia seperti dirumah utama, dan, Dua, teleportasi lebih baik." Bukan jalan rahasia? Berarti tebakanku setengah benar dan salah dong?  Kulihat bahwa lorong ini akan berakhir. Namun, kenapa aku mencium bau rerumputan? Aku bergerak lebih cepat daripada Kak Farhan, dan wah, oh wah, apa yang sedang kulihat?

Tidak ada lorong bewarna biru lagi. Yang ada hanya kehijauan alam. Lorong ini berujung ke sebuah tebing, sehingga kita bisa melihat bertapa luasnya alam ini. Terdapat hutan indah sekali, kuakui, kerajaan ini menyimpan banyak rahasia. Dan mungkin, banyak yang masih diluar jangkauanku.

Sementara aku masih mengagumi pemandangan, Farhan menyusulku. "Mulai hari ini, kau akan belajar sihir disini." Ehh???

"SIHIR??!!"

"Iya, selanjutnya akan dijelaskan oleh gurumu." Guru?? Akhh!! Apa lagi yabg kau sembunyikan, Ibu?? Farhan lompat turun ke hutan, aku dengan ragu - ragu mengikutinya. Kami sampai di bawah hutan hijau itu. Pancaran matahari menembus sela - sela daun, menciptakan perpaduan bayangan berkilauan emas. Lalu dari bebayangan itu muncullah seorang pria. Apakah dia gurunya?

"Selanat datang nona Lisa. Nama saya Agust, dan saya akan menjadi guru sihir barumu. Kita akan belajar mulai besok, datanglah ke sini setial pukul 8 pagi, pastikan tidak ada yang ikut." Jelas guru itu, tapi ia masih bersembunyi diantara bebayangan pohon yang menjulang tinggi, sehingga wajahnya pun tak terlihat. "Ok?" Jawabku dengan ragu - ragu.  "Ayo, balik." Ajak Kak Farhan.

Kami naik lagi dengan memanjat, Kakak itu bersikeras tidak mau menggunakan teleportasinya. Kami kemudian keluar dari perpustakaan, "Kak, apakah aku bisa berbicara dengan Ibu?" Tanyaku. "Pakai telfon saja, dikamarmu." Jawabnya, lalu pergi berteleportasi ke tempat lain. Huh, aku ditinggal lagi...

Selanjutnya aku kembali ke kamar. Dikamar sudah disediakan telfon, bukan handphone lho. Soalnya akubtidak boleh menggunakan teknologi apapun saat menjadi pengawal kerajaan. Aku menekan angka - angka nomor telefon ibuku.

"Halo? Ini dengan siapa ya?" Yes, ibu berhasil terhubung!
"Halo Bu! Ini Lisa dari telfon kerajaan!"
"Oh halo Lisa!! Lia sangat merindukanmu!"
"Belum juga semalam..." Setelah itu kami berbincang - bincang sebentar, lalu di saat yang pas, aku bertanya. "Bu, mengapa aku mendapat pembelajaran sihir? Bukankah kekuarga kita menuntut ilmu bela diri?" Hehehe, jawab bu!

"Iya sayang, semua anak dikeluarga mulai belajar sihir umur 15 tahun kok, kamu saja tidak tahu, tapi jangan kasih tahu Lia ya. Ilmu bela diri diperlukan untuk memperkuat sihirnya. Yasudah, daaaah!"

"Eh , tunggu-" Nit, nit, nit... Sumpah, ibu yaang satu ini maunya apa sih?. Aku menghela nafas. Mataku tertuju kepada kertas yang tibe tiba muncul didepanku. Di bagian pengirim "surat" tertera nama Agust, guru sihirku. Huft, sepertinya memang aku hatus belajat sihir. Kertas itu berisi jadwal belajarku dari hari Senin sampai Jum'at, dari jam 8 pagi sampai 12, dengan 1 kali istirahat. Hari ini Minggu, jadi besok sudah mulai ya...

Telefon kamar itu berdering lagi, dengan segera aku mengangkatnya.

"Ya, dengan Lisa Susswogeln, ada apa?"

"Woy, pengawal gaje, darimana saja kau??!!" Ah, si pangeran itu lagi. "Baiklah, aku akan segera kesana." Jawabku, lalu berjalan kembali menuju kamar Leo. Kamarku dan kamar Leo tidak begitu jauh. Kamar kami dihalangi oleh koridor saja, jadi bisa dibilang kamar kami berhadapan. Aku merapihkan baju, selatu dan celanaku, lalu pergi.

Biasanya pengawal diharuskan menjaga diluar kamar, namun entah siapa yang membuat peraturan bahwa pengawal sepertiku harus menjaga didalam. Ada yang bilang itu perintah dari dulu, ada yang bilang hal - hal yang sepertinya abg sepertiku masih belum mengerti, jadi ya, dijalankan saja yak.

Tok, tok, tok!

Pangeran itu membuka pintu dan memunculkan wajahnya. "Cepat, masuk," suruhnya. Cih, memangnya aku pembantumu huh? Mau tak mau, aku kerjakan permintaannya, dan masuk ke kamarnya. Ini kali kedua aku masuk, setelah kejadian aneh itu. Kamarnya bisa dibilang kamar yang besar untuk ukuran satu anak. Banyangkan kamu ke hotel, lalu memesan bed size king, tapi kamarnya yang elite. Bedanya, bulannya diisi lukisan indah, isinya lukisa gambarnya semua. "Gimana? Baguskan hiasan ini?"

Ya namanya pangeran sih, mau bagaimana lagi? Aku masuk lalu tetap berdiri disamping pintunya, ya namanya juga pengawal. "aLis, 13456789, apa angka yang tidak ada?" Huh, mulai deh gombalannya, aku memutuskan untuk diam saja.. "Hm? Tidak jawab? Jawabannya 2, karena kamu tidak ada dua-duanya~." Ni anak kenapa ya? Apa turunan ayahnya? Dulu ayahnya sering digosipkan karena  mengupah wanita untuk memenuhi hasratnya, ia juga pintar memikat.

Nah, masalahnya aku harus tahan selama beberapa jam menunggu bersama Pangeran Gila ini. Baiklah, semangat! Jika ini berhasil aku bisa hidup bebas.

***

Ini 1111 words!!

Bener - bener yah...

Maaf bila ada kesalahan yaa, kalau ada itu Typooooo!

Tenkyuuuuu!!!

Zeta Paws 🐾










DDL 🏝️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang