Sakura menatap langit malam dengan wajah sendu, tangannya masih terangkat ke atas sembari menggenggam ponselnya.Angin malam menusuk kalbu, namun tak mengurungkan niatnya untuk turun dari atap rumah. Gadis itu masih senantiasa duduk di atas genteng.
Sakura kembali mengecek ponselnya, ia berdecak kesal. Ingin membanting, tapi sayang. Ponsel itu pemberian dari mantan kesayangannya.
“Sinyal ilang-ilangan, udah kayak Sasuke aja.”
Ngomong-ngomong soal Sasuke, Sakura jadi ingat ketika ia masih bersama dengan lelaki itu. Punya pacar seperti Sasuke merupakan kebanggaan sendiri baginya, wajah rupawannya tak membuat ia bosan, malah selalu enak dipandang. Ketika kencan pun para gadis akan memandang dengan iri, hingga membuatnya sedikit merasa tidak nyaman. Belum lagi dengan tingkah centil dari para fangirl yang ada di sekelilingnya itu, mengingatnya saja sudah membuat hatinya gondok.
Namun bukan itu yang membuat Sakura nekat memutuskan Sasuke saat lagi sayang-sayangnya. Sasuke memang tipe ideal, tapi juga tidak sempurna. Lelaki itu tetap memiliki celah, salah satunya tak mau kalah. Sasuke selalu merasa benar, padahal sudah jelas-jelas kalau dia yang salah, tapi masih saja memutar logika untuk membuat lawannya yang merasa bersalah.
Disamping itu, Sasuke secara sadar atau tidak, sering sekali mempermainkan dirinya. Di satu waktu, dia muncul terus di hadapannya. Mengajak jalan ke sini dan ke sana, chatting dan videocall pun tak pernah absen. Namun di waktu yang lain, mendadak dia menghilang. Jangankan mengajaknya jalan, pesan saja hanya dibalas kadang-kadang. Jujur saja, ini sedikit mencurigakan untuknya yang selalu penasaran akan suatu hal. Takut-takut kalau ada gadis lain yang berhasil menggaet hati lelakinya.
KLONTANG.
Bunyi benda bertubrukan itu mengalihkan atensinya, Sakura menatap kebawah.
“TURUN GAK LO?”
“APAAN SIH? JANGAN TEREAK-TEREAK!”
“TURUN!”
Tukang perintah, dan itu salah satu keburukan Sasuke. Sakura menghela nafasnya pelan, ia masih belum siap berhadapan dengan Sasuke. Namun akhirnya, gadis itu langsung merangkak pelan menuju balkon kamarnya kemudian berlari menuruni tangga.
“Ngapain?” Kata Sakura saat sudah membuka pintu rumahnya.
“Lo gak nyuruh gua masuk dulu?”
“Gak bisa, papa sama mama lagi gak ada di rumah.”
Bukannya merespon ucapan Sakura, Sasuke malah menyeringai senang. Lelaki itu menatap tubuh Sakura yang hanya mengenakan kaos overzise berwarna navy yang menutupi hot pants putihnya. Rambut pink pendeknya sudah mulai memanjang.
“Ngapain ke sini sih?” Pertanyaan itu memecah lamunan Sasuke.
“Hn, balikan yuk ra.”
Singkat, padat, dan jelas. Sasuke sekali itu. Tanpa basa-basi, sama seperti waktu ia menembak Sakura. Namun lelaki itu tidak lagi membawa setangkai mawar yang dipetik dari rumah tetangga, melainkan sebuah kantung berisi kotak makanan kesukaannya.
“Hah? Apa?”
“Gak ada siaran ulang.”
“Dih, gak usah ngelawak.” Rahang Sasuke tampak mengeras, Sakura hanya meneguk ludahnya pelan.
“Gua serius ra.”
“Tapi lo pernah bilang ke gua, jangan temuin gua lagi. Nanti ada yang salah paham, kita ini kan cuma mantan.”
“Lo gak ingat? Itukan juga kemauan lo, lo bilang gua harus sadar status kalau kita ini cuma mantan. Bener kan?”
Mata mereka saling menatap tajam, berusaha untuk saling mengintimidasi.
“Iya, lo bener. Lo yang paling bener.”
“Terus gimana? Kita balikan ya? Gua gak pengen orang lain salah paham dengan hubungan kita dan ngatain lo yang aneh-aneh. Gua disini mau memperjelas semuanya, kalau gua pengen lo jadi pacar gua lagi.”
Hening. Sakura terdiam, gadis itu bingung mau menjawab apa. Ia hanya tidak ingin merasakan sakit untuk yang kesekian kalinya.
“Gua capek, mau istirahat. Mending lo pulang aja. Bentar lagi mau hujan.”
“Sakura tunggu—”
BRAK!
Pintu tertutup, Sasuke gagal menahan langkah Sakura. Lelaki itu hanya menatap nanar pintu bercat putih dihadapannya.
Sementara itu, Sakura menyandarkan punggungnya pada pintu. Ia tahu, Sasuke tak akan langsung pergi begitu saja.
“Sakura—”
Sasuke menghela nafas,
“—Gua minta maaf kalau gua ada salah sama lo, yah walaupun gua gak tau dimana letak kesalahan gua.”
Sakura mendengus, ia masih setia mendengarkan. Sedangkan Sasuke merapatkan dirinya pada pintu. Kepalanya tertunduk. Kemudian berbisik lagi.
“Gua cuma pengen jujur kalau gua masih cinta sama lo. Lo mutusin gua dengan alasan yang gak jelas soalnya. Gua cuma pengen mastiin, lo masih cinta kan sama gua?”
Sakura merenung, Sasuke menempelkan dahinya pada pintu.
“Gua bakal beri lo waktu buat mikir, gua gak bakal maksa lo kayak dulu.”
Jeda sejenak,
“Ini martabak telor spesial buat lo, dimakan ya.”
Sasuke menggantungkan kantung makanan itu pada kenop pintu, sebelum pergi meninggalkan rumah Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLIMPSE OF US
RomanceNaruto © Masashi kishimoto Glimpse Of Us © Akaknim Dasar netijen! Sakura kesal, ia paling tidak suka dijadikan bahan gosip ini itu. Bahkan sebelum pacaran dengan Sasuke pun, ia sering digosipkan dengan banyak teman lelakinya seperti Naruto, Sai, Gaa...