NINE

1.8K 305 52
                                    


Setelah menikmati akhir pekan, biasanya para siswa akan merasa malas untuk kembali beraktivitas di hari Senin. Itulah yang dirasakan Sakura saat ini, gadis itu tengah menelungkupkan wajahnya pada meja berbahan kayu dengan kedua tangan menjadi bantalannya.

“Lo sakit ra?”

Sakura menggeleng saat mendengar suara Ino yang tampak khawatir.

“Terus kenapa lemes gitu?”

Tak ada jawaban, Ino pun memilih diam.

“Ino...”

“Hem?”

“Kok diem?”

Ino menoleh kearah sahabatnya yang masih setia memeluk meja kayu itu.

“Terus lo mau gua teriak-teriak gitu?”

“Gak juga.” Gumam Sakura. Kepalanya bergerak, gadis itu memandang Ino yang tengah menguncir rambut panjangnya.

“No...”

“Hem?”

“No...”

“Heeem?”

“Ino—”

“Apaan dah! Gua dari tadi di samping lo, ngapain pake manggil-manggil sih?”

“Mau curhat.” Wajah Sakura mendadak melas, dan Ino menatapnya dengan penuh semangat.

“Sok atuh.”

Sakura diam, gadis itu menegakkan tubuhnya. Kemudian menatap Ino cukup lama.

“Kalau gua balikan ama Sasuke, gimana menurut lo?”

Ino tampak berpikir sebelum mengeluarkan pendapatnya.

“Ya gak gimana-gimana sih. Emangnya perasaan lo ama dia kek apa sekarang? Luntur gak? Meskipun cuma sedikit?”

“Luntur sih, dikit tapi. Dikit doang.”

Ino mengangguk paham, Sakura melanjutkan sesi curhatnya mulai dari kedatangan Sasuke ke rumahnya hingga perasaan yang ia rasakan sekarang ini.

“Gua selalu mikir gini no, ibarat gua suka kopi nih ya. Kalau kopi itu tumpah kena baju gua sih gak masalah, itu gak akan ngurangin rasa suka gua sama kopi. Tapi nodanya ini yang bikin keki, dan pada akhirnya gua juga yang repot buat ngilangin bekasnya. Paham gak lo?”

“Paham.”

“Apa?”

“Baju lo kena noda kopi kan? Ya pake bayclin aja. Dijamin putih lagi.”

“Anjir, malah ngiklan.”

Sakura menelungkupkan kembali wajahnya pada meja, sedangkan ino malah tertawa geli.

“Bercanda elah.”

Ino menoel-noel lengan Sakura.

“Hei, mau denger nasehat gua gak? Kali ini serius.”

“Apa?”

Ino memaksa Sakura untuk menegakkan posisi duduknya. Agar mereka bisa saling bertatapan.

“Berawal dari kesalahan Sasuke, pasti membekas banget kan di hati lo? Tapi lo udah berusaha buat ngilangin rasa kesel lo ke dia kan? Dan lo juga tetep suka dia meskipun apa yang dia lakukan itu gak sesuai sama keinginan lo. Bener gak?”

Sakura mengangguk, saat Ino melontarkan ucapannya.

“Sebenernya ini cuma masalah sifat sih. Perasaan lo emang bisa luntur kapan pun. Tapi, apa iya semudah itu perasaan lo akan hilang cuma karena sifat buruknya doang?”

“Coba inget-inget lagi manisnya kalian saat bersama dan bandingkan dengan keadaan kalian sekarang. Pengen banget gak sih buat terus mempertahankan hubungan kalian? Kalian bisa belajar untuk saling mengerti karakter masing-masing.”

Yah, jadi flashback deh.

“Btw, itu dia udah minta maaf kan? Sekarang terserah lo mau balikan apa gak, itu adalah sebuah pilihan yang harus lo pilih. Pesan gua cuma satu, hati-hati aja dalam memilih. Jangan sampai lo nyesel nanti.”

Mata Sakura mulai berkaca-kaca, Ino pun langsung merangkul sahabatnya itu agar merasa sedikit lebih tenang.

° ° °

Siang ini, Sakura tengah berada di depan rumah Sasuke. Naruto bilang penyakit Sasuke kambuh, pantas saja lelaki itu tidak masuk sekolah tadi. Apa kemarin dia kehujanan? Atau mungkin dia kelelahan? Berbagai pertanyaan pun muncul di otak Sakura saat ini.

GREEEK.

Pintu terbuka, Sakura terkesiap.

“Sakura?”

“Aa, halo tante.”

Mikoto tersenyum, wanita paruh baya itu tampak cantik dengan setelan baju berwarna putih gading.

“Mau ketemu Sasuke?”

“Um, iya tante. Sasukenya ada?”

“Ada di kamar. Asmanya kabuh, mungkin karena terlalu banyak pikiran.”

Mendengar hal itu, Sakura jadi tak enak hati. Itu pasti gara-gara dirinya kemarin. Bukannya terlalu percaya diri sih, tapi kata Mikoto, Sakura itu sudah seperti penyemangat hidup anak bungsunya. Karena semenjak Sasuke bertemu dengan Sakura, Lelaki itu sedikit lebih hidup.

“Oh iya Sakura, tante mau ke supermarket sebentar, kamu gak papa kan sendirian disini sama Sasuke?”

“Iya tante.”

Sakura mengangguk, Mikoto mengelus rambut Sakura yang mungkin akan menjadi menantunya kelak.

“Yasudah, tante berangkat dulu ya. Kalau Sasuke nakal, botakin aja kepalanya.”

“Pfft, siap tante. Hati-hati dijalan.”

GLIMPSE OF USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang