O1O. Just Us, Said the Sky

11.4K 1.5K 101
                                    

"Nak Felix,"

"Iya Tan- eh, Ibu, kenapa?"

Wanita paruh baya yang duduk dihadapannya mengulum senyum tipis. Yang langsung mengingatkan Felix pada Changbin yang sering menatapnya persis seperti tadi.

Dia jadi tau darimana tatapan penuh afeksi namun datar milik Changbin berasal. Bibir tipisnya tersenyum kikuk.

"Abin nyusahin Felix gak selama ini?"

Abin.

Felix tertawa geli. Beliau bilang Changbin sering disebut Abin kalau sedang dirumah. Sebutan yang berasal dari Neneknya dulu, alhasil semua keluarga besar Changbin jadi memanggilnya dengan sebutan itu.

Meskipun dia pernah protes waktu kelas dua SMA gara-gara diolok temannya waktu Ibunya keceplosan manggil Abin di hadapan teman-temannya.

Changbin gak marah, katanya. Dia cuman jadi gak banyak ngomong buat beberapa hari, sampai Ibunya menyogok Changbin menggunakan PS keluaran terbaru, anak itu baru berbicara seperti biasa lagi.

Beliau juga sempat cerita, kalau Changbin sebenarnya gak sejutek tampilan luarnya. Bisa banyak ngomong kalau emang lingkungan sekitarnya yang membuat dia nyaman.

Changbin yang susah mengekspresikan suasana hati maupun perasaannya, Changbin yang bukan tipe multitasking, dan Changbin yang bakal jadi kaku kalau berhadapan dengan seseorang yang punya peran penting di hatinya.

Felix contohnya, beliau bilang begitu. Dengan senyuman usil yang tersungging apik di sudut bibirnya.

"Gak, malahan Felix yang sering nyusahin Kak Changbin." Surai kecoklatan Felix bergoyang seirama dengan gelengan kepalanya.

"Oh ya?" Kedua alisnya menukik. "Tapi Abin bilang sama Ibu, kalo Felix masih kadang suka ragu."

"Itu ..." mata Felix melirik kesegala arah. "Felix cuman takut ngerepotin aja ..."

"Kenapa?"

"Ya, soalnya muka Kak Changbin gak bisa Felix baca. Jadi Felix suka salah paham, takutnya gak suka apa gimana, soalnya Kak Changbin cuman iya-iya aja waktu Felix minta ini-itu."

Beliau hanya tertawa pelan. "Kalo Abin ngerasa semuanya ngerepotin, dia gak bakalan mau end up with Felix sampe sekarang, loh."

"Bukannya kita di jodohin ya, Bu?" Tanya Felix hati-hati, sambil mencoba menatap lurus kearah manik gelap wanita yang duduk didepannya.

Tapi respon yang Felix dapat hanya miringan kepala dengan alisnya yang bertaut. Rambut panjangnya turun mengikuti arah kepalanya. Juga, manik gelapnya yang menatap Felix gak paham.

"Di jodohin?" Beliau balas bertanya. "Abin belum cerita sama Felix?"

"Cerita ... apa?"

Raut wajahnya seketika berubah. Beliau menggeleng cepat dengan tangan lembutnya yang langsung mengusap lengan Felix yang masih menggenggam pensil.

"Tanyain Abin ya, Ibu gak ada hak buat cerita semuanya sama Felix."

Si manis hanya mengangguk, agak kaku dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Dia kembali menunduk, melanjutkan tugasnya yang hampir rampung berkat bantuan Ibu Changbin.

Meskipun hatinya gak bisa bohong kalau dia mendadak gak enak sewaktu beliau menyuruhnya untuk bertanya langsung pada Changbin.

Om Changbin!? -changlix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang