*
*
*
____________________Everybody's looking at you but you're looking at me. I push you away, why do I do that.
____________________*
*
*Alana menatap laki-laki di depannya dengan pandangan horor dan siap memberikan beberapa umpatan kasar jika dia tidak ingat untuk menahan diri agar tidak membuat masalah selama setahun ini.
Dia sangat kesal, bagaimana tidak. Laki-laki tidak tahu diri itu dengan berani menariknya tanpa meminta persetujuannya. Alana akui jika dia ingin berdansa, tapi tidak dengan pria ini. Dia yang seharusnya memilih siapa yang akan menjadi pasangannya untuk malam ini bukannya malah dia yang dijadikan pasangan seperti ini.
Dia Alana Johnson, apapun keadaannya dia tetap Alana Johnson dan tidak sepantasnya seseorang menariknya dengan seenaknya seperti itu.
Alana terus menatap tajam laki-laki itu, dia berusaha melepaskan tangannya yang ditarik ke tengah lantai dansa. Tapi tidak, genggaman laki-laki itu terlalu kuat.
Setelah berada di tengah lantai dansa baru laki-laki itu melepaskan tangannya, Alana siap memaki kapan saja tapi dia memilih untuk menunggu apa yang akan diucapkan laki-laki itu atau lebih tepatnya ucapan meminta maaf.
Terlalu lama menunggu dan Alana tidak sabar, baru saja Alana akan mengatakan sesuatu tapi laki-laki itu lebih dulu berujar.
"Aku tahu kau merasa senang, tapi bisakah kau tidak menatapku seperti itu?" Ucapannya yang kelewat santai, membuat Alana ingin melemparkan sesuatu yang keras tepat di kepala laki-laki itu agar sadar dengan apa yang dia lakukan.
"Kau-" geram Alana sebelum ucapannya kembali terpotong.
"Iya aku tahu, jangan terlalu terbawa suasana. Akan sangat merepotkan jika kau jatuh cinta denganku." Ucap laki-laki itu lagi.
"What the ..." Ingin rasanya Alana berkata kasar. Tapi gadis itu menghentikan ucapannya ketika laki-laki di depannya itu maju dan menjadi semakin dekat dengannya.
Alana mengambil langkah mundur, namun tanpa dia duga laki-laki itu semakin berani dan merengkuh pinggang ramping Alana, mengalungkan tangan gadis itu di lehernya.
Alana menahan tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan laki-laki itu menggunakan tangannya yang semula berada di leher laki-laki itu. Dia mendesis tidak suka dan terus memberontak tapi laki-laki itu tidak bergeming, menuntun Alana berdansa mengikuti gerakannya.
"Ini pemaksaan. Aku tidak pernah bilang setuju untuk berdansa denganmu bodoh." Ujar Alana masih terus berusaha melepaskan diri dari rengkuhan laki-laki itu.
"Ini hanya dansa. Kau seharusnya berterima kasih padaku karena sudah mau menjadi partner mu, jika tidak mana bisa kau menikmati pesta ini." Yang dikatakan laki-laki itu memang benar, Alana tidak mungkin menikmati pesta ini tanpa berdansa. Tapi tetap saja ini salah, laki-laki itu bukanlah orang yang dia harapkan untuk menjadi pasangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WILL BE BY YOUR SIDE
Romance"Our meeting is not a mistake, maybe this is fate." Laki-laki itu menatap lekat wajah Alana. "Painful destiny." Lanjutnya. "Duniaku kembali berputar seperti saat orang itu masih ada bersamaku... because of you. Sekarang kau membenciku, aku tidak bis...