"Hah? Me-menikah?" Gulf hampir saja menyemburkan minumannya.
Mew hanya mengangguk pelan sambil menunggu respon selanjutnya dari Gulf. "Kau sinting ya?" Gulf sangat terkejut "kau mem-bullyku selama 3 tahun, kau membenciku sejak dulu, dan sejak kapan kau menyukaiku?" Gulf penasaran.
"Aku tak benar-benar membencimu," jawab Mew santai "soal menyukaimu? percaya diri sekali dirimu, aku tak pernah menyukaimu. Tapi kau pasti membutuhkan pernikahan ini bukan? Ucap Mew kembali sambil menyesap kopinya seperti tak ada apapun yang terjadi.
"Apa maksudmu dengan aku juga membutuhkan pernikahan ini?"
"Sat! Apa kau tahu tentang masalah Ibuku? Tanya Gulf dengan tatapan tajam pada Mew.
Mew menggangguk dan menyeringai "Kau mengutarakannya dengan sangat jelas semalam."
Gulf lemas di kursinya. Ia merutuki dirinya yang telah mengutarakan masalahnya pada Mew saat ia mabuk tadi malam. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Mew Suppasit telah mengetahui masalahnya. Tapi untuk apa pria bertinggi 183cm ini rela untuk menikahinya? "Kau membenci gay, apa yang kau rencanakan sebenarnya?" tanya Gulf dengan tatapan intens pada lawan bicaranya.
"Aku juga berada dalam kondisi yang hampir mirip denganmu. Aku harus menikah demi mendapatkan saham perusahaan keluargaku sepenuhnya. Jika tidak, maka aku akan dikeluarkan oleh perusahaanku sendiri. Dan untuk soal itu, aku harus mengesampingkannya jadi tak masalah jika kau yang harus kunikahi." Ujarnya santai.
Gulf menghela nafasnya tak percaya "kita sama sekali tak saling mencintai, bagaimana kita bisa menikah?"
"Aku tak mengatakan pernikahan ini untuk selamanya. Kita hanya menikah kontrak. Setelah aku mendapatkan perusahaanku secara resmi dan Ibumu sembuh dari sakitnya kita akan berpisah dengan damai."
"Apa yang sebenarnya ada di otak Mew Suppasit Jongcheveevat sih?" Pikir Gulf.
"Menikah kontrak? For god's sake, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, bagaimana mungkin kau membuat ini terkesan mudah huh? Gulf menahan emosinya.
Dengan buru-buru Gulf berdiri dari tempat duduknya "aku rasa percakapan kita cukup sampai di sini, dan kau pasti tahu jawabanku," ujar Gulf.
"Aku tak menyuruhmu menjawabku sekarang, tapi kau harus memberitahuku secepatnya agar kondisi Ibumu semakin membaik, bukankah kesehatannya semakin menurun?" Mew kembali dengan seringaian khasnya.
Gulf sontak terkejut "Kau memata-mataiku ya?"
"Hanya sekedar mencari tahu," balas Mew santai.
"Kau benar-benar sinting. Dasar gila!" Ucap Gulf lalu pergi meninggalkan Mew yang tersenyum menyeringai padanya.
"Kau tahu dimana kantorku kan, datanglah kesana secepatnya," Mew sedikit berteriak kemudian menyesap kembali kopinya.
Dia menatap kepada gelas yang masih berisi penuh dengan lemon squash dihadapannya. Dengan tersenyum dia juga ikut angkat kaki dari tempat itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah pertemuannya dengan Mew sore tadi Gulf langsung menuju rumah sakit tempat Ibunya dirawat. Dia terus menerus memikirkan perkataan lelaki bermarga Jongcheveevat itu. Pernikahan kontrak. Hal itu sama sekali tak pernah terlintas di pikirannya. Ia ingin mewujudkan impian Ibunya dengan menikah dengan pria yang ia cintai dan menginginkan pernikahan yang sakral dan kudus, namun sekarang seorang pria datang padanya untuk menawarkan pernikahan kontrak. Sungguh, ini benar-benar lelucon bagi Gulf.Tapi berdasarkan situasi sekarang, pernikahan ini adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya. Dan tentu saja menyelamatkan Ibunya. Gulf sangat menyayangi Ibunya, bahkan ia rela melakukan apapun demi kesembuhan Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract ⚠🔞
RomanceGulf Kanawut Traipipattanapong dibuat frustasi oleh ibunya yang jatuh sakit untuk segera menikah. Di sisi lain Mew Suppasit Jongcheveevat harus mengakhiri masa lajangnya demi mendapatkan saham perusahaan keluarga sepenuhnya. Akankah keduanya menemuk...