"Kenapa suka sama Bang Hafidz?"
Aku langsung menatap wanita yang kini ada di depanku. Sepagi ini aku sudah sampai kantor, dan merasa perlu untuk membuat kopi agar segar."Mbak..."
Aku menganggukkan kepala untuk menyapa, tapi wanita di depanku ini malah menatapku dengan serius.
"Kamu kan baru kenal sama Bang Hafidz, kenapa bisa langsung menerima lamarannya? Aku nggak mau ya kamu nyia-nyiain Bang hafidz."
Eh... siapakah dia? Mantan ceweknya Bang Hafidz?
Sebelum aku bisa mengatakan sesuatu tiba-tiba ada seseorang yang melangkah ke pantry,
"Owh Dek, kamu udah di sini?"
Aku tersenyum dan menganggukkan kepala saat Hafidz sendiri yang melangkah ke arahku, Lalu wanita cantik yang seksi itu, owh iya dia memang seksi. Rok spannya saja berada di atas lutut, dan atasannya berupa kaos yang ketat, memamerkan dadanya yang besar itu. Astaga. Kenapa aku jadi menilai?"Iya, baru aja. Minta kopinya dikit."
Hafidz menarik kursi di sampingku, tapi kemudian baru sadar masih ada wanita yang tadi berbicara denganku.
"Oii... Nul, apa kabar? Tumben mampir ke sini? Nganterin Jono?"
Wanita seksi itu kini mengibaskan rambutnya yang panjang sebahu itu, lalu tersenyum manis kepada Hafidz.
"Iya, sekalian mau nganterin makan siang buat Bang Jono. Ehm Bang Hafidz beneran mau nikah?"
Hafidz langsung menganggukkan kepala dan kini merangkulkan lengannya di bahuku."Iya dong. Nyusul kamu ama Jono."
Tapi wanita itu malah kini memberengut, "Dulu aja nggak mau ama Minul, kenapa sekarang langsung nikahin dia? Susunya aja ama Minul gedean Minul kok."
Astaga.
Aku yang memerah mendengar ucapan frontal wanita itu, Hafidz juga gelagapan tak jelas. Tapi kemudian ada seseorang yang melangkah menuju pantry, dan wanita itu langsung bergegas keluar dan meninggalkan kami.
"Woooooo ketemu ama mantan gebetan nih ceritanya?"
Burhan yang baru saja masuk langsung menatap Hafidz, dan membuat Hafidz hanya menggelengkan kepala.
"Itu cewek makan apa sih? Frontal banget."
Hafidz berdecak, Burhan menatap Hafidz dengan bingung. Sedangkan aku memilih menyesap kopi yang baru saja kubuat. Jadi dulu ada yang suka sama Hafidz, cewek secantik Minul, tapi ditolak?
Usapan lembut di kepalaku membuat aku menoleh ke arah Hafidz.
"Aku nggak milih itunya lho Dek, abaikan omongan Minul. Cckckck."
Burhan yang baru saja duduk di depan kami sambil meminum air mineral yang baru saja diambil dari dispenser kini menatap kami dengan curiga.
"Apa? Minul ngomong apa?"
Hafidz langsung menggelengkan kepala "Ckckckckc parah dia. Ntar aja gue ceritain."
*****
Mbak Ela akhirnya cuti hamil seperti Mbak Biru, jadinya pekerjaan menjadi dobel seperti saat ini. Aku yang biasanya minta saran kepada Mbak Ela akhirnya harus mikir sendiri. Untung saja Hafidz akhirnya ikut menemaniku, lembur. Tapi dia tadi baru ijin sama Burhan untuk salat maghrib, aku sudah terlebih dahulu tadi. Saat sedang berkonsentrasi, notifikasi wa langsung masuk. Aku tersenyum, ini pasti grup weka-weka.
GRUP WEKA-WEKA
Burhanudin : Ada yang sedang galau nih, presiden grup alias si Jepit
Hafidz : Paan sih... kagak
Miko : Kenapa?
Angga : Hafidz? Ada apa?
Roni Rahardian : tumben si Jepit Galon, pasti digodain si Wati pengkolan jalan ya?
Burhanudin : Heemmm heemmmm Zanna, Mas Jepitnya tulus loh ya. Jangan diputusin loh
Aku mengernyitkan kening membaca pesan di grup. Siapa yang mutusin? Apa Hafidz masih memikirkan ucapan Minul tadi? Padahal aku sebenarnya enggak memikirkan, tapi sekarang malah jadi pikiran. Ada notif masuk lagi di grup.
Miko : Zan, si Jepit udah bucin sama kamu, jangan tinggalin dia ya. Nanti kalau dia patah hati susah nyembuhinnya
Roni Rahardian ; Serius? Emang kenapa? Jepit selingkuh atau gimana?
Hafidz ; Oiiiiiii lempar sandal ke Roni. Gue setiaaaaaa
Zanna : Bang, bisa bicara berdua?
Aku memang harus bicara berdua. Pantas saja Hafidz sejak tadi tampak muram, dan ternyata masalahnya ini.
Grup jadi sepi. Aku kembali fokus ke pekerjaan dan beberapa saat kemudian langkah kaki terdengar. Aku tahu itu Hafidz, saat akhirnya dia masuk ke kubikelku dan duduk di tepi meja, aku baru mendongak dan menatapnya. Rambutnya basah karena habis wudhu, wajahnya terlihat lebih segar.
"Ada apa?"
Aku mengulurkan tangan untuk menggenggam jemarinya yang terasa dingin. Hafidz balas menggenggam.
"Kamu nggak marah tadi denger omongan Minul? Sumpah Dek, aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Dulu sih dia pernah ngasih ramuan cinta gitu, tapi yang minum malah Biru. Ih enggak pokoknya."
Hafidz menggelengkan kepala dan membuat aku tersenyum.
"Iya, marah. Habisnya cewek seksi gitu cinta mati sama Abang, masa Abang malah milih Zanna?"
Ucapanku membuat Hafidz kini menatapku. "Kamu ngomong apa sih? Yang seksi siapa? Minul? Ih..."Hafidz tampak begidik "Bisa muntah kalau gede kayak gitu. "
Mataku membelalak mendengar ucapannya "Apanya yang gede?"
Kali ini aku mulai cemburu nih. Tapi Hafidz sudah tampak salah tingkah dan menggaruk-garuk kepalanya.
"Lah malah keceplosan, enggak. Maksudnya seksi kamu, apalagi rambut kamu di kuncir gini. Bikin pengen."
Mataku kali ini membulat sempurna. Hafidz suka absurd kalau ngomong.
"Ih pengen apa? Abang jangan mesum ya?"
Tapi Hafidz kini malah terkekeh dan mengacak rambutku "Kamu yang mesum tuh Dek, orang aku pingin cepetan halalin kamu kok. Hayooooo..."
Dan Hafidz sukses membuat pipiku merona. Dia godain aku.
bersambung'
eh ada penampakan Minul untuk pertama kalinya hayuukkk rameeiiin

KAMU SEDANG MEMBACA
Zandal Jepit in Love 😍
Storie d'amoreBagaimana jika sosok humoris dan tidak bisa diam bertemu dengan sosok yang jutek dan pendiam? zanna Prameswari dan Hafidz Zaafarani bertemu akankah mereka cocok? atau dua kutub yang berlawanan arah akan semakin menjauh?