Ja dan First memandang shock pada mereka berdua. Tangan Mew masih melingkar canggung di pinggang Gulf, tak tahu apalagi yang harus dilakukan. Mata sepasang kekasih tersebut akhirnya beralih kepada tangan Mew yang tak lepas dari pinggang Gulf.
"Lepaskan tanganmu dari pinggang Gulf, sialan!" Ja yang pertama kali membuka suara, Ia beringsut ingin memukul Mew tapi dihalangi oleh First.
Smirk Mew belum sirna dari wajahnya, ia lalu mengendikkan bahunya "aku tidak akan melepaskannya," jawabnya enteng.
Gulf mematung, ia bingung harus bersikap. "Apa maksud ini semua Gulf?" tanya First.
Baru saja Mew ingin menjawab, Gulf kemudian memegang lengan pria yang telah resmi menjadi suaminya itu "Mew... Biar aku saja yang menjelaskannya," bisiknya pelan yang membuat kedua sahabatnya semakin penasaran.
"Aku sudah menikah." ujarnya pelan "tepatnya kami berdua telah menikah," Gulf tersenyum pada Mew saat mengatakannya sambil menunjukkan cincin berwarna perak yang kini terlingkar di jari kanannya. Mew ikut tersenyum sambil menarik Gulf ke dalam pelukannya kemudian mengecup pipi Gulf. Otomatis wajah Gulf memerah. Shiaaa, apa-apaan ini? Ini terlalu berlebihan, sangat di luar skenario.
Lelaki bermarga Suansri dan Novsamrong itu tak percaya dengan apa yang mereka lihat barusan. Ini mustahil. Bagaimana mungkin seorang Mew Suppasit menikahi sahabat mereka?
"Gulf jangan bercanda! Hentikan ini semua, ini tak lucu!" Ujar Ja tak percaya.
Gulf menggeleng "Aku tidak bercanda, kami benar-benar sudah menikah." Jawab Gulf mencoba setenang mungkin sementara Mew masih diam berada di belakangnya.
"Bagaimana bisa? Kau bahkan tak berpacaran dengannya." Ucap First
"Kami berpacaran," kini giliran Mew yang menjawab. "Kami berpacaran sejak awal kuliah hanya saja kami merahasiakannya."
"Hah? Kalian berpacaran sejak awal kuliah? Kau bahkan tak sekampus dengan kami. Gulf... Bukankah kau menyukai Bright? Kau menyukainya kan selama 8 tahun ini? Bahkan kau rela menjomblo karna dia. Dan kau, bukankah kau membenci gay?" Ucap First tak percaya.
Gulf bingung tak tahu harus menjawab apa lagi. Ini terlalu berlebihan, sungguh di luar ekspektasinya. Semua ini karna Mew yang memulainya.
"Aku memang membenci gay, tapi aku tak membenci Gulf. Aku mencintainya. Dan ya, kami berpacaran sejak awal kuliah. Lalu kenapa jika beda kampus? Gulf memang menyukai Bright tapi faktanya dia memilihku." Tambahnya lagi dengan teramat santai.
Gulf hanya melihat lelaki yang sudah menjadi suaminya ini. Ia tak percaya Mew sangat mahir dalam berakting. Bahkan semua ini sama sekali tak ada skenarionya.
"Hentikan omong kosongmu! Jika kau benar-benar mencintai Gulf, lalu mengapa kau selalu menindasnya di masa sekolah? Apa kau lupa? Atau pura-pura amnesia? Jawab aku!" Ujar Ja emosi.
"Aku tak lupa. Lagipula alasanku dulu mem-bullynya karna aku ingin mengalihkan perhatiannya padaku. Hanya padaku. Tidak untuk seorang Bright Vachirawit." Ucap Mew, sontak Gulf menatap mata suaminya itu. Ia terheran-heran dengan jawaban Mew.
"Kau benar-benar gila Gulf." Ucap Ja dengan nada kecewa.
Gulf tak sanggup menatap kedua sahabatnya "tak ada yang gila Ja, aku rasa semua yang dijelaskan Mew sudah menjawab semuanya."
"Apakah pernikahan ini ada sangkut pautnya dengan kondisi kesehatan Ibumu?" Ucap First.
Gulf mengangguk "Hmm... Itu satu dari sekian banyak alasan," jawab Gulf singkat.
"Apa maksudmu?" Ja kini ikut membuka suara.
Gulf menghelas nafasnya panjang. "Aku dan Mew sudah berpacaran 5 tahun lamanya, sejak awal kuliah. Karna kondisi Ibuku akhirnya kami bisa menikah. Sejujurnya aku sudah muak menutupi hubungan kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract ⚠🔞
RomanceGulf Kanawut Traipipattanapong dibuat frustasi oleh ibunya yang jatuh sakit untuk segera menikah. Di sisi lain Mew Suppasit Jongcheveevat harus mengakhiri masa lajangnya demi mendapatkan saham perusahaan keluarga sepenuhnya. Akankah keduanya menemuk...