O21. Ku Kira Kau Rumah

8.3K 1.3K 133
                                    

Sabtu pagi, yang biasanya Changbin mengajak Felix untuk sekedar lari pagi di taman dekat apartemennya, pengecualian untuk hari ini, Changbin lari sendiri.

Seperti beberapa bulan yang lalu sebelum Felix pindah ke Apartemennya. Jaket parka yang Changbin pakai udah basah di bagian punggung, nafasnya udah sedikit terengah tapi dia enggan buat sekedar berhenti untuk menormalkan tarikan nafasnya.

Terhitung udah tigapuluh menit Changbin lari. Dari matahari belum terlihat, sampai sekarang yang muncul malu-malu di temani cahaya ungu di balik pepohonan.

Otaknya butuh udara segar, dari kemarin mumet soal kerjaan serta Felix yang mengurangi skala bawelnya.

Setelah kejadian kemarin, Felix gak terlalu banyak bicara. Tidur lebih dulu, dan tadi pagi pun sewaktu Changbin membangunkannya si manis hanya mengerang pelan sambil bergumam gak mau.

Yang biasanya semangat empatlima, namun pagi tadi malah loyo kaya orang yang gak ada gairah hidup.

Juga yang biasa memanggil Changbin dengan sebutan Om, tapi dari kemarin Felix merubahnya dengan panggilan aku-kamu.

Kalau nada bicaranya gak dingin, gak usah di tanya lagi, Changbin pasti senang. Tapi ini, malah terdengar malas serta gak bersahabat sama sekali.

Dia lebih mending pakai panggilan Om dari Felix, daripada aku-kamu tapi nadanya dingin. Gak ada maknanya.

Dari kemarin juga, Changbin gak absen untuk intropeksi sama dirinya sendiri. Mulai dari dia yang jemput Felix di sekolahan, sampai berakhir di atas kasur yang sama namun hanya punggung si manis yang dapat Changbin lihat malam itu.

Gak ada yang salah, bahkan Felix keliatan senang sewaktu Changbin jemput dia di sekolahan.

Tapi mukanya berubah ketika Changbin bilang mau jadi groomsmen. Gak mungkin kan, Felix marah gara-gara dia jadi pendamping di pernikahan buat temannya nanti?

Gak mungkin, Felix gak se-childish itu.

"Haahh ..." tungkai Changbin berhenti di depan bangku besi yang biasanya sering mereka pakai untuk istirahat.

Tapi hari ini cuman ada Changbin yang duduk sendiri disana. Gak ada Felix, gak ada lagi keluhan soal capek sama sesak dari si manis.

Hanya ada semilir angin sejuk yang menggoyangkan ujung poninya yang lepek.

Di hari sabtu yang cerah ini, Changbin memulai harinya dengan perasaan kelabu.

.
.
.
.

Sewaktu Changbin selesai sama kegiatan lari paginya, Felix yang lagi duduk sambil megang segelas susu di tangannya adalah hal yang pertama Changbin lihat.

Si manis anteng menatap layar TV yang sekarang menampilkan kartun pagi. Changbin membawa tungkainya terlebih dahulu kearah dapur, meneguk dua gelas air sambil melepas jaket serta bajunya yang kemudian dia simpan di keranjang khusus.

Menyisakan celana pendek dan dadanya yang terekspos kemana-mana dengan keadaan yang masih basah gara-gara keringat.

Dia lalu berjalan kearah kamar untuk mengambil baju hitam tanpa lengannya, sebelum akhirnya mengambil tempat di bawah kaki si manis.

Duduk lesehan sambil menonton tayangan kartun pagi dengan punggungnya yang menyandar pada sofa. Satu kaki Felix yang turun, seperti biasa Changbin jadikan bantalan kepalanya.

Hening buat beberapa menit kedepan, Felix fokus sama tontonannya sedangkan Changbin memilih memejamkan matanya sebentar seraya berfikir bagaimana caranya biar bicara sama Felix soal masalah kemarin.

Om Changbin!? -changlix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang