Part 1, Chapter 8: Panggilan

4 1 0
                                    

Kriing!! Kriiing!
Ugh, alarm sialan. Sejak pake alarm disini, suaranya lebih keras! Aku mengumpulkan tenaga terlebih dahulu lalu melihat jam dinding. Jam 6 pagi... Ok, lari pagi 1 jam, lalu sarapan, dan... Yesss, latihan sihir pertama!

Aku mengganti baju ke seragam lari, memakai sepatu lariku dan, ah iya, tidak ada musik lari. Akhirnya aku mengelilingi kerajaan itu-tanpa musik-sebanyak beberapa kali, sampai selesai satu jam. Untung diperbolehkan bawa jam lari, sehingga dapat dilihat disini sudah 10 kilometer. Baiklah, saatnya mandi!

Aku mendapat kamar mandi biasa ya, bukan karena jadi pengawal pangeran, berarti hidupnya juga sama lho. Namun bagaimana kita mandi? Hahaha bingung kan? Kita tetap mandi kok, di kamar mandi, kita tetap mandi seperti biasa. Tidak ada yang tahu kenapa, tetapi kalau kita ingin mandi, tubuh kami berubah sifat (sifat saja ya, bukan bentuk!) menjadi seperti manusia. Jadi, kami jadi seperti manusia biasa, aneh kan?.

Selesai mandi, aku melihat jam, masih 45 menit lagi sampai jam 8. Sarapan dulu, di dapur kerajaan. Walaupun dapur jauh, tapi yang penting bisa mengisi perut sebelum latihan. Tok, tok, tok!

Pintu terbuka, ah untunglah, KetuaMaid yang membukanya. "Oh! Lisa ya? Sini saya antar!" Sungguh baiknya wanita ini. Terkadang memang benar perkataan orang bahwa "Seseorang yang lebih tua, lebih bijak". Ia mengantarku ke dekat dapur, di sebuah meja dimana makanan dirapikan sebelum dibawa ke meja makan Raja.

"Ini, wadah yang ini, sisa makanan yang dimasak namun bentuknya salah, mungkin bagimu tidak apa - apa bentuknya tidak bagus ya. Jika masih lapar carilah kompor kosong lalu masak. Karena biasanya para pengawal lain baru makan saat makan siang, jangan heran ya." Jelas sang Ketua Maid.

"Baiklah, terima kasiih!!" Aku langsung menundukan diri persis 90 derajat lagi. "Tidak apa - apa kok," jawabnya, lalu pergi mengurus hal lain. Di wadah itu ada beberapa telur dadar yang terpisah dan roti bakar yang penyok. Jika disatukan bisa membuat sarapan enak, cukup untuk mengecangkan sampai makan siang.

Setelah membuat sarapan-dan tentu saja memakannya-jam menunjukan ke arah 7. 45, wah, 15 menit lagi!! Aku langsung menaruh piring di tempat suci, dan lari sekencang mungkin ke perpustakaan.

"Cih, main lari saja," bisik salah satu pegawai, "Sudahlah, dia kan menjaga pangeran tersayang kita...". "Ok, ok, kamu berhasil merayu ku, Liz.."

***

"Hosh, hosh, hosh..." Lelah sekaliii, stidaknya butuh waktu 5 menit untuk membuka pintu, karena ternyata setiap hari buku pembukanya diganti, jadi bingung deeh.

Di jam lariku (aku belum lepaskan), jarum menunjukan ke arah 7:55, huft,  lima menit lagi.

"Ah, rupanya engkau sudah datang..."

Suara gesekan rumput muncul didepanku. Sesosok lelaki tua dengan rambut yang sudah beruban keluar dari balik bebayangan pohon - pohon lebat itu. Apa ini Pak Agust? Dia memakai jubah kerajaan, dari pitanya, kemungkinan ia juga termasuk penyihir kerajaan, namun sepertinya ketua - ketua.

Author's POV

STOP.

Biar kalian tak bingung, saya jelaskan dulu kasta kerajaan. Yang pertama adalah keluarga kerajaan, baik Raja, Pangeran atau Ratu. Lalu Penyihir Utama Kerajaan dan Dokter Utama Kerajaan atau Jabatan Utama yabg penting lainnya, pita mereka bewarna hijau toska, contohnya Kak Farhan. Setelah itu para Ketua Penyihir yang terdiri dari lima orang, pita mereka bewarna putih bersih. Setelah itu, jabatan terbagi - bagi menjadi berbagai jurusan, seperti Ketua Maid, atau Dokter Gigi Raja, dan lain - lain. Pita mereka terbagi menjadi 2, warna yang utama adalah Hitam, sedangkan sisanya sesuai jabatan.

Lanjut-

Back.

Hmm, kalau begitu 4 ketua lagi yang masih misteri! "Halo Pak, perkenalan saya Keary Lisallamah, dari keluarga Pengawal Raja Susswogeln, salam." Aku memperkenalkan diri lalu membungkuk 90 derajat, persis.

DDL 🏝️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang