Mtahari sedang gencar-gencarnya memancarkan sinar panasnya, beberapa orang bahkan memilih untuk tetap di dalam rumah di saat seperti ini. Namun lain halnya dengan Hadi, ia tetap semangat untuk berangkat menghadiri rapat penting tentang masa depan bangsa. Setelah selesai bersiap, kini tinggal satu hal. Pecinya. Hadi pun memakai peci lalu pergi berpamitan pada ibu.
"Hadi berangkat, ya, Bu." Pamitnya sambil meraih tangan Ibu lalu menciumnya.
"Iya, hati-hati ya, Nak. Doa ibu selalu bersama kamu," balas ibu sambil tersenyum.
"Ayu ... abang berangkat, ya," teriak Hadi karena malas mencari keberadaan adiknya.
"Iya, Bang," jawab Ayu dengan teriakannya yang tak kalah kencang.
Hadi pun keluar rumah dan mendapati Armudi yang sudah menunggu di depan rumahnya.
"Yo, berangkat," ajak Hadi.
Mereka pun berangkat menuju tempat yang biasa mereka gunakan untuk rapat.
∆∆∆∆
Rapat kali ini dihadiri oleh lebih banyak orang. Kelompok muda selain pendukung Sutan Syahrir juga membawa beberapa orang dari kelompoknya masing-masing.
Contohnya Chaerul Saleh yang membawa Darwis dari kelompok Ika Daigaku dan juga hadir Soekarni sebagai perwakilan dari kelompok Murba.
Jadi sekarang banyak kelompok golongan muda yang berkumpul bersama. Hadi pun bingung, kenapa banyak sekali yang datang? Apa ada bahasan yang sangat sangat penting hari ini?
Karena ramainya tempat oleh para pejuang, mereka semua pun rapat sambil berdiri.
"Sepertinya Bung Karno dan bung hatta dan para golongan tua tidak akan menyetujui gagasan kita," seru Wikana.
"Kita tidak boleh menyerah," Ali menyemangati.
"Ya betul."
"Lantas bagaimana?" tanya Singgih dengan bertolak pinggang.
Hadi menghela napas, "mari kita rundingkan dulu sudah mulai dari penyebab awal para golongan tua tidak menyetujui gagasan ini," ujarnya dengan tegas.
Armudi buka suara, "Bung Karno selalu menjawab kalau kemerdekaan harus sesuai dengan rencana PPKI."
"Sedangkan PPKI adalah badan buatan Jepang," timpal Ali.
"Berarti Bung Karno sudah terpengaruh oleh jepang," seru Singgih dengan suaranya yang mulai meninggi.
Wikana mengusap kasar wajahnya, "lantas bagaimana?"
Seketika semuanya terdiam, memikirkan benar-benar masalah yang sangat penting bagi bangsa ini.
Hadi yang memiliki sebuah pemikiran, langsung menyuarakan pendapatnya.
"Kita harus menjauhkan Bung Karno dari pengaruh Jepang. Agar Jepang tidak memengaruhi Bung Karno tentang memproklamasikan kemerdekaan sesuai dengan rencana PPKI," tuturnya.
"Apa kita bawa saja Bung Karno menjauh dari Jakarta, agar terlepas dari pengaruh Jepang," Armudi menimpali.
"Ya, saya setuju," seru Darwis.
"Ya, saya juga miliki pemikiran seperti itu, lebih baik Bung Karno kita jauhkan dari pengaruh Jepang lalu kita kembali mendesak bung karno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Cerita Kita [KELAR ✓]
Historical FictionSudah ada yang punya? Terobos wae, apa mundur, ya? Wes, nekat dikitlah. . . . Ipen Laknat Peso 2020 Tema : Yang Terlewatkan Genre : History fiction - Romance Latar peristiwa : Proklamasi 1945