CHAPTER 12
"Oppa....eottokhae? hiks...." Chae Hee mengelap air mata yang keluar dari hidungnya dengan tissue.
Joon Ha meringis melihat tingkah gadis itu. "Astaga, kau ini....sudahlah, berhenti menangis, Chae Hee."
Chae Hee tersedu. "Bagaimana bisa Aku berhenti menangis? Hiks. Aku tidak habis pikir Yoo Seung Oppa sudah tidak ada di Korea lagi. Hiks..." Gadis itu kembali tersedu-sedu.
Joon Ha meringis lagi dan meraih bahu gadis itu lalu menepuk-nepuknya lembut. "Ya, Aku mengerti. Sudahlah, berhenti menangis. Wajahmu sudah mulai mengenaskan, Chae Hee," katanya lembut.
Chae Hee menangis kencang. Joon Ha berdecak kesal dan beranjak memeluk gadis itu. Ia mengusap puncak kepala Chae Hee. "Semuanya akan baik-baik saja, Chae Hee."
Hiks. "Hiks.....Aku bahkan sudah merindukannya."
Joon Ha mendesah. "Kau ini, masih saja. Percayalah, kalian akan baik-baik saja. Aku bertaruh."
Chae Hee mengusap wajahnya yang penuh air mata. "Benarkah?"
Joon Ha mengangguk. "Sudah, jangan menangis lagi."
Gadis itu balas mengangguk. "Terima kasih."
Joon Ha menatap Chae Hee bingung. "Untuk apa?"
"Mendengarkanku menangis dan kutahu itu sangat mengganggu."
Joon Ha tersenyum kecil. "Anniya. Sama sekali tidak mengganggu. Aku kan menyukaimu," ujarnya dengan senyum smirknya.
"YA!" pekik Chae Hee kesal. "Jangan coba-coba mencari kesempatan dalam kesempitan. Arraseo?!" dikte Chae Hee.
Joon Ha menyeringai dan menautkan kedua alisnya menatap gadis itu. "Bagaimana, ya....?"
Chae Hee bergidik dan pura-pura menatap Joon Ha takut. Joon Ha tertawa. "Kau ini menggemaskan. Membuatku ingin men―"
"STOP!" Chae Hee berteriak kesal. "Jangan lanjutkan kalimatnya."
"―cubitmu."
Chae Hee melongo. Joon Ha memicingkan matanya. "Memangnya kau kira aku akan mengatakan kalimat apa?"
Chae Hee mengerjapkan matanya salah tingkah. "An-an-anni! Ya! Memangnya apa yang mungkin Aku pikirkan?!" balas Chae Hee tak mau kalah.
"Eiii....kau mencurigakan, Chae Hee-ya." Joon Ha menyilangkan tangannya di dada.
Chae Hee berdiri dan menatap Joon Ha kesal. "Tidak bisakah kau kembali ke kamarmu saja? Taman ini semakin sore semakin tidak enak hawanya." Chae Hee memalingkan wajahnya dan beranjak pergi.
Tiba-tiba, sebuah tangan menahan lengan gadis itu. "Kajima."
Chae Hee merasa jantungnya tidak mau berhenti memompa lebih cepat. "W..w..wae?!" Chae Hee membalikkan badannya dan berseru kesal, berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Aku ini pakai kursi roda. Kau ini bagaimana. Kau harus mendorong kursi ini. Seenaknya saja pergi. Tadi siapa yang meminta untuk mengobrol di taman saja? Dasar gadis menyebalkan!"
Chae Hee melongo dan berdecak. "Hah!" Ia menggeleng tak percaya. "Ternyata di dunia ini masih saja ada orang sepertimu, ya. Arraseo!"
Joon Ha yang melihat wajah kesal gadis itu cekikikan senang. Gotcha, Jung Chae Hee! Hahaha! Kau sepertinya mulai gugup jika berada didekatku! Langkah awal, berhasil! Fighting, Park Joon Ha! Joon Ha tersenyum-senyum sendiri.
Chae Hee yang mencium bau kecurigaan langsung menghentikan langkahnya dan melirik Joon Ha sinis. "Ya!"
"OMO!" pekik Joon Ha kaget.
"Lihatlah, lihatlah siapa yang terkejut sekarang!" cibir Chae Hee kesal. "Oppa, kenapa kau senyum-senyum sendiri? Kau mencurigakan!" tuduh Chae Hee.
Joon Ha berdeham dan mengerutkan alisnya, memasang ekspresi apa maksudmu? Kekanakan sekali. Chae Hee mendengus sebal dan merutuki Joon Ha dalam hati. Dengan jengkel, ia kembali menjalankan kursi roda Joon Ha.
Joon Ha tertawa puas dalam hati. Namun seketika, wajahnya berubah muram. Apa ia bisa merasakan kebahagiaan ini lebih lama lagi? Dirinya meragukan hal itu.***
Jung Chae Hee's POV
Aku terbatuk-batuk karena sedikit debu yang terhirup oleh hidungku. Kurasa seprai rumah sakit ini harus diganti. Cih. Padahal kamar yang Joon Ha Oppa pesan adalah kamar VVIP tapi kenapa ruangannya berdebu dan terasa tidak nyaman? Pantas saja Joon Ha Oppa lebih nyaman di taman ketimbang di kamarnya sendiri.
Atau mungkin juga.....Joon Ha Oppa yang jorok dan tidak pernah mau menjaga kebersihan? Aku membayangkan sosok laki-laki itu sebentar kemudian menggeleng. Ah, tidak mungkin. Orang yang suka berpenampilan rapi sepertinya tidak mungkin tidak mencintai kebersihan.
Aku mencopot seprai rumah sakit itu dan menaruhnya di keranjang kosong yang kutemukan didalam kamar mandi. Aku meraih kemoceng yang kupinjam dari cleaning service rumah sakit ini dan mulai membersihkan debu-debu yang ada di meja kecil.
Jika kalian bertanya-tanya kenapa di kamar ini tidak ada orang lagi, itu karena Joon Ha Oppa sedang mengontrol kesehatannya dengan Dokter Cha bersama Eommanya. Daripada Aku tidak ada kerjaan, kurasa membersihkan kamar ini adalah ide yang cukup baik.
Setelah permukaan meja ini bersih, Aku mulai mengutak-atik lacinya. Benar saja, banyak sampah obat disana. Aku meringis kesal. "Aigoo....apa dia tidak tahu bagaimana caranya membuang sampah?"
Aku memungut seluruh sampah obat itu dan melemparnya ke tempat sampah. Secarik kertas berwarna hijau muda terjatuh. Aku mendngus kesal dan memungut kertas itu lalu membuangnya kembali. Namun, mataku menangkap logo Rumah Sakit Dae Sang dikertas itu.
Aku mengurungkan niatku. Kubuka perlahan kertas itu. Benar saja, itu sebuah diagnosa penyakit dan....mungkin surat perintah? Entahlah. Aku tidak begitu mengerti.
"Dan berdasarkan hasil tes CT Scan, Joon Ha Park positif mengalami gangguan otak. Untuk menindak lanjuti hal ini, maka diperlukan proses operasi―" Kalimatku terhenti begitu saja. Bibirku kelu. Jantungku mencelos dan tiba-tiba aku jadi sulit bernapas.
Operasi? Gangguan otak? Aku membolak balik kertas itu dan melihat tanggal dan waktu pembuatan surat itu. Aku bergeming. Benar. Tanggalnya benar. Surat ini dikeluarkan dua hari yang lalu, memvonis seorang Park Joon Ha.
Tanpa sadar, air mataku menetes. Kenapa Joon Ha Oppa tidak pernah menceritakannya padaku? Aku menutup mulutku, berusaha menghentikan tangisku.
Aku membuka kertas itu lagi dan membaca keseluruhan isinya. "Efek samping operasi: Melupakan beberapa hal selama 2 bulan terakhir. Efek samping yang paling mengkhawatirkan adalah mengidap amnesia."
Aku melipat kertas itu cepat. Aku meraih tempat sampah dimana aku membuang semua bungkus obat tadi. Aku mengambil semua sampah itu kembali dan meletakkannya kembali di tempatnya semula. Bersama kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All of Sudden
RandomKyaa!!! Apa yang harus kulakukan?! Aku akan terlambat sampai di sekolah. Kereta, tunggu aku!! *** Aduh...Aku akan terlambat meeting! Aku pun berlari menuju stasiun bawah tanah lalu membeli tiket. *** Aku akan bertemu dengan gadis itu lagi! Dia sahab...