#08

0 0 0
                                    

Aku terkejut saat mendapati Bintang telah berada di depan rumah, aku panik setengah mati, akan panjang urusannya jika ibu mengetahui ada remaja laki-laki duduk di depan rumah di pagi buta seperti ini, ia duduk di kursi sambil memejamkan matanya, aku termangu beberapa saat, ini baru jam 6 pagi, aku baru saja selesai mandi dan membantu ibu menyiapkan sarapan, bahkan masih memakai piyama tidur, aku hendak masuk lagi untuk ganti baju selagi ia masih tertidur namun aku berhenti saat ia memanggil namaku

"apa ?" Aku mendekat dengan kikuk

"kamu ngapain kesini ?, ini baru jam 6 pagi loh" kulihat raut wajahnya berbeda

lebih dingin dari biasanya, ia hanya diam menatapku, "nanti bareng" jawabnya melenceng dari pertanyaanku, aku menghembuskan nafas kecil lalu mengangguk, ingin kutolak tapi aku kasihan melihatnya

"kamu tunggu disini aja ya, aku ganti baju sebentar" baru saja aku ingin melangkah ke pintu namun kudengar ada suara aneh, "krrrrrkk" rupanya suara perut Bintang, aku mendadak jadi tak enak hati tidak menawarinya sarapan tadi, untung aku masak lebih dari biasanya, aku menahan tawaku saat melihat muka Bintang memerah, dengan sedikit tawa aku menyuruhnya masuk untuk sarapan, ia akhirnya menurtiku dan masuk, sejujurnya aku cukup khawatir karena takut jika ibu akan marah, hari ini kami memasak nasi goreng dan telur mata sapi, "lho siapa ini dek ?" Ibu terkejut saat mendapati aku dan Bintang duduk bersebelahan di meja makan

"anu buk namanya Bintang, temen sekolah adek" jawabku cepat

"oalah" ibu memandangi Bintang beberapa saat lalu tersenyum

"Tumben kamu ajak temen laki-laki ke rumah ?, Temen kamu atau pacar ?"

Aku deg-degan setengah mati saat ibu bertanya seperti itu

"Te-temen Bu"

"Dasar" geleng ibu sambil tertawa

Kupikir beliau akan marah tadinya, tapi syukurlah

"ayo nak dimakan, jangan sungkan, maaf ya cuma ada nasi goreng, sama telur, Tante gak sempet masak" Ibu duduk di depan kami

"iya tante" Bintang tersenyum, aku agak was was begitu Bintang memakan nasi goreng buatanku, menurutku enak, tapi entah kenapa jika orang lain yang mencoba aku takut jika tidak enak

"enak Tan nasi goreng nya" Bintang mengejutkanku

"oh ya ?, Buatan Bulan loh itu" aku malu sekaligus lega saat ini, aku hanya memasang senyum formalitas di depan mereka berdua

selama sarapan aku malah seperti orang asing diantara kami bertiga, ibu lebih sering mengajak ngobrol Bintang dan menanyainya banyak hal, sikap ibu tak seperti biasanya, beliau malah selalu mewanti-wanti aku untuk tidak pacaran dulu bahkan ibu pernah marah saat aku dibonceng laki-laki saat pulang ke rumah, padahal hanya tukang ojek, lalu kenapa ibu tiba-tiba bersikap ramah begini dengan Bintang ?

Aku memandangi Bintang dengan tatapan tak percaya, "kok jaket kamu ?-" aku kebingungan, ternyata memang benar dugaanku, dia beli banyak memang untuk dipakai sendiri, "aku beli lagi" jawabnya sambil tersenyum, "oh" aku mulai kikuk, "oh iya, jaketmu yang kemarin masih ada di aku, sebentar kuambil dulu" aku hendak masuk lagi namun ia menahan tanganku, aku menahan nafas, jantungku hendak melompat
"Aku udah bawa jaket, kapan² saja"

"Oh, oke" balasku canggung

memang benar jika aku telah menyukai orang lain tapi jika terus-terusan seperti ini aku takut jika akan berpindah hati, kulepas tanganku dari genggaman tangannya lalu naik di boncengan

🥀

Kusuruh Bintang meninggalkanku di halte bis, agar tak banyak yang melihat kami ke sekolah berdua, aku berjalan seperti biasa tapi anehnya orang-orang memandangiku dengan tatapan aneh, aku mencoba mengoreksi apa yang salah dari diriku, tak ada ! Tidak ada yang aneh

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang