Ps: Sangat disarankan menyetel lagu "Skylar - Grey Words" 🎧🎶 Udah jangan bawel, download gih lagunya dulu baru dibaca hehehe~ Enjoy :))
8 bulan kemudian
Apartemen Mew begitu senyap, terlihat seperti apartemen berhantu yang tak berpenghuni. Tak jauh berbeda dari tampilan diri Mew yang sekarang, bahkan kedua sahabatnya Singto dan Krist begitu ngeri melihatnya. Berat badannya merosot turun, depresi, dan emosinya tak terkendali. Tak ada yang berani mengganggunya, termasuk bibinya; nyonya Jongcheveevat.
Beberapa hari setelah kepergian Gulf bersama si kembar, Ja dan First datang membuat keributan di kantor Mew. Tanpa say hi mereka menghadiahinya dengan pukulan yang bertubi-tubi. Namun tak ada pergerakan balik dari seorang Mew Suppasit, dia hanya diam dan tak berdaya menikmati hukuman yang seharusnya ia terima akibat kepergian Gulf. Tak ada penjelasan yang keluar dari mulutnya. Sekeras apapun Ja dan First bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan dia dan Gulf, Mew tetap membisu. Matanya kosong. Seperti seseorang yang tinggal menunggu ajalnya tiba. Gulf benar-benar menghilang bersama ibu dan kedua anaknya.
Dengan berbagai cara semua sahabatnya mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi, semuanya nihil. Lagi-lagi Mew tetap membatu. Kembali diam tanpa ada yang tahu apa sebenarnya yang ada di pikirannya. Mew kembali menjadi maniak bekerja. Hampir semua harinya ia habiskan di kantor. Semua karyawan menyadari apa yang terjadi antara bos besar mereka dengan istrinya.
Dengan segala cara Mew berusaha menyingkirkan pikirannya tentang Gulf dan anaknya. Dia tak bisa terus menerus larut di dalam pikiran rasa bersalah dan kerinduan kepada mereka. Ada perusahaan keluarga yang harus ia urusi. Tak mungkin ia sanggup melihat perusahaan yang dirintis buyutnya dari nol jatuh perlahan akibat perasaannya yang tak menentu.
Suara ketukan terdengar dari pintu kantornya. "Sudah kukatakan aku tak menerima tamu," ucapnya yang masih memandang layar laptop di hadapannya.
"Chill out Bro," kekeh Singto yang langsung menghempaskan tubuhnya di sofa "bersantailah sejenak," tambah Singto lagi.
"Ada apa kau ke sini?" tanya Mew yang tak mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
"Aku ingin memastikan si Victor Van Dort, masih tetap hidup dan belum berubah menjadi mayat yang sebenarnya." sindir Singto padanya.
Mew menggeser laptopnya saat mendengar kalimat yang diutarakan Singto dengan sangat serius. "Bila kau kesini hanya ingin menceramahiku, silahkan keluar."
"Mau sampai kapan kau bertingkah seperti ini, Mew?" tanya Singto dengan serius.
Singto menghela napasnya. "Mau sampai kapan kau diselimuti dengan emosi dan amarah? Kau memecat pegawai dengan sesuka hatimu, kau membentak, berteriak. Kau kembali menjadi Mew si anak manja yang mengandalkan kekayaan keluarga saat kita masih di sekolah dulu."
"Mereka memang pantas diperlakukan seperti itu, lagi pula ini bukan urusanmu." balas Mew dingin.
"Ini urusanku karena aku masih menganggapmu sahabatku, Mew Suppasit! Persetan bila kau tak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi denganmu dan Gulf sampai ia harus pergi menghilang membawa kedua anak kalian bersama ibunya. Tapi kau sekarang sudah keterlaluan. Kau bertingkah seperti kau akan mati karena kehilangan istrimu, tapi kau sama sekali tak mencarinya!"
Mew langsung bangkit dari kursinya dan memandang tajam pada Singto. "Kau tidak tahu apa-apa!"
"Oleh sebab itu, beritahu padaku apa yang terjadi. Agar kami bisa membantu!"
"Tak ada yang bisa kalian bantu!"
Singto mendengus. "Apa jangan-jangan kau senang dengan kepergian mereka, jadi kau bisa kembali ke pelukan Baifern Pimchanok yang selama ini kau cintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract ⚠🔞
RomanceGulf Kanawut Traipipattanapong dibuat frustasi oleh ibunya yang jatuh sakit untuk segera menikah. Di sisi lain Mew Suppasit Jongcheveevat harus mengakhiri masa lajangnya demi mendapatkan saham perusahaan keluarga sepenuhnya. Akankah keduanya menemuk...