Mature content, I warn you before you read this. Under 17 di skip aja, dosa ditanggung masing-masing... Happy reading :'))
Apartemen tampak sepi. Mew melihat seisi ruangan di apartemennya. Mulai dari ruang tengah menuju ke kamar mereka, lalu kamar mandi, dan berakhir di dapurnya. Kosong. Gulf tak ada di apartemen. "Ke mana dia pergi? Ini sudah pukul dua malam, kau di mana Gulf?" Batin Mew.
Mew mencoba menghubungi ponsel Gulf berharap istrinya akan menjawab panggilan darinya, namun hasilnya nihil. Ponsel Gulf tak aktif. Mew semakin cemas dengan keadaan istrinya sekarang. Ia berharap istrinya itu segera pulang dan dalam keadaan yang baik-baik saja.
Setelah menunggu kira-kira satu jam, Gulf akhirnya pulang ke apartemen. Mew bersyukur keadaan istrinya baik-baik saja, tadi ia sempat berspekulasi bahwa Gulf pasti pergi ke bar dan menikmati beberapa alkohol di sana seperti waktu pertama kali mereka bertemu setelah sekian lama, namun ternyata pemikirannya salah. Sepertinya Gulf mencari suatu tempat untuk menenangkan dirinya. Mew menatap istrinya masuk ke kamar mereka dan tersenyum tipis pada Gulf. Namun Gulf hanya diam dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar suara gemercik air di dalamnya, Mew hanya terdiam sambil memikirkan kata apa yang harus ia ucapkan pada Gulf.
Beberapa saat kemudian, Gulf keluar dengan menggunakan handuk berwarna navy blue yang membalut pinggang rampingnya. Dadanya terekspos jelas di hadapan Mew. Dengan santainya Gulf berjalan melewati Mew dan mengambil bantal sekaligus selimut dari ranjangnya berencana untuk tidur di sofa ruang tengah. Baru saja ia mau menarik kenop pintu kamar mereka tangan Mew langsung menghentikannya.
"Kau dari mana?"
"Bukan Urusanmu!"
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Mew pelan namun raut wajahnya serius.
Gulf melihatnya dengan wajah datar "Tak ada," balasnya singkat. "Minggir, aku mau tidur," sebelum dia berhasil keluar lagi-lagi tangan Mew menariknya.
"Gulf... Apa-apaan kau ini? Aku menunggumu sedari tadi, aku mengkhawatirkanmu."
Gulf hanya memandang Mew dengan tatapan enyah dari hadapanku "Mengkhawatirkanku? Hahaha, seorang Mew Suppasit mengkhawatirkan aku huh? Yang benar saja," ucap Gulf cepat.
"Minggir aku mau tidur," ucap Gulf lagi.
"Ranjangmu di sini, Gulf" Ujar Mew sambil menunjuk ranjang kosong di sampingnya.
"Aku tak ingin tidur di ranjang itu!" Gulf mendengus.
Mew menatap Gulf dengan tatapan dingin "Katakan apa yang salah? Kau aneh Gulf! Apa maksudmu pergi begitu saja tadi? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Bukankah kau ingin kita terlihat bahagia di depan para sahabatmu?"
Gulf menarik nafasnya kasar "Pim..." Gulf menutup matanya, menghela nafasnya kasar lalu membuka suaranya lagi "Siapa itu Pim?" tanya Gulf pada Mew.
"Bukan urusanmu!" jawab Mew cepat.
"Tadi pagi kau mengintrogasiku dengan Bright! Apa kau lupa? Atau pura-pura lupa?"
Mew tertawa lalu raut wajahnya kembali menjadi serius "Kita tak mencampuri urusan masing-masing kan?"
Gulf semakin kesal dengan jawaban Mew "Oh ya? Tadi siang siapa yang menyuruhku untuk tak tertawa lepas di hadapan pria lain? Di depan Bright Vachirawit, pria yang kusukai. Gulf menekan pada kalimat "pria yang ku sukai", tapi Singto dan Krist menyebut nama yang kuyakini itu wanita bernama Pim di hadapan Ja dan First. Dan sekarang kau mengatakan ini bukan urusanku? Kau yang aneh, Mew Suppasit. Gulf berteriak tepat di hadapannya.
Mew yang sangat terlihat menahan emosinya mendorong Gulf ke dinding kamar mereka, "Jangan berteriak di depanku! Aku suamimu, Gulf Kanawut Jongcheveevat," Mew memberikan tekanan pada kata "Jongcheveevat".
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract ⚠🔞
RomanceGulf Kanawut Traipipattanapong dibuat frustasi oleh ibunya yang jatuh sakit untuk segera menikah. Di sisi lain Mew Suppasit Jongcheveevat harus mengakhiri masa lajangnya demi mendapatkan saham perusahaan keluarga sepenuhnya. Akankah keduanya menemuk...