Ino menghela nafasnya, melihat Sakura yang menangis dipelukan Hinata. Sedagkan Tenten terus mengelus rambut gadis pink itu. Mereka sedang duduk lesehan di bawah pohon palem yang sedikit merunduk ke tanah.“Udah, jangan nangis terus. Jelek tau.”
“Sasuke... Kayaknya dia gak mau ketemu gua lagi, dia pasti marah banget.”
“Sabar Sakura.”
Sakura melepas pelukan Hinata dan menatap gadis itu dengan mata berairnya.
“Hinata! Gua tuh udah sabar. Kalau gak, Sasuke udah gua santet duluan.”
“Lah gua kan cuma mau nenangin lu, kok malah marah-marah?”
“Kayak gak tau aja Nat, dia kan lagi frustasi.”
Sakura menoleh pada Tenten yang dengan santainya meminum sekaleng cola.
“Gua gak frustasi ya!”
“Terus apa?”
“Huh!”
Sakura merengut, ia menunduk dalam.
“Ra, mending lo minta maaf aja deh. Biar semuanya kelar.”
“Iya, nanti kita bakal bantuin lo kok.”
Mendengar ucapan Hinata dan Ino barusan membuat air mata Sakura mengalir deras.
“Lah kok nangis lagi?”
“Ku terhura~”
Tenten mendengus geli, memandang mereka.
“Terharu ra, terharu.”
° ° °
Kini Sakura berada di cafe dekat pantai bersama anggota kelompoknya. Sakura tidak sengaja duduk berhadapan dengan Sasuke yang tengah duduk disamping Karin. Sakura yang sudah berniat untuk meminta maaf pada Sasuke akhirnya mengurungkan niatnya karena Sasuke tiba-tiba bertukar tempat dengan Naruto yang berhadapan dengan Gaara. Setelah itu mereka hanya menyelesaikan tugas tanpa adanya candaan. Suasana begitu canggung setelah Naruto pergi memesan makan siang untuk mereka.
Selang beberapa waktu, Naruto datang bersama Ino dan Hinata, membuat suasana kembali hangat. Namun kali ini Sasuke yang pergi karena beralasan ingin ke toilet. Pandangan Sasuke dan Sakura sempat bertemu namun Sasuke langsung melangkah pergi tanpa senyum, tanpa sapaan hangat ataupun sekedar usapan lembut di kepala seperti biasanya. Lagi-lagi, Sakura menghela nafas kecewa. Sial sekali hari ini.
Ino yang menyadari raut sedih di wajah sahabatnya pun hanya bisa merangkul pundak Sakura, mencoba menenangkan gadis itu.
“Jangan lemes gitu, kita bisa coba lagi lain kali.” Ucap Ino, gadis itu tersenyum menenangkan yang hanya dibalas Sakura dengan anggukan.
° ° °
Perjalanan seusai study tour cukup melelahkan, para siswa yang ada disana pun diperbolehkan untuk langsung pulang ke rumah dikarenakan hari sudah mulai senja.
“Ada apa?”
“Ini tentang Sakura.”
“Oh, gimana? Dia baik-baik aja kan tanpa gua?” Sasuke menyenderkan punggungnya pada dinding, saat ini ia masih di sekolah menemani Karin yang tengah berada di dalam toilet. Hingga kedatangan Ino mengalihkan atensinya.
“Baik apanya? Lo tau sendiri kalau dia dalam keadaan yang gak baik sama sekali.”
“Gak ada cowok yang deketin kan?”
Ino berdecak karena Sasuke mengabaikan ucapannya.
“Dih! Harusnya kalau lo mau tau keadaannya ya tanya sendiri. Yah bukannya gue gak mau bantuin. Tapi kalau lo begini terus, bakalan banyak yang deketin Sakura karena udah jarang kelihatan sama lo!”
Ino melipat kedua tanganya di dada. Matanya melirik setiap arah, takut-taut ada yang mergokin dia dan Sasuke tengah berada di depan toilet sekolah.
“Dulu kan itu juga maunya dia. Gua harus sadar status katanya.”
“Ya tapi gak gini juga...” Ino menggeram.
“Dahlah, Mending kalian baikan sekarang. Bicarain semuanya secara baik-baik.”
Ino nepuk lengan Sasuke, sebelum melangkah pergi.
“Gua pergi duluan.”
° ° °
Sakura mondar-mandir di depan gerbang sekolah, dia nungguin Mamanya yang katanya akan menjemputnya saat pulang dari study tour.
Langit sudah mulai gelap, Sakura merasa cemas.
“Mama kok lama?” Sakura melirik ke kanan kiri jalan, barangkali ada mobil Mamanya.
“Macet kali ya?”
Ponselnya bergetar, satu pesan dari sang Mama membuatnya menghela nafas kecewa.
Mama
Sayang, maaf ya. Mama gak bisa jemput kamu. Tiba-tiba Papa ngajak Mama dinner dengan para client penting. Kamu bisa pulang naik taksi kan? Atau menginap dirumah temen aja gak papa kok. Sekali lagi maaf ya sayang. Hati-hati dijalan, muah :*
Sakura merengut karena ponselnya kehabisan baterai. Akhirnya, ia bangkit dan mulai melangkahkan kakinya menuju ke sebrang jalan.
‘Mama kok gitu sih, padahal kan udah janji. Tau gini gua nebeng Ino tadi.’
Sakura tidak memperhatikan jalannya, gadis itu mengabaikan sekumpulan anak lelaki dengan seragam SMA tengah nongkrong di atas motor mereka masing-masing.
“Cantik, jalan sendirian aja? Mau abang temenin?” Salah satu dari mereka mencegat Sakura.
Sakura mendelik tapi dalam hati agak ketakutan, ia berusaha melewati mereka tapi ada yang memegang lengannya.
“Apaan sih, lepasin!”
“Galak banget euy tapi menarik sih, yuk ikut abang main~”
Sakura meginjak kaki lelaki bergigi runcing yang mencegatnya tadi, tapi tetap saja lengannya masih belum terlepas.
“Berani banget nih cewek!”
“Juugo pegangin!”
“Ngapain sih? Cari yang lebih kalem ajalah.”
Lelaki bernama Juugo itu menjawab malas, namun tetap menjalankan perintah bosnya itu. ia mengenggam kedua lengan Sakura dengan erat.
“Suigetsu kan suka yang garang-garang, ya gak cuy?”
Seorang lelaki berkacamata menyahuti ucapan Juugo dan dibalas anggukan oleh Suigetsu.
“Yoi men.”
Mereka tertawa melihat Sakura yang terus berontak hingga kelelahan, Sakura berdecak. Harusnya ia sudah ada dirumah Sekarang, bukannya berhadapan dengan si gigi runcing beserta anak buahnya itu. Oh tuhan, ini benar-benar hari yang sial.
Lelaki bernama Suigetsu itu makin kurang ajar, ia mengelus pipi Sakura dengan seringai yang tampak di wajah mesumnya.
“Jangan sok jual mahal deh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
GLIMPSE OF US
RomansaNaruto © Masashi kishimoto Glimpse Of Us © Akaknim Dasar netijen! Sakura kesal, ia paling tidak suka dijadikan bahan gosip ini itu. Bahkan sebelum pacaran dengan Sasuke pun, ia sering digosipkan dengan banyak teman lelakinya seperti Naruto, Sai, Gaa...