Kaila meringis menahan sakit saat alkohol itu bersentuhan dengan lukanya.Gadis itu mencoba mengobati luka di sudut bibirnya.
Kaila mencoba menulikan telinganya saat pintu kamarnya terus di gedor keras oleh parhan,om nya.
"Anak sialan,buka pintunya!"
Kaila hanya bergeming diam di atas lantai kamarnya.Dia menutupi telinganya dengan kedua tangannya,mencoba tidak mendengarkan teriakan dan umpatan yang di lontarkan omnya.
Kaila takut,dia sangat takut saat ini.Apa tidak cukup luka yang dia dapat dibibirnya,dan pipinya pun masih sakit akibat tamparan itu.Apa om nya berniat memberikan luka baru ditubuhnya,apa tidak sekalian saja dirinya dibunuh juga.
Kaila terkekeh kecil,kenapa harus dia yang mengalami semua ini.Kaila semakin mempererat pelukannya pada kedua lututnya.
Kaila menangis,dia tidak sekuat itu.Hatinya sakit,mentalnya juga sakit,sekarang fisiknya juga yang ikut sakit.
Hening
Kaila tidak mendengar lagi suara pintu yang di gedor keras,suara omnya pun juga ikut menghilang.Dirinya hanya benalu disini,itu kenyatannya.Setiap apapun pasti selalu dirinya yang disalahkan.
Padahal kaila tidak tau apapun,dia juga kaget kenapa bisa dituduh pecahin guci itu.Guci kesayangan tantenya,yang katanya harganya yang tidak murah.
Dia baru pulang dari sekolah,ganti seragam yang dia kenakan saja juga belum.Tiba tiba sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.
Hingga kenyataan pahit itu menyadarkan kaila,dia hanya benalu,dia hanya penganggu di keluarga harmonis ini.
Kaila mengambil obat yang terletak di atas meja belajarnya.Sial kenapa dirinya tidak menyadari jika obat ini hampir habis.Hanya tertinggal dua butir,syukurlah dia masih bisa minum obat itu untuk saat ini.
Setelah terasa membaik kaila mengambil hoodie hitamnya,dan sebuah topi dengan warna yang sama.Dia berniat membeli obat itu lansung ke rumah sakit,sekalian sambil konsultasi dengan dokter syeila.
Dia mengambil jalan melewati jendela kamarnya yang tepat berada di depan jalanan.Kaila tak sanggup jika dirinya harus bertemu dengan om dan tantenya lagi.
Untunglah masih ada sedikit uang untuk dirinya menaiki angkot menuju rumah sakit.
Tempat ini,tempat orang orang memperjuangkan kehidupannya agar pulih lagi.Kaila pernah di posisi itu,posisi dimana dirinya benar benar ingin manghilang saja dari dunia ini.
Tapi nyatanya dirinya tidak sanggup meninggalkan dunia ini.Dia masih ingin hidup,dia masih ingin merasakan kebahagian itu.
Kaila berjalan menunduk ke arah lantai koridor rumah sakit.Hingga tanpa sengaja dia menabrak seseorang,kaila terjatuh sikunya terasa sakit karena menahan bobot tubuhnya.
Dokter varo
Sial kenapa dia ada disini,kenapa dia selalu muncul disaat keadaannya tidak bisa dibilang baik.
Kaila lansung berdiri dan berniat pergi,dia tidak ingin dokter varo melihat keadaanya yang sangat menyedihkan ini.
"jangan coba menghindar kaila."
Terlambat,dokter varo mengenalinya.Tapi apa peduli kaila saat ini,dia tidak peduli.Kaila kembali berjalan dan langkahnya terhenti saat tangannya di cekal.
"kita perlu bicara."
Apalagi yang harus dibicarakan,semuanya sudah jelas.Kaila menghembuskan nafas kasar,dia berbalik menatap ke arah dokter varo.Kaila menggeleng,petanda dirinya tidak mau bicara untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
why me?
Teen FictionKaila Sherly Sifabella,anak perempuan seindah padang rumput yang selalu mendapat kebahagiaan dalam hidupnya.Bukankah nama itu sebuah doa,tapi kenapa kehidupannya tidak seindah nama yang dimilikinya. Kebahagian itu bagaikan langit dan bumi bagi kaila...