Positive

5.7K 526 158
                                    

Sudah menginjak minggu keempat Chimon masih mengeluh mual-mual, walaupun jarang dan biasa terjadi di pagi hari tetap saja membuat khawatir orang di sekitarnya.

"Mon beres kelas kita ke dokter ya" ucap Pawat.

Pagi ini Chimon sudah 'nangkring' seperti biasa di toilet yang tak jauh dari kelasnya. Bahkan temannya bergantian untuk memeriksa keadaan Chimon saat di toilet, kecuali Nanon. Setiap pagi Nanon selalu sibuk dengan wanitanya.

Kali ini Chimon menuruti perkataan Pawat, ia juga tak enak merasakan mual terus menerus.

Selesai kelas Pawat mengantarkan Chimon ke dokter, teman lainnya tidak ikut karena memiliki urusan masing-masing. Nanon? Jangan ditanya, dia sudah ada janji menonton film dengan wanitanya.

"Gue pikir ucapan Nanon beberapa hari yang lalu itu bener, manis-manis ke gue dan bahkan beberapa kali mau nyium gue, ah Chimon kenapa sih lu, lu kan emang udah tau sifat dia emang gitu, udah tau dia kan emang seneng manja-manja ke lu, iya cuma gitu doang, ga mungkin lah dia belok, selama lu kenal dia kan, mantannya cewe semua" rutuk Chimon pada dirinya sendiri.

• • •

Dokter menanyakan beberapa pertanyaan kepada Chimon untuk mengetahui keluhan yang di rasakan selama ini. Kemudian dokter memeriksa tubuh Chimon, dokter merasa ini bukan mual karena masuk angin.

"Nong, coba sekarang pipis dan tes ya"

Dokter itu memberikan test pack pada Chimon.

"Dok?" Chimon terkejut dan bingung, ia tau alat itu untuk mengecek kehamilan.

"Coba dulu aja ya" Dokter itu tersenyum ramah dan mencoba menenangkan Chimon.

Chimon memberikan test pack tersebut dan dokter melihat hasilnya. Kemudian dokter memeriksa lagi Chimon.

"Dugaan saya benar"

"Nong selamat ya"

"Maksud dokter?"

"Kamu hamil"

Dorr

Kali ini bukan seperti suara tembakan yang terdengar saat Nanon menyadarkan tentang status mereka. Suara tembakan kali ini jauh terdengar keras di telinga Chimon, merusak pikiran Chimon seketika.

"G-gue hamil?!" gumam Chimon.

Ia masih tak percaya dengan perkataan yang barusan ia dengar.

Dokter tersebut hanya bisa tersenyum, ia meminta perawat untuk memanggil Pawat.

"Nong kamu pacarnya atau suaminya?"

Deg!

Pertanyaan itu sempat membuat Pawat terperangah. Belum sempat Pawat menjawab, dokter tersebut lanjut berbicara.

"Dia hamil, selamat ya"

"Hah?!"

"Mon?"

Chimon hanya bisa menundukkan kepalanya.

Dokter merasa mungkin ini bukan kabar baik untuk kedua orang di depannya.

"Saya tidak tau ini kabar baik atau bukan untuk kalian, tapi ingatlah ini adalah anugerah yang harus kalian jaga, berarti ini adalah sebuah kabar baik. Saya harap kalian tetap menjaga janin yang sedang berkembang itu. Biarkan ia mendapatkan hak hidupnya, tumbuh menjadi anak yang akan membuat kalian bangga kelak. Tolong sayangi anak itu dan untukmu nong Chimon jaga kesehatanmu, mungkin kamu akan berpikir ini berat tapi saya yakin kamu bisa melaluinya"

Dokter memberi vitamin untuk Chimon dan memberi pendidikan kesehatan tentang kehamilan.

• • •

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang