THE BEGINNING

61 8 0
                                    

Jantungku berdegup kencang, angin malam yang dingin bersamaan dengan asap sisa ledakan terasa semakin menyiksa dengan tubuh yang penuh dengan luka lebam.

Mereka telah menghajarku. Menyedihkan bukan?

Aku duduk di sebuah kursi  kayu  di tengah ruangan. Chrish dan mayat Jack telah dibawa pergi entah kemana. Dan aku tidak bisa bertanya, karena memang tak ada yang bisa aku lakukan.

Saat ini aku hanya bisa menunggu mereka untuk mengajukan sebuah tawaran. Dan aku harus menerima apa pun bentuk tawaran yang mereka berikan. Aku tidak punya pilihan.

Aku tidak ingin kehilangan siapa pun lagi, apa pun akan kuberikan. Sekali pun itu adalah nyawaku. Tidak ada yang lebih baik bagiku daripada itu, setidaknya dengan begitu aku akan mati tanpa penyesalan. Betapa egoisnya.

“Bagaimana menurutmu Jay kecil?” ucap suara yang menarikku kembali pada keadaan dimana aku berada. Tapi tunggu sebentar, mendengar ucapannya.. Hellen!!

“Ah jangan terkejut begitu, Wanita tua itu masih hidup, kurasa? Jadi mari kita dengar pendapatmu tentang apa yang sedang kita bicarakan?”

Seketika aku bangkit setelah medengar ucapannya, kini keinginan untuk menghajarkan benar-benar membutakanku. Apa yang baru saja ia katakan? KURASA?? Apa dia bercanda!

“Persetan! Kau apakan Hellen!” dan bukannya menjawab, ia justru malah tersenyum memandangku.

“Bukankah seharusnya kau lebih penasaran kenap aku bisa mengatahui nama aslimu? Um.. Kurasa rumor tentang Jay  berhati dingin adalah bohong, nyatanya ia sangat emosional dan peduli pada oang lain.”

“Jawab aku!”

“Manusia secerdas dirimu tentu tahu bahwa emosi tidak akan membantu menyelesaikan apa pun, benar?”

“Jangan berani kau sentuh mereka!”

“Atau..?”

“Aku akan bunuh diri.”

Tiba-tiba ia bangkit dari duduknya, tertawa terbahak-bahak dan bertepuk tangan sambil mendekatiku.

“Ahhhh benar-benar seperti yang diharapkan. Kau sangat cerdas Jay, kau tahu betul bahwa kami menginginkanmu, ah tidak.. lebih tempatnya membutuhkanmu. Untuk itu kami harus membawamu hidup-hidup-”

“Akan kulakukan.” Potongku.

“Ahh.. kau sangat menyenangkan!”

Tanpa sedikit pun peduli dengan kemarahanku, laki-laki itu justru tertawa dengan santai. Melihat itu semua membuat emosiku semakin memuncak, tidak ada hal lain yang sangat kuinginkan selain menghajarnya sampai mati.

Namun tentu saja hal itu tidak mungkin, ketiga bodyguard nya berdiri mematung dibelakangnya dengan posisi siaga. Dan aku tahu bahwa mereka setidaknya pasti membawa suatu alat canggih yang dapat melumpuhkanku dengan sekali sentuh. Itulah keunggulan Center Hall.

Aku mencoba menenangkan pikiranku,

“Akan kulakukan apa yang kalian inginkan.” Kataku sambil kembali duduk menunduk untuk menghindari tatapan atau kontak apa pun dengannya yang hanya akan menyebabkan emosiku kembali tak terkendali.

Tanpa melihat pun aku tahu bahwa saat ini ia sedang menunjukkan senyuman lebar diwajahnya, ekspresi kemenangan yang membuatku jauh lebih muak, tapi tak ada yang bisa aku lakukan. Benar-benar menyedihkan.

“Apa pun?” ulangnya.

“Ya.”

“Tidak peduli apa pun itu?”

“..Ya.”

Kemudian Ia berjalan mengelilingi ruangan dengan santai sambil mengocehkan omong kosong.

“Diluar dugaan cara ini akan berhasil. Hanya dengan mengorbankan 1 nyawa.. luar  bisa..”

“Jadi lepaskan Hellen dan Chris.” Ucapku sedikit keras dan langsung menghentikannya dari imajinasi gilanya.

“Ah! Laki-laki tadi dan Wanita tua itu? Maafkan aku, tentu saja aku sangat ingin melakukannya, tapi hal itu diluar kewenanganku. Tugasku hanya menangkap tikus-tikus nakal sepertimu.”

“Kalau begitu antarkan aku pada bosmu.”

Mendengar permintaanku ia langsung tertawa, kali ini tawa yang sangat keras dan berlangsung lama. Dan benar-benar membuatku ingin mencekiknya.

Ia terlihat berusaha keras hanya untuk berhenti tertawa dan menjawab pertanyaanku.

“Bagaimana mungkin seorang genius bisa menjadi bodoh secara bersamaan!” balasnya disela-sela tawa.

Aku terdiam.

Melihat responku, entah bagaimana ia tiba-tiba berhenti tertawa.

“Tunggu sebentar, apa kau benar-benar tidak tahu?”

Aku  tidak menjawab.

“Oh tuhan, kurasa investigasimu kurang mendalam. Baiklah, karena aku menyukaimu maka akan kuberitahu.”

“Aku tidak tahu siapa bosku.” Ia melanjutkan.

Hah? Apa maksudnya itu?

“Dunia ini sangat menyeramkan, teknologi di masa ini bisa mengancammu hanya dengan setitik kesalahan yang kau buat sekali pun itu sudah terkubur lama. Karena itu untuk menjaga tangan tetap bersih, orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu akan memilih untuk membayar orang sepetiku untuk melakukan hal-hal semacam ini. Berbeda dengan mereka aku ini bebas, aku tidak terikat dengan hukum pun, tidak juga mementingkan reputasi, bukankah menurutmu itu menyenangkan?” jelasnya.

“Tapi tenang saja, pada akhirnya kau akan dibawa untuk menemui mereka. Ahhh… tapi sayang sekali, sejujurnya aku sangat ingin merekrutmu,  tapi aku tidak bisa mengingkari perjanjian, dan mereka sudah membayarku. Jadi um.. kurasa.. sampai berjumpa lagi?”

Kemudian tiba-tiba sesuatu yang berat meghantamku dari belakang, pandanganku tiba-tiba menjadi gelap, hanya suara-suara langkah sepatu yang mendekat yang kudengar, kemudian segalanya menjadi benar-benar gelap..

THE LAST ARENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang