32 : Denial

2.1K 411 61
                                    

━━━━▣━━◤◢━━▣━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━▣━━◤◢━━▣━━━━━

Habel menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

'Wanna see the fullmoon together?'

Senyuman kecil mulai terbentuk pada permukaan wajah sang pemuda tan, seiring dengan gambaran wajah senang Renjun semakin jelas di kepalanya. Ia ingat bagaimana kedua obsidian itu melebar dan bersinar seakan Habel baru saja memberikannya sebuah hadiah.

Renjun sangat ingin melihat bulan purnama...

Ia meletakkan lengannya untuk menutup kedua matanya, perlahan ia menarik dan menghembuskan nafasnya. Sesak, dadanya terasa seakan ada beribu beban yang menekannya. Hingga air mata mulai mengalir keluar dari sepasang netra milik sang pemuda tan, perlahan ia mulai terisak seiring dengan derasnya air matanya mengalir.

"Sialan..." lirihnya, "Kenapa gua nggak bisa benci sama lu.." Habel menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia benar-benar tak bisa menahan isakannya, pemuda itu, benar-benar menangis sesenggukkan.

"Gua nggak tau... Gua nggak tau harus percaya siapa lagi!" Erangnya kesal, tangisannya masih tak berhenti, ia tak bisa berhenti.

"Ini karma karena gua suka mainin cewe kali ya.."

Habel mengacak surainya sebelum bangkit dari tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Kedua orang tuanya sedang tak ada di rumah, Krystal sedang pergi ke rumah orang tuanya sedangkan Kai masih bekerja dan akan pulang larut malam.

Habel tak tau harus berbuat apa dengan perasaannya, di satu sisi ia sangat menyayangi Renjun, tapi untuk apa hubungan tanpa kepercayaan..

Untuk apa sebuah hubungan kalau ia terus dihantui rasa takut, takut dipermainkan..

Awalnya Habel bisa menahan sakit hatinya, ia pikir rasa sayangnya pada Renjun akan membuat lelaki manis itu berubah. Tapi, Habel tak pernah mengerti Renjun. Yang mana sifat aslinya? Siapa saja keluarganya? Ia menganggap Habel ini apa?

Apa semua ini hanya sepihak? Apa hanya Habel yang menganggap hubungan ini? Apa hanya Habel yang berharap bahwa hubungan mereka bukan hanya sebuah drama belaka?

Apa hanya Habel yang memiliki perasaan ini?

Ia tak tau, ia tak tau apa pun tentang Renjun.

Pemuda tan itu mengusap wajahnya dengan handuk kering, ia menilik wajahnya sendiri di kaca. Matanya sembab sekali, kenapa pula ia bisa menangis sesedih ini. Ah, tidak. Kenapa sakit hati bisa semenyesakkan ini?

Habel berjalan tanpa tujuan, ia hanya terus berjalan dan membuka sebuah knop pintu tanpa melihat pintu itu terlebih dahulu. Matanya berpencar pada seluruh sudut ruangan itu, tunggu, ini bukan kamarnya. Sepertinya ini ruangan kosong sebelumnya, kenapa ada banyak barang sekarang..

Ada benda yang langsung menarik perhatiannya begitu ia memasuki tuangan itu. Sebuah papan yang tertutupi kain merah, persis seperti yang ada di rumah Renjun. Kakinya bergerak tanpa ia sadari, tangannya bergerak untuk meraba kain yang sudah berdebu itu.

Klandestin : The Huangs | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang