Ruang tv serasa sangat sepi, hanya terdengar ritme nafas yang teratur dari dua anak adam yang saling berhadapan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Inhale exhale, hal itu sajalah yang dapat dilakukan oleh Gulf sambil sesekali meraba perutnya. Rasa tak percaya masih menganggu pikirannya. Rasa tak percaya bahwa ia sedang hamil, tak percaya adanya kehidupan baru di dalam perutnya. Sementara Mew hanya memandang sofa lalu mengalihkan pandangannya pada Gulf yang membisu di hadapannya. Hari sudah menjelang malam namun mereka sama sekali belum angkat bicara.
Mew memberanikan membuka suaranya duluan, "Kau pria, mana mungkin kau hamil!" matanya beralih pandang melihat perut Gulf.
"Aku juga berharap begitu, tapi test pack ini mengatakan hal lain. Aku hamil," jawab Gulf terlewat putus asa.
"Bagaimana bisa?" Ucap Mew tak melepas pandangan dari istrinya.
"Aku tak tahu," jawab Gulf cepat.
"Bagaimana kau bisa tak tahu? Kau bodoh atau apa?" Bentak Mew.
Gulf kini ikut membentak balik "Mana aku tahu aku bisa hamil. Gejalanya timbul secara bersamaan hari ini," bantahnya kesal.
Lalu semuanya sepi kembali. Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut mereka. Sunyi kembali melanda kedua alumni OSK134 itu.
"Sudah berapa bulan?" Tanya Mew membuka percakapan lagi.
"Aku tak tahu--- Tapi jika dilihat dari terakhir kita berhubungan intim--- sekitar dua bulan yang lalu," jawab Gulf lemas.
"Sat!" Mew frustasi, ia merutuki dirinya sendiri kenapa bisa seceroboh ini.
Mata Gulf berkaca-kaca, ia lalu mengubur wajahnya dengan kedua tangannya. "Aku tidak tahu akan terjadi seperti ini," ujarnya lemas.
Mew lalu menatapnya dengan tatapan serius lalu menatap perut Gulf yang sedikit membuncit itu.
"Gugurkan saja janinnya," ucap Mew asal.
"Apa katamu? Tidak, itu tidak mungkin kulakukan," jawab gulf menolak.
"Hei... Aku hanya memberikan usulan," balas Mew.
"Usulanmu sangatlah tak lucu," ujar Gulf ketus "tindakan aborsi itu dilarang dan itu perbuatan jahat, aku tak mungkin melakukannya. Aku--- aku akan memertahankan janin ini,"
Mew menatapnya "itu urusanmu," ujarnya santai.
"Apa maksudmu 'itu urusanku'?"
"Kau kan yang hamil, ya itu urusanmu." Ujar Mew santai tak memikirkan nasib bayi yang ada di kandungan istrinya.
Gulf melotot mendengarnya "Urusanku? tanyanya tak percaya "kau juga ikut andil dari kejadian ini!"
"Kau yakin itu anakku? Bukan anak orang lain? Anak si terang mungkin?" Mew berujar dengan suara datar sambil menatap remeh Gulf.
"SAT!" Gulf bangkit dari sofa dan berteriak tepat di hadapan Mew.
"Apa? Kenapa berteriak? Atau jangan-jangan benar kau mengandung anak dari si terang itu? Mengingat dua bulan lalu kau pulang larut dan semalam kau habis bermesraan dengannya kan?" Ujar Mew santai masih dengan nada datarnya. "Aku hanya ingin memastikan, kau kan bebas, walaupun kita menikah aku tak pernah mengikat atau melarangmu untuk berhubungan dengan orang lain asal tak ada yang tahu."
PLAK!!!
Tangan kanan Gulf menampar wajah suaminya, "KAU PIKIR AKU PRIA MURAHAN?" Seluruh emosinya meluap. "Aku hanya berhubungan denganmu, Mew Suppasit. HANYA DENGANMU. Kau yang telah merenggut keperjakaanku untuk pertama kalinya. KAU! BUKAN ORANG LAIN. DAN DAPAT AKU PASTIKAN INI ANAKMU," Gulf berteriak lalu berjalan cepat menuju kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract ⚠🔞
RomanceGulf Kanawut Traipipattanapong dibuat frustasi oleh ibunya yang jatuh sakit untuk segera menikah. Di sisi lain Mew Suppasit Jongcheveevat harus mengakhiri masa lajangnya demi mendapatkan saham perusahaan keluarga sepenuhnya. Akankah keduanya menemuk...