"Heh Lino belok bego bukan lurus!""Lo jangan banyak cincong ya— hEH LO MAU KEMANA ANJRIT!"
"Mau pariwisata!"
"Bukan waktunya pariwisata jingan!"
Cindy mendecak, cewek itu mendelik kesal. Main mobil ledeng bareng Lino bukannya senang malah menambah dosa doang.
Cindy melirik ke arah meja kedua disamping kanan, itu bangkunya Bima sama Soraya. Satu satunya pasangan dikelas sedari awal semester kelas dua.
"Anjrit enek banget, keseeel." Cetus Cindy melempar hapenya ke meja, langsung melotot meraih dan mengelus benda pipih itu sayang.
Lino mendelik, "ngapain sih njrot? bantuin gue ini banyak banget musuh." Seru Lino tanpa melirik, Cindy jadi misuh misuh.
Cewek itu main sambil sesekali melirik Bima dan Soraya. Bima tengah memainkan hapenya, sedangkan Soraya menaruh pipinya di meja.
Tahunya Bima langsung ikutan seperti Soraya, saling berhadapan lalu mengusak rambut Soraya. Cindy langsung memasang ekspresi ingin muntah, tapi dalam lubuk hatinya gemas sendiri.
"Kampret Cindy lo anjeng, main yang bener. Cukup jadi beban di keluarga, di game jangan jadi beban juga!" seru Lino tak santai, refleks Cindy menabok cowok itu.
Apa apaan sih Lino.
Cindy jadi sebal sendiri.
Sialan.
'Kenyataan yang begitu pahit, hiksrot." Batin Cindy mendrama. Melirik kedua orang disamping kanannya lagi.
Bima lucu banget, lemah lembut— kalau bareng Soraya. Nah ini cowok biadab bernama Vallino kelakuannya sudah persis pelakor minta diazab. Julid banget omongannya.
Cindy kesal, langsung melempar (pelan) hapenya ke meja. Tak peduli hero nya mati kek atau ngevlog kek, cewek itu menaruh pipinya ke meja. Memperhatikan Lino yang fokus bermain game.
Cindy menarik lengan kiri Lino, menaruh di kepalanya. Niatnya minta dielus, tapi kenyataannya malah kena tabokan dari Lino.
"Syalan lo gak berprikeuwuan," ketus Cindy menyentak tangan Lino ke meja disusul bunyi beledak.
"BRENGZECC LO SAKIT!"
"KEPALA GUE JUGA SAKIT BADJINGAN!"
Lino melirik, menautkan alisnya "lah, lo kan minta gue tabok!" katanya sewot.
Cindy tak berekspresi, menatap Lino datar.
"Vallino Agathanjing bangsat." Cindy kembali menempelkan pipinya di atas meja, menghadap ke tembok.Cindy bingung sendiri kenapa juga berharap 'diuwuin' Lino, cowok itu tak paham soal begituan. Bima sama Soraya 'kan memang uwu dari sananya, beda dengan Lino yang pahamnya membully Cindy.
Cindy berjengit kaget saat kepalanya ditarik kebelakang. Tahunya ditarik Lino, cowok itu menaruh sikutnya disamping kepala Cindy, mengurung Cindy di kukungan tangannya. Lanjut bermain game tak menghiraukan delikan dari temannya itu.
Cindy menoleh menatap Lino, cowok itu melirik pelan lalu tersenyum simpul.
"Lo ngiri sama yang pacaran, mana bisa. Gak boleh ngiri sama orang lain, mereka level dua kita level satu. Uwunya gue sama orang lain beda."
———————————————— – – – – - - -
"Tipe ideal ke empat, harus uwu biar masa depan cerah menderang seperti kala ku pandang kerlip bintang nan jauh disana."
"Jadi tipe ideal lo Uwu anak IPA dua?"
"..."
- - - – – – – ————————————————
//masalah level levelan cowo cewe mah ngerti kan ya 🌚🌝
KAMU SEDANG MEMBACA
ideal type' -leeknow [✓]
Fanfiction"Jangan mentang mentang lo mirip hewan tipe ideal lo jadi gak manusiawi ya." Vallino agathan tiba tiba nyeletuk, "tipe ideal lo yang kayak gimana?" dan mulai saat itu, selama sepuluh hari kedepan, Cindy memberi tau tipe tipe idealnya. Tapi kok, jato...