18 : Social Judgement

2.6K 528 43
                                    

━━━━▣━━◤◢━━▣━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━▣━━◤◢━━▣━━━━━

"Renjun, bantuin gua dong."

Yang dipanggil namanya menoleh, dan mendapati Angkasa yang tengah menghampirinya, Lelaki jangkung itu mendudukkan dirinya disebelah Renjun. lalu menarik bangkunya mendekat pada Renjun,

"Bantu apa?" Tanya Renjun masih sibuk dengan berkas-berkas not yang tadi dibagikan.

Angkasa menyodorkan sebuah kotak dan satu ikat bunga mawar segar, "Bantuin bikin yang dilempar-lempar itu, Miss Sunny minta pake bunga seger." Ucapnya malas

"Kenapa nggak pake bunga plastik? Ini nanti keburu layu.." Renjun menarik setangkai lalu mengendus bunga bercorak merah itu.

Angkasa menggidikkan bahunya, "Katanya kalau direndam air nggak layu, nggak tau juga gua kenapa dia maunya pake yang asli." Jelas lelaki bersurai hitam itu seraya memetik kelopak bunga mawar satu-persatu.

"Ren."

Renjun berdeham pelan sebagai respon, tangannya mulai sibuk mencabuti kelopak bunga mawar.

"Kan udah putus sama bang Dery, gamau sama gua?" Cetus Angkasa yang berhasil membuat tangan Renjun berhenti bergerak, ia menatap lelaki di sebelahnya dengan tatapan malas.

"Yah maungnya dateng."

Grep

Lelaki asal Jilin itu terlonjak kaget saat sebuah tangan melingkar apik pada lengannya, tak lama setelah itu, terdengar pekikan merajuk dari manusia yang tengah bergelayut pada lengannya.

"Renjun punya gua! Iya kan Jun?" Ucap Habel sambil menatap Renjun dengan penuh harap

Renjun membelalak mendengar penuturan Habel, "Ehh? Sejak kapan?"

"Sejak sekarang, saat ini, detik ini, ditempat ini, kamu udah aku booking buat jadi pendamping hidup."

Jemari Renjun otomatis mengeratkan genggamannya pada tangkai bunga yang sudah dicabutinya habis. Bibirnya menipis, lalu melengkung dan membentuk curva yang membuat matanya ikut menyipit. Rasa bersalah namun juga puas, hatinya terasa asing dan ada perasaan aneh yang bergerak diperutnya, kenapa rasanya menyenangkan...

"Dah lu sana jauh-jauh, gua mau ngapelin Renjun."

Habel mendorong Angkasa untuk pergi yang tentu mengundang dengusan ringan dari pemuda jangkung itu, setelah memastikan Angkasa tak berbalik Habel langsung menoleh kearah Renjun.

Klandestin : The Huangs | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang