5. Cool boy

670 147 68
                                    


"Sayangku, mau ke kantin gak?" Lino menangkup pipinya, sikutnya menahan ke meja.

"Ayo yang, traktir yaa." Sahut Yugo centil, menyelipkan rambut cepak nya susah ke telinga.

Cindy bergidik, "horor anjir, badan aja gede. Kelakuan kek anak lampu merah," cetus Cindy menarik diri.

Juna mengernyitkan keningnya, "anak lampu merah? pengamen? pantes si Yugo suka bawa bawa tutup botol. Buat jadiin kencringan ternyata," katanya langsung kena tabokan dari Yugo.

"Kapan ke kantin nya anjrot, banyak bacot lo pada." Lino menarik lengan Cindy, diikuti Yugo dan Juna yang heboh dibelakang.

Sepanjang jalan, sering kali mereka dilirik murid kelas lain, itu gara gara dari mereka tak ada yang waras. Berisik di lorong anak kelas sepuluh, memang kakak kelas tak tahu malu. Apalagi ketiga cowok itu selalu tersenyum ompongdent setiap adik kelas cewek lewat.

R: tebar pesona.

"Dy, buruan elah lelet banget lo."

Cindy mendelik, cewek itu berjongkok melepas sepatunya yang kemasukan batu. Berjinjit menyusul mereka bertiga yang katanya ganteng. Kata mereka sendiri.

"Heh anjrit tungguin, kaos kaki gue kotor nih jadinya!" sungut Cindy, begitu berhasil menyusul tanpa permisi menaruh tangannya di bahu Lino. Cewek itu melempar sepatunya ke bawah kaki.

"BANGSAT VALLINO SIALAN!" pekik Cindy.

"Aduh mangap sengaja."

Sepatu yang sengaja Cindy taruh ke lantai hendak dipakai lagi malah ditendang Lino sampai meluncur kedepan sana. Cindy refleks menarik rambut Lino sebelum berjinjit mengambil sepatunya.

"Anjrit memang, gak ada akhlak punya babu." Kata Cindy ketus, cewek itu melirik ke arah teman laknatnya.

Tahunya tiga buaya sok ganteng itu tengah mengobrol dengan adik kelas perempuan. Ditinggal sebentar langsung tambah sesat ternyata.

Cindy beringsut ke arah mereka, berdiri disamping Juna. Air wajahnya persis anak tatib, serem abis. Judes persis Rena saat menagih uang kas.

"Kenapa?" celetuk Cindy, mendongak menatap Lino.

"Kayaknya Pak Edi nyuruh murid bikinin kopi lagi. Ini dia nanyain dapur guru dimana," sahut Lino tersenyum pada adik kelasnya, dengan sok akrab menaruh lengannya dibahu si adik kelas.

"Hm, terus?"

"Terus gue mau nganterin dia dulu, lo duluan ke kantin oke?" kata Lino tersenyum kuda, meringis saat kena sikutan di perut dari Yugo.

"Ngadi ngadi, gue yang mau nganterin dia." Cetus Yugo tak santai.

Juna merentangkan tangannya, membuat si adik kelas mundur sedikit, "gue yang nganterin dia." Sergap nya sok banget.

Cindy mengumpat, dia dia dia, tak tahu kenapa tapi Cindy jadi bete sendiri.

"Kita bertiga nganterin dia, lo duluan aja ke kantin nya. Nitip mie ayam sama teh kotak heeh?" ucap Lino akhirnya.

Cindy mendecak, menatap punggung keempat orang didepannya. Tsk, awas saja ya itu tiga dedemit, Cindy bodoamat kalau mie ayamnya mereka pedes rasa cemb— setan!



———————————————– – – – – – ---

"Dy, yang kelima apaan yang kelima."

"Apaan."

"Tipe."

"Apaan."

"Tipe."

"Apaan."

"Tipe ideal bangsat."

"Oh,"

" – cowok yang cool, bukan cowok yang setiap adik kelas lewat disenyumin sampe lupa punya temen."

--- – – – – – ———————————————–

ideal type' -leeknow [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang