BLACK AND WHITE

19 3 0
                                    

Ruangan ini tampak begitu sunyi meskipun terdapat banyak orang disini. Tempat yang seluruhnya putih dan terang, rasanya kami seperti sedang dimasukan kedalam sebuah kotak putih.

Kucoba menggerakan mulutku perlahan sambil menyiapkan suaraku. Berharap bahwa ia masih disana.

“Apa yang kalian lakukan disini?” diluar dugaan suaraku keluar dengan jelas. Itu sedikit melegakan.
 
Gadis yang sedari tadi berdiam diri di sisi ranjangku tiba-tiba terlonjak kaget.

“Ada apa?” tanyaku bingung.

Matanya membulat melihatku yang sedang mencoba untuk bangkit dari ranjang.

“K-kau.. bagaimana kau?” wajahnya terlihat kebingungan. Namun sedetik kemudian ia memejamkan matanya dan menghembuskan nafas panjang. Ia membuka matanya kembali dan kemudian tertawa

“Hahahaha! Kau benar-benar luar biasa!” ucapnya tiba-tiba. Tawanya pecah mengisi seisi ruangan, membuat gema yang sangat mengganggu.

Ada apa dengan gadis ini? Apa dia gila?

Aku terus memperhatikan gerak-geriknya, ia masih tertawa. Semua orang di ruangan ini memusatkan pandangan mereka padanya, tapi ia sama sekali tidak terlihat terganggu.

“Lihat!” kini pandangannya beralih pada orang-orang itu.

“Informasi itu benar! Anak ini adalah dia!” dan semua orang mengangguk-angguk dengan senyuman aneh di wajah mereka.

Aku terdiam dalam kebingungan. Apa maksudnya? Siapa yang dia maksud?

Kemudian tiba-tiba gadis itu menghadap kearahku, matanya berbinar. Kedua tangannya mecengkaram bahuku erat.

“Kau harus membantu kami!” ucapnya yang terdengar seperti sebuah perintah.

Kusingkirkan kedua tangannya itu dari bahuku yang membuat ekspresi sumringah di wajahnya hilang seketika.

“Dengar, aku tidak tahu siapa kalian, apa yang kalian lakukan disini, dan terlebih lagi aku bahkan tidak tahu kenapa aku berada disini, menerima permintaan kalian saat ini  sama sekali bukan sebuah opsi bagiku.” Jelasku pada mereka.

“Okay.. tapi sisi baiknya, kau juga tidak akan mau bersekutu dengan mereka. Apa aku salah?”

Tentu saja tidak! Mereka telah membahayakan orang-orangku, ah... keluargaku.

“Diam bagiku iya, kalau begitu kami akan menjelaskan situasinya padamu  setelah pemeriksaan rutin.”

“Pemeriksaan rutin?”

Tiba-tiba suara seperti besi yang terangkat terdengar, semua orang mengalihkan pandangan mereka ke satu sisi.

Di salah satu sisi tembok ruangan ini, yang sebelumnya kukira adalah sepenuhnya tembok, seketika berubah, memisahkan diri dari bagian lainnya dan mulai terangkat ke atas.

Sepasang sepatu hitam mulai terlihat dari balik pintu yang mulai terbuka itu dan  mulai menampakkan sesosok manusia dibaliknya secara perlahan.

Sosok itu sepenuhnya terlapisi oleh perlengkapan, sepatu, pelindung tubuh, anti peluru, bahkam helm aneh dengan sebuah senapan tergenggam di depan dadanya.

THE LAST ARENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang