17 : Love language

2.9K 581 48
                                    

━━━━▣━━◤◢━━▣━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━▣━━◤◢━━▣━━━━━

Juan menatap jengah pada kakak kelas yang biasa dikenal dengan nama Habel itu, lihat saja tatapannya, apa-apaan. Ia menatap Renjun seperti akan memakannya hidup-hidup, tentu saja Juan merasa terganggu.

Akhir-akhir ini Renjun jarang pulang bersamanya. Kalau tidak pulang telat ya, ia pulang bersama Habel ke rumah satunya. Kalian tentu masih ingat kalau Renjun membeli rumah baru karena tak ingin Habel bertemu dengan keluarganya, kan?

Juan jadi lebih sering menghabiskan waktunya bersama sepupu dan kakak-kakak Renjun di banding dengan manusia yang mengaku 'Tuannya' itu. Renjun juga jarang sekali membicarakan rencananya dengan Juan maupun keluarganya, kadang hanya meminta NingNing untuk terus mengawasi Nancy, itu saja.

OH! Asal kalian tau, Renjun jadi sering membuat bekal untuk di berikan pada pemuda tan yang sialnya lebih tua darinya. Memikirkannya saja membuatnya dongkol, maksudnya, bagaimana jika Renjun kelelahan karena hal itu!

Matanya bergulir pada sosok di hadapannya yang tengah tersenyum manis pada lelaki di sampingnya. Ia hanya kesal dengan ekspresi Habel, ah tidak. Ia kesal dengan keberadaan sang kakak kelasnya itu! Ya, walaupun ia dibutuhkan untuk rencana Renjun, tetap saja rasanya memuak-

'Kenapa moodnya jadi turun gini?! Tapi-ARGHH KENAPA SIH GUA!?' batin lelaki jangkung itu sambil mengusap kasar wajahnya

"Nanti jadi ke rumah gua, kan?" Jeno membuka suaranya dan membuat atensi ketiganya-Juan, Dean, dan Renjun-teralih padanya, Habel masih betah memandangi Renjun tentu saja.

Dahi Juan mengerut, "Ngapain?" Tanya nya sambil menatap Renjun bingung.

"Jadi kok, kita berempat mau belajar bareng di rumah Jeno." Jawab Renjun lalu kembali memakan saladnya.

'Nggak pulang bareng lagi ya...'

"Gua ke kelas duluan ya, Bang Jen." Ucap Juan sambil bangkit dari duduknya, Jeno melihat Juan dengan tatapan heran.

"Buru-buru amat, biasanya nungguin Renjun?"

Juan menggidikkan bahunya, membuat Renjun yang sedari tadi melihat interaksi keduanya mengernyit. Namun, lelaki jangkung itu tak mengubris tatapan Renjun dan bergegas meninggalkan meja yang dihuni oleh para kakak kelasnya.

"Kenapa gua jadi kekanakkan gini sih!?"

"Kenapa gua jadi kekanakkan gini sih!?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Klandestin : The Huangs | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang