Bagaimana jika sosok humoris dan tidak bisa diam bertemu dengan sosok yang jutek dan pendiam?
zanna Prameswari dan Hafidz Zaafarani bertemu akankah mereka cocok? atau dua kutub yang berlawanan arah akan semakin menjauh?
Aku tersenyum kalem melihat Hafidz dan Burhan yang kini saling ejek. Kami tengah ada di ruang meeting. Membahas iklan baru yang kami tangani. Mbak Dita memberi kami waktu untuk mematangkan konsepnya. Aku suka dengan pekerjaan ku di sini. suasana kerjanya juga menyenangkan. Apalagi dengan adanya Hafidz yang sudah mengikat hatiku. Yah secepat itu memang aku berpaling atau katakanlah aku sudah mulai lelah dengan semua alasan Ryan dan menunggunya.
"Zan, mumpung masih sebulan lagi nih ya lu dikawinin si Jepit mending pikir-pikir lagi. Lu mau gitu ama koplak satu ini?"
Ucapan Burhan membuat Hafidz langsung menjitak Burhan.
"Semprul lu. Bukannya do'ain malah. Kata orang, kurang sebentar nikah tuh ujiannya berat."
Ucapan Hafidz membuatku terdiam. Aku juga takut. Memang aku kesannya tampak terburu-buru banget menerima Hafidz. Bahkan tetanggaku ada yang mengatakan aku cewek gampangan dan matre. Bukannya aku nggak tahu itu, tapi aku berusaha menepis semuanya. Aku memang butuh penopang hidup untukku dan keluarga. Menerima Hafidz bukan langsung aku putuskan. Tapi melihat ketulusannya dan sikap baiknya sudah cukup bagiku. Dia pria yang baik.
"Dek, hei.. "
Panggilan itu membuat aku mengerjap. Di ruangan ini tinggal aku berdua dengan Hafidz. Loh Burhan kemana?
"Ya Bang?"
Hafidz kini mendekat dan memberiku beberapa lembar uang.
"Buat bayar spp adek kamu."
Mataku membelalak mendengar ucapannya. Aku tidak mau merepotkan nya.
"Bang, Zanna udah punya kok. Lagipula kemarin uang 10 juta itu belum bisa... "
Tapi Hafidz menggelengkan kepala dan tersenyum. Dia kalau sedang tidak koplak memang terlihat begitu tampan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku tulus sayang sama kamu dan juga keluargamu. Dalam hitungan hari kamu juga akan menjadi istriku. Jadi nggak boleh nolak."
Aku mengerjapkan mata masih bingung dengan ucapannya.
"Tapi Bang, Zanna nggak bisa."
Hafidz sudah menggelengkan kepala dan memasukkan uang itu ke dompet yang aku letakkan di atas meja. Lalu Burhan tiba-tiba datang dan memanggil. Hafidz meninggalkanku yang masih termangu. Kenapa Hafidz begitu baik?
*****
"Nggak cantik banget padahal. Kenapa bisa seenaknya nolak Ryan? Lu nggak ngaca kali."
Aku terhenyak mendengar ucapan itu. Sore ini, Hafidz memang ijin tidak mengantarkanku pulang karena masih ada kerjaan. Aku pulang terlebih dahulu karena bapak membutuhkanku. Beliau masih belum sehat. Saat keluar dari kantor dan menunggu ojek online tiba-tiba ada Marina. Kakak wanitanya Ryan yang sudah lama aku kenal.