Part 9|Park Jaehyung (Lost)

7 1 0
                                    

Sudah seminggu sejak pertemuan mereka di taman, Irene tidak membalas pesan maupun panggilan Jae. Jae khawatir apa yang terjadi dengan Irene, wajah pucat Irene masih diingat Jae. Dikampus pun Jae tidak melihat Irene bersama teman-temannya. Apakah Irene sakit? Tapi setidaknya menjawab telepon Jae atau kirim pesan kepada Jae agar bisa tenang.

Beberapa saat kemudian terlintas dalam pikiran Jae untuk menanyakan kepada teman Irene besok dikampus.

"Besok coba ku tanyakan kepada temannya, siapa tau aku dapat sebuah informasi. Ck! Bodohnya aku selama ini tidak mengetahui rumahnya. Huh!" Monolog Jae.

Akhirnya Jae bersiap untuk tidur, dan berharap besok bisa mendapat informasi tentang hilangnya Irene. Apa bisa disebut hilang, Jae sendiri hanya menunggu Irene Telepon.

***

Keesokan harinya saat usai kelasnya, Jae mendatangi tempat-tempat dimana biasanya Irene dan teman-teman nongkrongnya. Dan hampir semua tempat ia datangi tapi tidak melihat mereka seperti kantin, gazebo, kelas, taman. Jae memilih duduk dikursi dekat parkiran. Tanpa sengaja Jae melihat seorang gadis berbincang-bincang dengan seorang lelaki di bawah pohon dekat parkiran. Kalau tidak salah dia salah satu teman dekat Irene selama ini. Akhirnya Jae mendatanginya, saat sampai ternyata lelaki tersebut sudah pergi, hanya gadis itu sendiri.

"Oh hai, ehmm kamu temannya Irene?" sapa Jae.

"Hai, kamu pasti jae?" Tebak Dahyun. Gadis itu ternyata Dahyun sahabat Irene.

"Darimana kamu tahu?" Tanya Jae yang kebingungan darimana gadis itu tau namanya.

"Irene sudah menceritakan semuanya kepadaku. Btw Aku Dayhun, Jae." Sahut Dahyun. Dibalas senyuman oleh Jae.

"Kamu pasti mencari Irene ya, sudah beberapa hari dia tidak masuk. Aku hubungi juga tidak bisa. Aku kerumah pun tidak ada siapa-siapa. kata pembantunya Irene sama Jinyoung udah 4 hari tidak ada dirumah, mereka juga terlihat buru-buru waktu pergi. Tidak ada yang tau mereka pergi kemana." Jelas Dahyun yang sudah menebak pertanyaan Jae.

"Jinyoung?" tanya Jae yang penasaran dengan nama lelaki tersebut.

"hahaha, tenang Jae tak usah cemburu. Jinyoung itu adik kandung Irene." mengetahui gelagat Jae. Dan Jae hanya mengusap tengkuk lehernya karena merasa salah tingkah.

Mereka sama-sama terdiam, tidak tau harus mencari dimana lagi. Jae terlihat begitu khawatir, feelingnya mengatakan ada yang tidak beres dengan keadaan Irene. Bukan berharap Irene tidak baik-baik saja, tapi feeling Jae benar-benar kuat. Terlihat ragu untuk mengatakan tapi Jae akhirnya tetap mengatakan.

"Ehmm, Dahyun ssi. emmm... Sebenarnya seminggu yang lalu kita maksudku Aku dan Irene sempat bertemu. Irene keliatan pucat sekali dan mengeluh sakit diperutnya, ketika Aku bertanya katanya mungkin magh. Tapi menurutku bukan Irene sakit dibagian kanan sedangkan jika magh pasti sakitnya dibagian kiri." Dahyun terlihat kaget mendengar penuturan Jae.

"Serius Jae?" Dahyun memastikan. Jae mengangguk mantab.

"Aku punya ide Jae." Sambil menatap Jae  dan menjelaskan idenya tersebut.

***

"Sampai kapan kau menutupi semua ini Noona? Bahkan eomma dan appa tidak ada yang tau." Suara lelaki itu terdengar dibalik salah satu kamar dirumah sakit, yang tak lain sang adik dari pasien.

"Apa mereka peduli kalau aku sakit?" Sambil membuang muka dari arah sang adik.

"Tapi mereka akan menyalahkan diri mereke noona, jika mengetahui ini." Sang adik masih bersikukuh meyakinkan sang kakak.

"Keluarlah Jinyoung-ah, Aku mau istirahat." Dia Irene, mengusir Adiknya dari kamar inapnya dengan memunggungi Adiknya. Dan jinyoung menatap tak percaya kakaknya yang keras kepala. Tapi dia akhirnya lebih memilih keluar dari kamar inap Irene.

Setelah mendengar pintu tertutup Irene yang pura-pura menutup matanya, akhirnya membuka mata dan cairan bening lolos dari mata indahnya disertai isakan pilu. Apakah orang tuanya akan menyesal setelah tau dirinya punya penyakit, ini akibat orang tua nya yang terus menelantarkan anak-anaknya.

Dia juga teringat Jae, inilah alasan dia belum menjawab pernyataannya saat itu. Dia takut Jae akan sedih tau hal ini, makanya dia menyembunyikannya dari Jae dan juga sahabatnya Dahyun.

Dibalik pintu Jinyoung mendengar isakan pilu sang kakak, membuat hatinya sakit matanya berkaca-kaca. Dengan mantab Jinyoung merogoh sakunya dan menelpon eomma nya. Sambungan pertama tidak diangkat, begitu kedua, dan akhirnya sambungan ketiga baru diangkat.

"Ya, Jinyoung ada apa? eomma lagi sibuk."

"Eomma, bisakah pulang bersama appa sebentar saja Irene noona sakit."

"Irene masih sakit? Dua hari yang lalu dia telpon Appa. Kamu antarkan saja kerumah sakit lah Jinyoung Eomma Appa tidak bisa pulang waktu dekat ini."

"Tapi..."

"Bentar Young-ah, Appa mu memanggil"

Jinyoung menghembuskan nafas berat nya, selalu seperti ini. Pekerjaan lebih penting ketimbang anak-anaknya.

"Hallo Jinyoung maaf rapat segera dimulai, Bawa noona mu ke dokter ya. bye." Tuut tuut

Tubuh Jinyoung luruh, ternyata kakaknya sudah berusaha memberitahu orang tuanya tapi mereka tidak mau mendengar kelanjutannya. Air matanya tumpah juga, beginikah nasib kakaknya sekarang tidak ada yang peduli. Harus menghubungi siapa lagi agar kakaknya ada yang menjaga saat dirinya sekolah. Akhirnya ada satu nama yang terlintas, dengan cepat dia mendial nomor tersebut. Tak sampai 5 detik sudah diangkat.

"Hallo Dahyun noona, aku ingin bertemu denganmu. Dicafe tempat biasa kau dan Irene noona nongkrong. sekarang!"

***

Love Me Or Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang