20. Seperti dua kutub

11.9K 2.3K 1.5K
                                    

Kadang, takdir membawa kita untuk bertemu dengan beberapa orang. Melabuhkan hati yang kadang kita sendiri tidak sadari. Entah apapun alasannya, Tuhan pasti sudah menyiapkan rencana terbaik untuk kita. Entah luka atau bahagia, dua-duanya pasti bisa diambil hikmahnya.

~HASEIN~
Adelia Nurahma

Iqbal kecelakaan.

Itu kabar yang para murid di kelas Iqbal dapat saat seorang pria datang ke kelas, bicara dengan guru yang mengajar lantas sang guru mengumumkan. Namun, yang bikin salah fokus adalah pria yang datang memberikan kabar itu. Dia memakai jas putih yang sering dokter pakai. Lalu, kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, alisnya hitam dengan porsi yang pas, sedangkan bibirnya tipis dan berwarna merah muda, siapapun setuju kalau wajahnya agak mirip dengan Iqbal. Hanya saja, pria itu terlihat lebih matang dan dewasa.

Bisik-bisik lantang terdengar, bunyinya seperti ini; ternyata kakaknya Iqbal cogan.

"Mau jenguk jam berapa? Lo jadi pulang sekolah ini, San?" tanya Kiko pada kawan-kawannya. Mereka kini sedang ada di kantin sekolah, membahas Iqbal yang belum diketahui apa yang luka. Pasalnya Iqbal tidak bisa dihubungi sama sekali.

"Iya, gue perwakilan kelas, jadi pulang sekolah nanti langsung jenguk, sama Humaira." Hasan sebagai ketua kelas dan Humaira sebagai bendahara diutus para murid untuk menjenguk ke sana. Tidak baik juga kalau satu kelas datang semua. Apa nanti kata maminya Iqbal.

"Naik motor?"

"Gue bawa mobil."

"Husein gak ikut jenguk?"

Yang ditanya menggeleng. "Gue mau pulang dulu. Gerah banget hari ini. Mungkin jam lima baru berangkat."

"Yaudah, gue sama lo ya, Sein. Mau balik dulu juga. Nanti janjian aja ketemu dimana. Malu kalo masuk sendiri."

Husein mengacungkan jempolnya pertanda setuju. Kemudian ia menoleh ke arah Hasan, "Humaira duduk di belakang," peringatnya, membuat Hasan yang sedang menyedot minuman melirik dirinya lalu setelah selesai ia bilang, "Iya."

Husein pun kembali fokus dengan makanannya, sementara Kiko tersenyum melihat kakak beradik itu.

***

Sepulang sekolah, seperti yang sudah direncanakan, Hasan akan menjenguk Iqbal bersama dengan Humaira. Di jalan menuju parkiran lagi-lagi Hasan diingatkan oleh Husein kalau Humaira harus duduk di belakang. Setengah kesal Hasan mengiyakan. Dirinya memang lupaan, tapi kalau masalah seperti ini mana mungkin lupa.

"Nanti kita ke supermarket dulu, yah."

"Beli buah-buahan?" tanya Hasan, tepat saat satu tangannya memegang atap mobil hitam mengkilap itu.

Hasan hanya mengangguk lalu membukakan pintu belakang untuk Humaira. Seperti ada dorongan untuk Hasan melakukan itu. Padahal seumur-umur sebelum detik ini, wanita yang pernah ia bukakan pintu mobil hanyalah uminya saja.

"Makasih," kata Humaira dan tersenyum. Hasan hanya bergumam, lalu menutup pintu dan berjalan memutar menuju kursinya.

Gadis di parkiran sebrang memalingkan wajahnya melihat pemandangan itu. Lalu tiba-tiba kepalanya dipasangkan helm. Syila sedikit mendongak melihat Erwin yang tersenyum.

"Seharian ini kerjaan lo cemberuuut mulu. Lama-lama itu bibir bisa diiket."

Sontak saja Syila menutup bibirnya, lalu menggeplak lengan Erwin, kesal.

Hasein [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang