CHAPTER 1
"Aduuhh...Direktur! direktur!" Seorang laki-laki dengan setelan jasnya yang berantakan, terlihat panik dan kebingungan.
Sementara suara-suara klakson memenuhi jalan raya. Lampu menunjukkan warna hijau namun lalu lintas itu tidak bergerak sama sekali. Matahari yang bersinar sangat terik, membuat kepanikannya semakin bertambah. Ia mengacak rambutnya dengan kesal.
"Haduh...Direktur! direktur!" Ia terlihat seperti sedang memanggil-manggil seseorang. Ia berlari terbirit-birit dan meninggalkan mobil mewah hitamnya ditengah-tengah jalan raya. "Apa yang akan kau lakukan?!" teriaknya panik.
Sementara itu, terlihat seorang laki-laki dengan setelan jas yang sangat rapi dan penampilannya yang bergaya, sedang berjalan cepat di trotoar. Ia menenteng tas kerjanya. Ia mendesah kesal dan mengelap keringatnya yang bercucuran dengan kasar. Dialah yang daritadi dipanggil Direktur.
"Aku akan ke stasiun kereta bawah tanah. Jalanan terlalu macet. Kita akan terlambat meeting kalau harus menunggu mobil-mobil itu bergerak!" serunya menanggapi teriakan laki-laki berpenampilan acak-acakan tadi.
"Haduuh...naik kereta bagaimana, Direktur?" tanya laki-laki itu bingung. "Sudahlah..jangan membahayakan nyawamu, kalau Presdir sampai tahu, Aku akan―"
"Diamlah, Min Woo! Aku punya ide! Sudah, biarkan aku melakukannya. Tenang saja, ayah tidak akan tahu! Kau tenang saja! Kalaupun dia sampai tahu, Aku tidak akan menyalahkanmu. Kau mengerti?" serunya kesal dan menatap laki-laki berkacamata dan berpenampilan acak-acakan tadi.
Min Woo mengelak. "Tapi bagaimana kalau―" Ucapan Min Woo terputus saat tiba-tiba, seorang pengemudi meneriaki mereka berdua.
"Hei! Itu mobil kalian, kan yang hitam? Kenapa kalian diam saja disitu? Jangan membuat kemacetan! Kami ingin jalan!" Pengemudi itu berteriak kesal.
Min Woo mondar-mandir kebingungan. Duh. Ia harus pilih yang mana? Mobilnya atau direkturnya?
"Sudah sana!" Direktur mengusirnya dan tersenyum meyakinkan. "Percaya saja padaku. Setengah jam lagi kita ketemu di ruang meeting! Okay?!" Direktur itu pun melesat pergi dan berlari kencang menuju stasiun bawah tanah.
Min Woo berteriak kesal dan mengacak rambutnya frustasi. "Joon Ha Hyung memang merepotkan! Aduh..bagaimana bisa diumurnya yang baru 22 tahun sudah jadi direktur?" keluh Min Woo.
"Hei, cepat! Atau aku akan hubungi polisi karena kau dan mobilmu itu membuat kemacetan!" Tiin tiin!!
Min Woo berteriak panik dan langsung menundukkan badannya sembilan puluh derajat. "Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan Aku."
Min Woo mendudukkan tubuhnya diatas jok kemudi dan memejamkan matanya. "Astaga...apa yang harus kulakukan?" keluhnya frustasi.
***
"Eomma!! Aku berangkat, ya!!" Seorang gadis dengan seragam sekolahnya terlihat buru-buru memakai sepatu sekolahnya.
Tiba-tiba, muncul sesosok wanita yang membawakan sebuah tas jinjing kecil. Ia berbicara kepada gadis yang terlihat buru-buru itu. "Chae Hee, bawa sarapanmu ini. Eomma sudah memasukkannya ke tempat makan. Ingat, jangan lupa di makan nanti, ya!" seru wanita itu yang tak lain adalah ibu dari gadis itu.
Gadis berambut hitam pekat dengan potongan rambut sebawah bahunya, mengangguk lalu mencium pipi eommanya. "Aku berangkat, ya!" Ia melambaikan tangannya riang dan berlari meninggalkan rumahnya.
"Hati-hati di jalan!" teriak Eommanya.
Gadis itu berlari kencang menuju halte bis yang jaraknya 300 meter dari rumahnya. Ia bisa tiba disana setelah 4 menit berlari dengan kekuatan penuh. Akhirnya, halte bis yang ia tunggu-tunggu terlihat dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All of Sudden
RandomKyaa!!! Apa yang harus kulakukan?! Aku akan terlambat sampai di sekolah. Kereta, tunggu aku!! *** Aduh...Aku akan terlambat meeting! Aku pun berlari menuju stasiun bawah tanah lalu membeli tiket. *** Aku akan bertemu dengan gadis itu lagi! Dia sahab...