Asal lo tau ya, Humaira. Kadang positive thinking gak beda jauh sama membodohi dan membohongi diri sendiri.
-Hasan-~HASEIN~
Adelia Nurahma✨
Hari minggu tiba dengan cepat. Kursi di bawah pohon rindang itu kini sudah diisi oleh dua orang gadis berjilbab.
"Kita kesiangan, yah?"
"Mungkin dia kena macet."
Humaira mendongak, menatap langit yang masih cerah di pukul empat ini. Beberapa burung melintas, terbang bebas seperti tanpa beban hidup. Daun-daun bergerak diterpa angin, memberi kesejukan bagi dirinya yang ikut bernaung di bawahnya.
"Kak."
"Hm?"
"Apa Kakak gak mau lihat dunia?"
Humaira sungguh penasaran akan hal itu. Pasalnya, Khalisa tidak pernah mau melakukan operasi padahal ayahnya sudah mencarikan pendonor untuknya.
"Kadang pengen. Tapi... Untuk apa?"
"Kok untuk apa? Kakak gak mau lihat Humaira?"
Khalisa tersenyum lalu mengulurkan tangan, Humaira pun mengambil tangan itu dan membantu Khalisa untuk mendaratkan ke wajahnya.
"Ini kakak bisa lihat," ujarnya, sambil meraba wajah Humaira. Melihat dengan caranya sendiri.
Humaira tak bisa menyembunyikan senyumannya.
"Sekarang kamu lagi senyum."
Lalu ia mengangguk, bergeser lebih dekat dan memeluk Khalisa. "Aku sayang sama kakak."
"Makasih. Kakak juga sayang sama kamu."
Ungkapan yang sederhana. Namun, tidak semua saudara pandai mengucapkan itu untuk saudaranya.
Sementara di tempat lain. Kedua orang itu baru saja memarkirkan motornya masing-masing. Yang satu memakai kaus putih polos dengan outer ware jaket jeans, dan celana jeans. Satu lagi memakai kemeja serapih dan sewangi biasanya.
"Lo semakin mencurigakan."
Husein memutar bola matanya jengah. Sudah malas meladeni Hasan yang terus saja mencurigainya.
"Lo sampe bela-belain tiap minggu dateng ke taman yang jauh ini."
"Udah ayo ah. Kita kesorean," kata Husein, dan memilih jalan duluan, atau sebenarnya menghindari Hasan yang terus saja mencurigainya.
Berjalan beberapa menit. Kini senyuman Husein mengembang. Namun kemudian mengernyit karena ada orang lain yang duduk di sana. Karena hanya bisa melihat dari arah belakang, Husein tidak tahu dia siapa. Ah, mungkin adiknya yang selalu Khalisa ceritakan.
"Tuh kan, lo ketemu cewek."
Rasanya Husein ingin membekap Hasan. Tapi tidak berani.
"Sstt," peringatnya. Lalu menarik Hasan dan mendorongnya untuk jalan duluan. "Lo dulu!"
"What? Kenapa gue dulu?"
"Gue mau ngetes sesuatu."
"Apasih?"
"Udah sana! Jangan lupa ucap salam."
"Lo mau ngerjain gue?"
"Enggak. Gue mana berani," jujurnya, membuat Hasan mendengus. Tapi tetap saja lelaki itu berjalan mendekati dua perempuan di sana. Sedangkan Husein berusaha tetap menjaga jarak. Sebenarnya ia ingin menguji Khalisa, apakah Khalisa akan mengenalinya atau tidak. Soalnya parfum Hasan dan dirinya berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasein [SELESAI]
Teen Fiction[PART LENGKAP] WISTARA FAMILY Hasan & Husein Cover by @jc_graphicc *** Hasein. Hasan dan Husein. Mereka adalah kembar yang tak sama. Kesadisan Hasan dalam berbicara, tak ada pada Husein. Dan keramahan Husein yang selalu ditunjukkan pada semua orang...