Aku mencari diriku di luar. Dan ketika bertemu denganmu, aku mendapatinya pada waktu yang tepat.
Di teras masjid pusat asrama Ibnu Rusyd, Sena duduk di depan tiga belas santri putra mustawa Ula.
Ustaz Musa selaku wali kelas mereka meminta bantuan Sena untuk melatih kembali dalam melancarkan bait-bait Aqidatul Awam yang akan dilombakan ketika Maulid nanti, akhirnya Sena tak memiliki opsi lain selain harus datang ke asrama putra.
Parahnya di sebelah masjid, tepat menara air berdiri dan tentu saja Ihda serta kawan-kawannya berada di sana menghabiskan libur ngaji untuk kembali menghafal nadhom Alfiyah.
Dari teras masjid terlihat deretan-deretan kamar yang mana sebagian besar santri putra duduk di sana dan sesekali menatap ke arah Sena. Sesungguhnya, apa yang lebih menggelisahkan daripada terhampar di tengah kerumunan manusia yang berbeda gender? Seperti Teresa yang tiba-tiba terjebak di antara banyak Glader dan tentu saja Sena harus berani karena gender bukan alasan untuk maju atau mundur.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu," ucap Sena seraya tersenyum ke anak-anak berusia sekitar 10-12 tahun di depannya.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu." Mereka menjawab semangat, serempak. Kadang disertai dorong-dorongan dengan teman sebelah.
"Sebelumnya kita perkenalan dulu ya. Nama saya Avicenna dan biasa dipanggil Sena. Kehadiran saya ke sini yakni dipinta oleh Ustaz Musa untuk menggantikan beliau yang sedang uzur melatih Aqidatul Awam hari ini," ucap Sena lembut.
"Untuk mempercepat waktu, silakan kalian langsung mulai tanpa ada yang membuka kitabnya satu pun. Kalau saya melihat ada yang membuka kitabnya, nanti saya akan panggil ke depan."
"Yuk, bismillahirrahmanirrahim ... Abda'u bismillahi warrahmani ...." Sena mengawali lalu dilanjut oleh mereka yang mendendangkan syair-syair ringkas ilmu Tauhid yang ditulis oleh salah satu mufti kelahiran Mesir, 1205 H, bermazhab Maliki, yakni al-Imam al-‘Allamah Ahmad bin Muhammad Ramadhan bin Manshur al-Makki al-Marzuki al-Maliki al-Husaini al-Hasani.
Di setiap pesantren salaf, biasanya kitab Aqidatul Awam memang dipakai oleh tingkat dasar karena mudahnya kitab ini dipahami. Dan lagi, bagi para mukallaf mempelajari ilmu tauhid memiliki hukum fardhu 'ain, walaupun bila melihat dalil secara rinci maka hukumnya fardhu kifayah.
"Wa birrahimi daimil ihsani ...
"Falhamdulillahil qaddimil awali .. al-akhirul baqi bila tahawuli."
"Tsumma salatu wassalamu sarmada ... 'ala nabiyi khoiri man qad wahada ..."
Suara mereka menggema diiringi nada yang memecah keheningan kala sore tersebut. Kadang-kadang nadanya naik, kadang juga turun dan sepertinya dari tahun ke tahun serta di pesantren mana pun, nada lalaran Aqidatul Awam tak pernah berbeda. Wajah-wajah tanpa dosa itu tampak sekali bersemangat menggaungkan bait-bait yang berjumlah 75.
Sena ikut serta menuntun mereka dengan pandangan yang awas pada santri barangkali ada yang sengaja membuka kitab untuk tahu lanjutannya.
"Walmalakulladzi bila abi wa um ... La akla la syurba wala nauma lahum
"Tafsilu 'asyrin minhumu Jibrilu ... Mikaili israfilu izrailu.
"Munkar nakiru wa raqibu wa kada ... Atidu maliku wa ridwanuhtada ..."
Lalu, mereka masih bersemangat dan semakin bersemangat melantunkan syair-syair itu.
Hingga akhirnya sampai di bait akhir, dan suasana hening sempat terjeda beberapa detik. Sena tersenyum. "Bagus. Kalian udah bisa kompak dan sepertinya sudah hafal semua, ya. Jadi nanti besok kita latihan lagi dan saya jamin kalian bisa menang kalau nggak menyerah. Maulid sebentar lagi dan persiapkan dengan matang lomba-lomba yang akan kalian ikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[6] Kilometer 14 (Completed)
Spiritual#Ibnu Rusyd Wajibnya mengabdi satu tahun di pesantren sebagai syarat pengambilan Syahadah, membawa gadis 18 tahun bernama Avicenna terjebak di pesantren khusus Putra, Ibnu Rusyd. Di sinilah keberanian serta ketegasan Sena diuji bagaimana dia harus...