MASIH FLASHBACK
Kenikmatan yang hampir di ujung tanduk ini tanpa sadar bikin pikiran liar gue menerawang jauh. Pandangan gue jadi berbayang. Di depan mata gue yang lagi nungging bukan punggung putih mulus ala gadis sabun Lux lagi, tapi punggung coklat tegap gagah perkasa ala pria L-men. Bahu kekar, lengan berotot dan bokong montok yang fuckable. Seperti ada monster yang terbangun dari dalam diri gue. Gairah gue membuncah, bertambah berkali-kali lipat, tanpa sadar gue menarik batang lehernya dan...
"Buk...buk..buk!!!"
"ACKKH.. Bumi! Pelan-pelan! Sakiiiit! ACKH BUMIII!"
"B...bang Baim?" Gue tersentak kaget. Si Joni sampe muncrat di dalem saking gak ketahan.
Jerit tangis Linda dan rasa pedih cakaran kukunya di dada gue menyadarkan gue kembali pada kenyataan. Sialan! Gue kebablasan! Bukan si Bang Baim yang lagi gue hajar tadi tapi Linda.
***
"Kamu kok kasar gitu sih main nya? Aku gak suka! When I say No! That's mean NO! You get it?!!!"
__ Saat aku bilang nggak, artinya nggak! Kamu ngerti?!
Linda bersungut-sungut, wajahnya merah saking emosi. Dia ngelemparin tas, baju, celana dan kolor gue dengan kasarnya tepat di muka.
"Well, yaa... maafin! Sumpah Linda, pleaaase! Aku gak sengaja..."
"WHAT? GAK SENGAJA, HUH? LOOK AT ME!!! Leher aku sampe merah-merah! And I still have work tomorrow!?"
__Lihat aku!
__ Aku masih punya kerjaan besok!Blah blah blah, si Linda terus aja ceramahin gue panjang lebar pake dua bahasa. Maklum dia ini blasteran Indo-Australia yang lama tinggal di Jakarta Selatan. Walaupun gue udah minta maaf berkali-kali, teriakannya malah makin melengking sampai 3 oktav. Gue cuma bisa menghela nafas sambil garuk-garuk kepala gue yang gak gatel. Berharap keributan ini gak kedengeran sampe kamar sebelah.
Gak ngerti lagi sama nih cewek. Dia sendiri yang ngajakin ngewe, giliran gak enak terus komplen. Pacar bukan, istri bukan. Kalau gue mau egois, emangnya gue bertanggung jawab untuk memuaskan dia? Nggak kan? Kalau gue ini gigolo baru lah dia boleh komplen sama service gue.
Tapi bagaimanapun, gue berusaha sabar dengerin omelannya. Ribet juga kalau dia sampe ngancam mau visum terus lapor polisi segala. Bayangin kalau gue dituduh KDRT apalagi sampai percobaan pemerkosaan, bisa ancur reputasi gue.
"BLUGGH!"
Jantung gue hampir copot pas denger suara pintu di banting. Bisa ditebak, Linda yang kecewa dan marah besar nendang gue dari kamarnya seolah gue lelaki yang gak berharga. Fuck lah, terserah! Siapa juga yang mau serius sama dia?
***
Sambil nunduk lesu, cuma pake celana boxer doang dan berselempang baju di pundak, gue narik koper gue dan balik ke kamar gue sendiri. Untungnya jaraknya cuma beberapa meter dari kamar Linda, jadi gak perlu sampai naik turun lift dan kemungkinan ketemu orang papasan di jalan.
Hhh... mungkin itulah yang namanya karma. Karena gue selingkuhin si Meichan yang statusnya sampai sekarang masih pacar gue. Semenjak gue pindah domisili di Jakarta, intensitas gue ketemu si Mei emang makin jarang. Dulu sih gue sempet-sempetin seminggu sekali apelin dia ke Bandung, tapi sekarang kita teleponan aja jarang.
Terus terang gue emang bukan tipe cowok yang bisa tahan sama LDR-an (Long Distance Relationship). Pacaran cuma lewat chatting dan video call-an di WA itu gak cukup. Jujur aja gue butuh kehangatan langsung alias kontak fisik. Maka dari itu gue bisa tergoda sama rayuan si Linda. Kirain dia cewek manis, eh ternyata galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TURBULENSI 🔞
General FictionKisah jujur tapi tidak inspiratif dan tidak mendidik. Ini adalah kisah tentang Raka Bumi. Pramugara narsis, hedonis & materialistis yang ironisnya tumbuh di keluarga agamis. Sejak hubungan cinta gay pertamanya kandas dengan pria bernama Baim, Bumi b...