chapter 10

72 23 8
                                    

"Yana Yuana HARI INI KITA PUTUS! Gue muak sama semua kelakuan lo, gue gk suka cara lo memperlakukan Ara seperti tadi dan maaf gue gak pernah cinta sama lo ngerti?." dengan percaya dirinya Noval memutuskan Yana di hadapan teman-temannya.

"Yuk Ra kita pergi dari sini gue gk tahan liat muka nenek sihir"

"Tapi Val gue cinta sama lo dan gue gak mau putus"

"Hubungan yang di dasari oleh kepercayaan pada akhirnya akan berakhir menyedihkan dan dari pada lo bakal sakit nantinya meningan kita akhiri saja sampai di sini karena sejujurnya gue gak pernah cinta sama lo" setelah mengucap kata bijaknya Noval pergi dari sana bersama Ara.

Sebuah kelangkaan seorang Noval andreas berkata bijak seperti tadi. Semua yang di sana bertepuk tangan tak menyangka jiwa kepemimpinan Noval yang selama ini jarang sekali di perlihatkan kini keluar begitu juga dengan bijaknya dia berbicara tadi, memang dia generasi penerus mario teguh.

Kriinggggggg........ Bel tanda masuk telah berbunyi, kepada seluruh siswa untuk memasuki kelas.

" Tan Nesa sama Ara kok belum balik ke kelas?"

"Sabar Mir, bel baru aja bunyi mungkin mereka masih ada urusan"

"Iya juga sih, nah itu Ara" Tania melihat Ara memasuki kelas tapi dia heran kayak ada yang kurang.

"Hufff capek gue lari dari koridor takut bu Irma udah masuk ke kelas" nafas Ara masih tidak karuan.

"Emang lo dibawa kemana sama Noval?" tanya Mira yang berada di belakang kursi tempat duduk Ara.

"Gue habis dari__"

"Tunggu dulu Ra, Nesa kemana kok belum dateng?" Tania celingak celinguk mencari Nesa dala kelas tapi tidak ada.

"Loh emang tad__" ucapan Ara terhenti karena mendadak sang miss Irma sudah ada di depan kelas.

"Assalamualaikum anak-anak"

"Walaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh"

"keluarkan buku paket bahasa inggris kalian, kerjakan soal halaman 23 seperti materi yang sudah saya kasih minggu kemarin, berhubung senin depan ujian maka saya hanya akan memberikan soal-soal saja kepada kalian. Saya tinggalkan jangan ribut, Ara jaga kemananan kelas."

"Okay miss" Ara mulai khawatir tentang keberadaan Nesa. Pas di kantin tadi raut wajah Nesa seperti tidak baik-baik saja dan Ara merasa tidak enak hati pada Sahabatnya itu.

"Ra gue khawatir sama Nesa" bisik Tania. Dia tak berhenti memandang pintu kelas berharap Nesa segera muncul di sana.

"Mending gue susul dia aja deh, tadi kan dia bilang mau ke toilet habis dari kantin."

"Ide bagus, sana lo cariin dia sampe ketemu kalo ada apa-apa hubungin kita yah mir,"

"Iya gue pergi dulu yah"

Mira bergegas keluar kelas menuju toilet wanita dekat kantin.
'Duh Nes, lo kemana? Semoga lo baik-baik aja gue khawatir sama lo' batin Mira.

Sesampainya di sana Mira terkejut ketika masuk ke dalam bilik toilet. Mira melihat Nesa menangis sejadi-jadinya, rambut dan bajunya basah. Matanya Sembab, dia terduduk di sudut ruangan dengan memeluk kakinya sendiri.

"Kenapa vin, kenapa lo jahat sama gue dan kenapa gue harus jatuh cinta sama lo, gue benci sama lo vin, gue benci sama lo hiks hiks hiks"

"Ya allah Nesa lo kenapa kayak gini, bangun Nes lo itu wanita kuat please jangan kayak gini. Jangan buat diri lo hancur cuman karena Kevin." Mira memeluk sahabatnya itu. Mira sangat khawatir dengan mental Nesa. Tidak ada yang tahu seorang Nesa yang di kenal tegas dan kuat bisa serapuh ini jika sendiri.

"Lo jangan nyiksa diri lo sendiri, ada gue, ada Tania dan Ara sahabat lo yang siap mendengar segala keluh kesah lo. Ingat kita itu SAHABAT Nes, bahkan lebih dari itu kita sudah seperti keluarga jadi apapun masalah lo lo bisa cerita ke kita , jangan lo pendam sendiri." Maria kesal mengapa Nesa menjadi seperti ini?.

Mira kemudian mengirimkan pesan pada Ara agar segera menemuinya sekarang.

Ting...

Ara membuka pesan yang di kirim Mira.

Mira 
Ra, lo cepetan ke toilet wanita dekat kantin. Ajak Tania juga ke sini cepetan gak pake lama.

"Tania, woy Tan"

'Astaga ni anak lamunin apa sih, mikirin si Dani mulu' batin Ara.

Braakkk... Ara memukul meja tepat di depan Tania. Saking kesalnya Di panggil tapi gk nyaut-nyaut.

"Astahfirlah Ara lo hobi banget sih ngagetin gue, kalau ada apa-apa bilang aja elah ini pake mukul meja segala. Otw jantungan nih gue."

"Gue udah manggil nama lo oneng, lo-nya aja yang pikun ngelamunin Dani aja terooss dasar bucin, dahlah lo ikut gue sekarang."

                         ×××

Ara dan Tania sampai di toilet wanita. Awal masuk Ara kaget dengan keadaan Nesa yang sangat menyedihkan. Ara menutup matanya tak bisa melihat darah yang sudah berceceran di lantai.
Tania masih terpatung pikirannya bertanya-tanya apa yang sudah terjadi?. Kenapa ada darah di lantai? Lalu kenapa keadaan Nesa seperti ini?.

"Mir Nesa__"

"Please jangan dulu tanya apapun yang terpenting kita tenangin Nesa dan bawa dia ke UKS segera. Darah di tangannya dari tadi tak berhenti keluar"

"Oke, ayok Ra lawan rasa takut lo sama darah untuk kali ini saja Nesa harus cepat di bawa ke UKS" ucap Tania karena dia tau kalau Ara tidak bisa melihat darah.

Sesampainya di UKS Nesa langsung di tangani oleh petugas. Ara, Tania, dan Mira menunggu di luar.

Kakak petugas UKS keluar dengan tergesa-gesa. Ara dan yang lain langsung berdiri dan bertanya.

"Ada apa kak, Teman saya baik-baik saja kan?."

"Teman kamu harus segera di bawa ke rumah sakit. Dia mengeluarkan banya darah."

Noval yang berada di ujung sana melihat Ara dan yang lain langsung menghampiri.

"Ra siapa yg sakit?"

"Val, Nesa harus di bawa ke rumah sakit" Ucap Ara.

"Yaudah pakai mobil gue aja Ra, lo duluan ke mobil. Mira sama Tania izinin gue sama Ara, kalian bisa nyusul setelah pulang sekolah"

"Iya val, kalian hati-hati" ucap Tania berlalu pergi bersama Mira.

Noval menggendong Nesa lalu membawanya ke dalam mobil.
Ara sudah membuka pintu belakang mobil. Noval menjalankan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Bisa saja Noval menyetir dengan kecepatan tinggi tapi dia sedang membawa Ara dan juga Nesa. Keselamatan Ara adalah hal yang utama bagi dirinya.

Ara tidak tega melihat sahabatnya tidak berdaya seperti sekarang ini. Ara menangis tak tahan, darah di tangan Nesa terus mengalir tanpa henti meski sudah di perban di uks tadi.
Ara melawan ketakutannya pada darah.

"Ra jangan nangis, gue gak suka lo sedih kayak gini Nesa pasti baik-baik saja"

"Noval gue gk bisa lihat darah, gue takut val, hiks... hiks
... hiks..."

"Ra tutup aja mata lo jangan di lihat darahnya kita hampir sampai."

"Val, Nesa__ dia sudah__"

Next chapter
Jangan lupa votment yah guys
Hargain karya seseorang.

ARNOV [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang