Seven

238 33 4
                                    

Happy reading ges^^

ketemu typo? maklumi, aku manusia, bukan bulan:)

Apa kalian tau dimana tempat janjian mereka? Tentu saja di suatu gedung lama yang tak terpakai. Entah maksud dan tujuan mereka apa, ketemuan di tempat seperti itu. Mungkin untuk menghindari polisi?

Oh?! Apa ada adengan saling bogem membogem? Serius? Tidak tahu lah, kita liat saja sendiri apa yang akan mereka lakukan. Kita sebagai readers hanya menebak-nebak alurnya saja ya kan? Owh! Kecualikan aku, hehe.

"Kau?! Apa yang kau lakukan pada kedua kakakku?!" Begitu datang, Lalisa langsung meremas kuat kerah baju Jeon Jungkook, menyalurkan kekesalan yang amat dalam disana.

"Tidak ada, Lalisa-ssi. Tidak ada. Kedua orang yang kau anggap kakak itu, malah menawarkan diri untuk bersama kami. Kami tidak berbuat apa-apa," Bukan Jungkook yang berucap, tapi Eunha. Bersuara menyebalkan, agar membuat Lalisa kesal.

"Pembohong! Tidak mungkin mereka berubah dengan sendirinya. Cepat mengaku! Apa yang kalian lakukan terhadap mereka?!" Dibelakang sana, Bobby menahan untuk tidak menerjang Dangerous satu-satu. Bagaimana pun juga, seperti kata Jaewon--harus di omongin pake otak bukan otot.

"Tidak ada, Bobby-ssi! Sampai berapa pun kau bilang kami pembohong, tetap jawabannya tidak ada! Mengapa tidak bertanya langsung kepada mereka saja? Malah mengeluarkan ludah disini," Irene yang memang kesal, langsung saja menyelutukki Bobby.

"Alih alih bicara pada mereka, kalian langsung saja mendatangi kami. Ingin apa? Ingin mendapatkan jawaban apa? Tidak ada gunanya membentak kami. Pergi dan tanyakan pada mereka," Habis sudah kesabaran Jaewon. Langsung saja dia meninju wajah Yoongi, yang membuat Yoongi terjatoh keras.

Aneh. Jaewon yang melarang menggunakan kekerasan, tetapi dia pula yang menggunakan kekerasan. Sungguh labil.

"Jaga bicaramu, pucat! Kalau bukan karena kalian, tidak mungkin begitu saja mereka ikut pada kalian. Masih ingat apa yang kalian lakukan pada kami, hah?! Masih ingat?! Menggunakan cara licik untuk menumbangi benteng kami. Pengecut!" Yoongi berdiri, menatap tak suka ke arah Jaewon.

"Apa, sialan?! Kau tak lupa, kan? Siapa yang menggunakan cara licik dan dengan bodoh nya malah berakting seolah-olah pemenang," Jaewon berjalan kasar, kembali berdiri di samping Lalisa--yang sudah melepas pegangannya pada kerah Jungkook.

"Yak! Jung Jaewon, kalau kalian sudah kalah, terima saja. Tidak usah melakukan skenario yang menjijikkan ini. Tidak usah mempersulit cerita, aku yakin! Jika kisah kita dijadikan cerita, pembaca akan merasa kesal kepadamu," Serentak Revolution menatap nyalang ke arah Jihyo yang asik memperlihatkan senyuman penuh ejeknya.

"Permisi nona, kau pikir hanya kau yang mempunyai rencana? Kurasa tidak perlu membual banyak sepertimu, kami juga punya rencana sendiri. Dan untuk pembaca, bukankah seharusnya mereka merasa kesal pada kalian? Orang-orang bodoh yang berlagak paling tau segalanya, ya kan?" Jihyo yang tadi tersenyum mengejek, kini tergantikan dengan wajah yang menatap tajam ke arah Song Mino.

"Sudah! Berhenti! Muak lama-lama menatap wajah mereka, untuk apa juga kita datang mengikuti omongan mereka. Masih banyak hal penting yang bisa kita lakukan daripada disini hanya mendengar bentakan mereka," Final Suho. Dia benar-benar jengah dengan grup tidak jelas ini.

Sudah pusing tentang petunjuk semalam, yang membuatnya harus rela terkantuk-kantuk hanya untuk memecahkan petunjuk yang menurut nya kurang jelas. Lalu tiba di pagi hari--disini, hanya untuk dibentak? Oh c'mon itu masalah mu, aku tidak perduli. Aku cuman seorang penulis, maaf.

Step Brosist Zone [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang