Aku dan kamu itu seperti minyak dan air, susah menyatu.
Dan tugasku hanya satu, memperjuangkan perasaan ini agar menjadi cinta yang sejati.—Gilfa Rayanna Prameswari
🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤🏍️🏍️🏍️
Hari Senin sudah kembali lagi. Tak terasa waktu sekarang begitu cepat berlalu. Kelas 12 di sekolah SMA Dirgantara tengah melaksanakan ujian kenaikan kelas di semester pertama. Mungkin tinggal menghitung bulan saja para kelas 12 lulus dari sekolah dan melanjutkan ke jenjang selanjutnya.Rasa degdegan ada, karena setelah lulus dari sekolah menengah atas akan ada fase di mana kita harus menjadi lebih dewasa. Dewasa bukan hanya sekedar sudah tua umurnya, namun soal pemikiran bagaimana menjalani kehidupan di masa depan. Menjadi dewasa itu tidaklah mudah, kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu. Jangan berpikir hanya sepihak saja. Bertindak juga membutuhkan pemikiran yang dewasa.
Dewasa itu menyakitkan!
Dewasa itu menyedihkan!
Dewasa itu tak bahagia!
Kebanyakan orang yang sudah menginjak fase kedewasaan, selalu berpikir. Mereka ingin kembali menjadi anak kecil lagi, kembali menjadi seorang anak yang tidak tahu menahu tentang arti kedewasaan.
Seperti Gilfa. Di umur yang masih 18 tahun dari seorang siswi sekolah akan berganti menjadi seorang istri beberapa hari lagi.
Senang? Ada, tapi sedikit.
Sedih? Tentu rasa sedih sangat banyak.
Ternyata ramalan yang pernah ia ucapkan pada Gara waktu itu akan segera terjadi. Di mana nanti Gara akan menjadi suaminya. Gilfa senang ramalannya terjadi, namun satu sisi juga ia menjadi takut.
Apa ramalan itu adalah petaka baginya?
Ia takut ketika pernikahan itu sudah sah di mata agama maupun negara, ia tidak bisa menjalankannya dengan baik maupun benar.
Bel pertama sudah berbunyi. Para murid pun mulai mengumpulkan kertas ujian dan langsung keluar dari ruang ujian. Gilfa dan Rain berjalan beriringan menuju kantin. Perut mereka berdua sudah ramai dengan cacing-cacing yang minta diisi makanan.
Sesampainya di sana. Sesegera saja Gilfa dan Rain memesan makanan. Lalu setelah jadi, mereka pun membawanya di bangku kantin. Hanya berdua saja, tetapi ketika mata Rain menangkap kehadiran tujuh lelaki sang penguasa segalanya datang, ia langsung berdiri dan menghampiri Jiwa. Makanan itu ditinggal begitu saja, dan Gilfa pun menjadi sendirian terduduk di sana.
Rain semenjak berpacaran dengan Jiwa. Dia lebih mementingkan itu, tidak ada lagi Rain yang selalu bersama dengan Gilfa. Kemanapun perginya pasti ada Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALARA [END] ✔️
Fiksi Remaja⚠️ JANGAN PLAGIAT! ••• Siapa yang tak mengenal Gara Elang Rajawali? Hampir semuanya mengetahui nama itu. Bahkan seantero sekolahnya pun bukan hanya mengetahui saja. Terkhusus nya untuk para kaum hawa akan memuja lelaki yang bertindik itu. Tetapi... ...