10. Sah!

7K 464 73
                                    


🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️


Satu Minggu kemudian...

Ujian sekolah sudah selesai. Kini tinggal menikmati liburan di hari libur seusai ujian. Hanya dua Minggu saja, dan setelahnya masuk kembali di semester kedua.

Hari liburan bagi Gara dan Gilfa tidak menyenangkan. Sebabnya, tinggal satu hari lagi mereka berdua akan sah sebagai pasangan suami istri. Walaupun salah satu diantaranya tidak menerima semua itu.

Teman-temannya tidak ada yang mengetahui jika besok Gara dan Gilfa akan menikah. Gara dan Gilfa sudah sepakat tidak akan memberitahukan kepada teman-temannya. Satu, karena Gara tidak ingin diejek temannya ataupun anggota geng lainnya. Dua, Gara ingin pernikahan dengan Gilfa itu tidak memanjang seperti pasangan lainnya, ia ingin sesegera mungkin berpisah, namun sulit untuk dilakukan ketika kedua pihak keluarga sudah sangat senang mereka bersatu. Tiga, soal hati dan yang lainnya. Perjodohan dan pernikahan yang tak saling mencintai, mungkin hanya cinta sepihak saja, yaitu dari pihak Gilfa saja, tidak dengan Gara.

Semua orang, hampir semuanya ingin menikah dengan orang yang mereka cintai maupun sayangi. Menikah hanya ingin satu kali seumur hidup. Itu yang diingkan banyaknya orang. Namun, ketika berjodoh dengan orang yang tak setipe maupun tak kita inginkan, kita bisa apa? Hanya bisa pasrah dengan jodoh dari Tuhan. Tuhan sudah menentukan dengan siapa kamu berjodoh. Tidak harus, dipilih ataupun saling mencinta.

Karena sering banyak yang bilang. Cinta akan hadir ketika terbiasa. Benar bukan? Dari benci akan saling cinta. Dari tak kenal bisa saling cinta. Namun, semuanya atas kehendak Sang Maha Kuasa.

Pernikahan Gara dan Gilfa akan dilaksanakan di rumah nenek Gilfa yang berada di Bandung. Acaranya tidak akan semeriah yang biasanya orang lakukan. Acara pernikahan mereka akan sederhana saja, seperti akad nikah dan resepsi seperti biasanya. Tidak mengundang banyak tamu, hanya para kolega bisnis kedua pihak keluarga serta keluarga besar masing-masing yang diundang.

Untuk sekolah. Mereka pun harus sebisa mungkin menyembunyikan pernikahannya dari orang lain. Ya, meskipun Diaz dan Riza sudah berbicara pada orang tua Jiwa, jika mereka akan menikahkan putra putrinya. Papa Jiwa menyetujuinya, dan ia juga tidak akan memberitahukan kepada siapapun termasuk anaknya.

Sekarang, Gilfa tengah rebahan di kasur empuk milik sepupunya. Dirinya dipingit, hal itu adalah tradisi dari orang Sunda ketika seorang perempuan akan menikah. Kata sebagian orang Sunda, pingit itu akan  memupuk rindu di antara kedua calon mempelai, membangun rasa percaya dan kesabaran, serta menjauhkan pihak perempuan dari mara bahaya. Selain dipingit, Gilfa pun melakukan perawatan, dibantu oleh saudara-saudaranya. Dari maskeran, luluran, dan lainnya.

"Teteh mah teu nyangka pisan dek Gilfa teh bade nikah. Teteh oge anu umurna lewih aggeung can nikah-nikah," ujar Sisi kakak sepupunya.

"Atuh kapihelaan si Teteh mah ku Teh Gilfa." timpal Dina sepupunya juga.

"Teteh kapaksa teu?" tanya Dina lagi.

Gilfa tersenyum tipis. "Teteh teu kapaksa. Apal teu, Teteh teh ges bogoh pisan ka si Gara. Teteh teh sok ngudag-ngudag wae si Gara, tapi kitu... budak na hese rek dideketan teh," jawabnya dengan lantang. "Teteh pernah ngaramal, si Gara teh engke bakal jadi salaki teteh, aipek ayeuna kanyataan. Aya bungah Jeung sedih na tapi."

"Bisaan euy ngaramal na mah! Sing we engke ge bogohen deui ka Teteh. Dina bisana ge ngadoa ker Teteh, samoga nikahan Teteh teh lancar dugi karengse, sing sakinah, mawadah, warahmah Teh."

GALARA [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang