"ASSALAMUALAIKUM CINDY BABUKU."
Cindy yang anteng kutekan dikamarnya keselek, cewek itu melotot kearah jendela dimana seonggok manusia tak ada akhlak tengah senyum senyum sendiri.
"Babu mbahmu, liat nih kuku gue ketumpahan kutek! kampret." Katanya Cindy, menunjukkan kutek di kukunya yang bleber kemana mana.
Lino masuk kedalam, pakai acara loncat loncat kayak ninja. Dengan tak tahu malunya merebahkan diri di kasur, meraih kaca kecil disampingnya, mengaca sembari bergaya. Ia diam sebentar lalu menyeletuk,
"Kenapa ya, gue ganteng banget?"
Cindy yang baru saja mau menyimpan kutek dimeja refleks jadi melemparnya pada Lino, mendarat di gigi cowok berhidung bangir itu sampai ada backsound tuk.
"ANJIM, SAKIT!"
"HAH APA? KURANG KENCENG?"
Lino mendesis, balas melempar kaca ditangannya pada Cindy tapi gagal karena Cindy menghindar. Cindy ikut merebahkan diri disamping Lino, sengaja menaruh telapak tangannya diwajah cowok itu.
"Ck, ngapain sih bagong muka ganteng gue jadi tertutupi, " katanya Lino mencebik.
Cindy nyinyir, "lo ngomong ganteng mulu tapi muka persis andika rinduband gitu. Letak kemaluan lo dimana?"
Lino menoleh, pura pura syok sambil menutupi mulutnya yang terbuka sedikit. "Waduh, gue kudu jawab gak?"
Cindy tak berekspresi, sadar omongan nya membuat ambigu Lino si spesies homo sapiens.
"Ekhm, ya...gimana ya.... muka gue memang beneran seganteng itu. Harus dipuji setiap saat," kata Lino pede.
"Asal lo tau ya, gue tuh tipenya cewek cewek di Bandung, apalagi kalo ngelewat Cihampelas, behhh gue dikerubuni teteh teteh penjaga toko." Sambungnya menepuk dada sengak.
"Lo lupa bayar belanjaan, gubluk." Sahut Cindy mendelik, langsung menarik diri begitu Lino beraksi hendak mengapit lehernya.
Cindy gemas ingin mengatai, "lo tipe idealnya Dijah kuning ya, Lin? turut berdukacita."
Cindy mengumpat saat dahinya menghantam tembok, padahal niatnya mau melindungi diri gara gara Lino sudah ancang ancang mau mengapit lehernya. Tau tau sampingnya tembok bukan lantai untuk berpijak.
"Mampus!!! ngatain gue lagi nanti giliran bibir lo yang jontor!" seru Lino puas, tapi tangannya sibuk mengusap dahi Cindy agar tak benjol nantinya.
"Lo sih, muka lo itu gak ada ganteng gantengnya anjrit, hina-able gitu. Kan gue tergiur buat ngatain, so soan banget jadi tipe ideal cewek cewek." Cindy meringis begitu Lino malah menepuk dahinya.
"Gak usah ngatain! lo sendiri juga salah satu dari mereka! gue tipe ideal lo kan? ngaku!" cetus Lino pongah.
Cindy menarik diri, menatap sohib sedari kecilnya itu ngeri. "Sialan, pulang lo, serem banget omongannya."
"Idih, mengalihkan topik ya lo?"
Cindy mendecak, mulai lagi deh cowok itu kumatnya. Tapi karena Cindy teman yang berbuddygirl, Cindy hanya tersenyum simpul. Memaki Lino dalam hati.
"Gak, sotoy lu."
Lino memincing, menatap sengit Cindy lalu mengedikkan bahunya. Menatap langit langit kamar. Melamun.
"Tipe... ideal lo, yang gimana Dy?"
"Yang gak kayak lo pastinya."
"Hilih, kayak roy kiyowo gitu?"
"Gak gitu anjrit," sahut Cindy gemas.
"Tipe ideal gue itu, yang pertama—"
"——dia cowok."
Vallino Agathan
(fc: leeknow straykids)Cindy Audya
(fc: sinb gfriend)
//hai gengsq gengsq (alay banget bund)
udah mau sey hai doang aku mah hwhwh
KAMU SEDANG MEMBACA
ideal type' -leeknow [✓]
Fanfiction"Jangan mentang mentang lo mirip hewan tipe ideal lo jadi gak manusiawi ya." Vallino agathan tiba tiba nyeletuk, "tipe ideal lo yang kayak gimana?" dan mulai saat itu, selama sepuluh hari kedepan, Cindy memberi tau tipe tipe idealnya. Tapi kok, jato...