BAB 05 CUEK

8.3K 2.2K 308
                                    

ZANNA POV

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Atau aku mungkin secara tidak sengaja membuat kesalahan kepada Hafidz. Karena sejak, ehmm lamaran, atau bisa di katakan pernyataan Hafidz saat di rumah sakit tempo hari, dia menjadi menjauh. Bapak memang sudah kembali ke rumah, dan aku juga sudah kembali masuk kerja. Tapi sikap Hafidz benar-benar terbilang sok sibuk di depanku. Tidak ada sapaan manis dan hangat lagi. Padahal aku pikir dia sudah dekat denganku sejak menolongku dan menemaniku di rumah sakit. Atau mungkin memang Hafidz tahu saat itu aku sudah ada tunangan, Ryan dan dia sepertinya...

"Zan, ada yang nyariin di lobbi."

Celetukan Burhan, membuat aku mendongak dan melihat Burhan sudah berdiri di balik kubikelku.

"Nyari aku?"

Burhanudin menganggukkan kepala dan seperti mengernyitkan kening "Cowok gitu. Pacar lu ya?"

Pertanyaannya langsung membuat aku menggelengkan kepala. Urusan dengan Ryan memang sudah selesai. Kemarin, saat Ryan ke rumah sakit dan marah-marah lalu memutuskanku, akupun langsung menghubungi keluarganya. Aku mundur dari pertunangan. Toh tidak ada yang ditunggu dari seorang Ryan. Dia sudah menyakitiku begitu dalam, apalagi keluarganya juga. 

"Enggak Bang."

Aku segera beranjak dari dudukku, tapi Burhan mencegatku.

"Lu tahu kagak, si Jepit kenapa?"

Burhan agak mencondongkan tubuhnya ke arahku. Berbisik, karena Hafidz ada di kubikelnya dan tampak sibuk. Aku langsung menggelengkan kepala.

"Enggak tahu Bang, sama Zanna juga diem kok."

"Woaaaaa fixed nih."

Suara Burhan yang lantang membuat Hafidz menatap kami, tapi dia kembali menunduk dan cuek lagi. Burhan malah makin tertawa, dia kembali menunduk dan berbisik "Santay Zan, gue di pihak lu."

Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum mendengar ucapan Burhan, aku akhirnya berpamit untuk turun ke lobi. Siapa yang menemuiku saat ini?

***** 

Saat aku sampai di lobi, aku mual melihat siapa yang kini duduk di sofa di ruang tunggu. Ryan. Pecundang itu kenapa ke sini lagi? Ingin rasanya aku kembali lagi masuk ke dalam lift. Tapi dia sudah melihatku. Akhirnya dengan langkah berat aku melangkah mendekatinya. Duduk di depannya, tapi tidak menjawab salamnya.

"Kamu kenapa ke sini? Aku sedang bekerja."

Ryan kini menyugar rambutnya, lalu dia menghela nafas. Tampak begitu lelah.

"Zan, maafin sikap ku kemarin."

Aku menyipitkan mata mendengar ucapannya. Apa yang dia katakan? Yang selama ini bersikap seenaknya sendiri juga dia, tidak ada kabar, dan akhirnya saat kembali dia hanya marah-marah kepadaku.

"Sudahlah Yan, aku sudah memutuskan semua ini. Tidak ada pertunangan. Bukankah aku sudah membebaskanmu?"

Ryan tampak menghela nafas dengan gusar, kali ini tatapannya yang selalu membuatku luluh kembali dia perlihatkan. Akhirnya aku menunduk. Tidak mau di tantang lagi olehnya.

"Zan, aku melakukan semua ini karena Mama. Kamu tahu sendiri bagaimana Mama tidak setuju dengan kita? Kondisi keluarga kamu dan..."

"Cukup! aku tidak mau mendengar itu lagi. Bukankah kamu tahu status sosial kita berbeda? Sejak pertama kali berpacaran, bahkan saat kita bertunangan, aku sudah mengingatkanmu. Tapi kamu tidak mau menyerah. Ok. Kita jalani, dan akhirnya kamu tetap menuruti semuanya. Kamu ini anggap aku apa?"

Emosiku sudah mengambang ke permukaan. Aku tidak mau tinggal diam lagi. Selama ini aku memang tertekan. Aku tahu keluarga Ryan tidak setuju denganku. Tapi mereka menggoyahkan secara perlahan, tidak frontal. Tapi cara itu menyakitiku perlahan. Sungguh kejam.

Zandal Jepit in Love 😍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang