Part 5|Park Jaehyung (Lost)

17 7 0
                                    

Hari ini Jae tidak ada jadwal kuliah, maka tak heran jika dia menghabiskan waktunya di cafe tempat dia bekerja. Seperti biasa cafe tempatnya bekerja ini selalu ramai para pemuda-pemuda yang berkunjung. Setelah seharian bekerja Jae memilih untuk bersiap-siap pulang, masih ada tugas yang belum selesai sedangkan pengumpulan nya besok pagi.

"Yogyeum ah, aku pulang dulu." Pamit Jae ketika melewati temannya itu.

"Ikutlah bersamaku Jae, Aku antar." ajak Yogyeum.

"Maaf, tidak usah, nanti merepotkan kamu saja dan juga rumah kita tidak searah, jadi aku balik sendiri aja, sebelumnya terima kasih untuk tawarannya," jawab Jae yang tidak mau merepotkan temannya itu, sambil berlalu begitu saja.

Dan di pertengah perjalanan pulang, tiba-tiba Jae menyipitkan mata kearah dimana dia melihat seorang gadis dan seorang laki-laki, ketika diamati mereka sedang bertengkar. Jae ingin berlalu begitu saja tidak ingin ikut campur urusan orang lain. Tapi diurungkan ketika dia menatap wajah gadis itu, ternyata dia gadis yang tidak pernah dilihat lagi semenjak insiden tertabrak di cafe beberapa hari yang lalu.

Tanpa pikir panjang Jae mengahampiri Irene, ya gadis yang dimaksud Jae adalah Irene.

***

Irene pov

"Bisakah Kau pergi sekarang!!" Bentak ku saat lelaki yang ada dihadapannya itu tak kunjung pergi dari hadapannya.

"Tidak Ren, sebelum kau memaafkanku. please Ren." Sahut lelaki itu dengan nada yang begitu lembut berbeda dengan Irene. Tapi bukannya menurut ku lebih berontak lagi.

"Jangan paksa aku, itu tidak akan berhasil." Nada ku mulai dingin, mengatakan kalimat itu.

"Ta..." Irene langsung menyela kalimat lelaki itu, dengan kalimat yang membuat lelaki itu membatu.

"Pergi Aku tidak akan memaafkanmu  Sungjin ah." Ya, lelaki yang ada didepan ku itu adalah Sungjin mantan ku sekaligus sahabat dari aku kecil.

"Berilah Aku kesempatan sekali lagi Ren." Lelaki itu belum menyerah membujuk ku.

"Tidak!!! Silahkan pergi atau Aku yang akan pergi." Disaat ku akan melangkah pergi, tanganku ditarik kasar oleh Sungjin membuat ku meringis kesakitan.

"Lepaskan tangannya kau menyakitinya." Aku dan Sungjin menoleh ke asal suara itu. Aku ingat dia adalah barista cafe tempat langganaku.

"Siapa kau? jangan ikut campur urusan kami." Sungjin dengan tatapan tajam.

"Perkenalkan Saya Jae, Saya Tem..."

"Dia pacarku sekarang." Potong ku dengan menatap nyalang ke arah Sungjin. Membuat Sungjin maupun Jae terlihat kaget atas jawaban ku.

"Jadi lepaskan tanganku sebelum pacarku salah paham dan marah denganmu." Perlahan cekalan tangan sungjin melemah, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh ku. Setelahnya aku menggenggam tangan Jae dan membawanya pergi dari hadapan Sungjin yang masih menatap mereka tak percaya.

Irene pov end

***

Beberapa menit mereka masih diam, mereka tidak sadar tangan mereka masih bertaut. Jae masih belum mencerna situasi ini, tidak pernah dibayangkan bahwa Jae akan terlibat masalah percintaan seseorang.

"Maaf"

"huhh?" Jae masih bingung dengan ucapan gadis disebelahnya.

"Maaf, telah melibatkanmu dalam masalah tadi. Aku tidak tau harus bagaimana lagi untuk membuat dia mengerti kalau Aku sudah muak dengan tingkahnya." Irene berusaha menjelaskan masalahnya tadi.

"Ehmm, tidak apa-apa.." dengan canggung Jae mengatakan, "eng... bisa lepaskan tanganku?"
Membuat Irene tersadar akhirnya melepaskan tautan mereka.

Mereka masih berjalan beriringan, Jae bingung harus bersikap bagaimana. Dia bimbang mau menawarkan gadis itu pulang, tapi dia sendiri jalan kaki. Tapi ini sudah malam, apalagi Irene sendirian.

"Sudah malam, Kau tadi sendirian kesini? " Jae memutuskan bertanya.

"Iya, tapi aku membawa mobil. Aku parkir di sebrang sana." Sambil menunjuk mobil sport warna merah di bawah pohon.

"Baiklah, mari ku antar sampai sana." Mereka berjalan menuju terparkirnya mobil sport itu.

Disaat Irene akan mengantarkan Jae pulang, Jae menolak. Tempat tinggal mereka berbeda arah.

"Hati-hati dijalan, sampai jumpa." Jae akhirnya melenggang pergi dari sana.

"Jae!!!" Teriak Irene yang membuat Jae menoleh.

"Terimakasih." Disertai senyum Irene yang membuat Jae tersenyum juga. Tanpa menjawab Jae meneruskan langkahnya.

***

Sudah ada seminggu sejak kejadian itu Jae masih memikirkan senyum Irene yang membuat dirinya berdesir, padahal sejak itu Jae tidak pernah melihat Irene lagi entah dicafe maupun dikampus. Jae sendiri tidak tau apa yang ada dihatinya sampai dia masih memikirkan kejadian itu. Apa Irene masih diganggu mantannya kemarin, ya pada malam itu Irene menceritakan masalahnya kepada Jae tentang mantannya itu. Ah ya namanya Sungjin. Dan tidak tau apa yang dipikirkan Jae saat itu hingga ia menawarkan diri untuk membantu Irene.

Flashback On

"Aku akan membantumu." Jae bersuara setelah mendengar masalah Irene.

Buru-buru Jae menambahkan ketika melihat raut kebingungan Irene "Aku akan pura-pura jadi pacarmu, supaya kamu bisa lepas dari mantanmu itu."

"Bernahkah itu Jae??" ucap Irene memastikan apa yang dikatakan Jae

"Iya, silahkan datangi Aku dicafe jika kamu membutuhkan bantuan." Jawab Jae dengan senyum tipisnya.

Flashback off

***

"Jae!!!"

"Eh.. !? ehm, ada apa?" Sahut Jae yang kembali dari lamunannya.

"Kau kenapa sih? dipanggil dari tadi tidak menyahut," ucap Yogyeum kepada Jae yang tengah melamun ditengah ramainya cafe saat ini.

Tidak menjawab pertanyaan dari Yogyeum Jae malah bertanya "Ada apa memanggilku?"

"Dicari orang, di meja nomer 14" Jae memandang tempat yang ditunjuk temannya itu.

Disana, dimeja nomer 14  terdapat seorang gadis yang terlihat familiar. Jae tidak terlalu mengenalnya karena gadis itu membelakanginya. Saat gadis itu membalikkan tubuhnya, membuat Jae menahan nafasnya. Dia adalah gadis yang membuat dirinya pertama kali melamun saat bekerja seperti ini.

Merasa diperhatikan Irene menoleh tepat disana mata mereka bertemu, membuat Irene mengulas senyumnya. Yang membuat Jae tiba-tiba Jantungan. Apa Jae hanya kaget atau ada sesuatu yang lain dihatinya ketika melihat senyum itu, senyum yang membuat Jae benar-benar kelimpungan.

 "Hai Jae." tiba-tiba Irene sudah ada didepannya. Dan menyapa dengan senyum yang tidak pudar dari tadi. Membuat Jae salah tingkah.

"O..oh. H-haai Irene." Senyum Jae menenangkan hati Irene.

Hari ini, Irene mempunyai alasan untuk pergi ke cafe, yaitu menemui Jae untuk meminta bantuannya. Sekarang mereka duduk berhadapan di meja nomer 14 yang diduduki Irene tadi. Irene akan meminta pertolongan Jae, sesuai yang Jae tawarkan pada malam itu.

***

Love Me Or Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang