BAB 18 HARUS BAGAIMANA?

7.6K 1.8K 114
                                    


Aku menatap Hafidz yang tengah tertidur pulas. Wajah pucatnya terlihat sekali, aku merasa kasihan dengannya karena beberapa hari ini dia terlalu lelah dan lembur. Karena cuti kami kemarin, pekerjaan jadi menumpuk. Untung saja setelah minum obat dia tidak terbangun, bahkan semalaman tidurnya tidak terusik. Aku membiarkan karena dia butuh istirahat yang cukup. Sampai pagi menjelang, karena dia masih pulas tertidur, aku mencoba untuk membangunkannya. 

"Bang..."

Aku mengusap keningnya dan merasakan suhu tubuhnya sudah tidak demam lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengusap keningnya dan merasakan suhu tubuhnya sudah tidak demam lagi. Isitirahat yang cukup memang sangat efisien untuk meredakan demam saat flu. Hafidz menggeliat, tapi kembali memeluk guling. Aku suka melihatnya saat tertidur begini, wajahnya benar-benar terlihat begitu polos.

"Bang, udah pagi. Sarapan yuk."

Aku kembali berbisik di telinganya, membuat hafidz akhirnya begerak. Dia menggeser posisi tidurnya dan kini matanya mulai terbuka. Hafidz menyipitkan matanya saat menatapku. Tapi kemudian dia tiba-tiba beranjak dari tidurnya, menatapku dengan bingung.

"Loh, ini jam berapa?"

 Aku tersenyum saat mengambil bubur yang aku letakkan di atas nakas. Pagi tadi aku sudah membuatkan bubur untuk Hafidz.

"Jam 9 pagi, udah sekarang makan buburnya, minum obat, lalu bobok lagi enggak apa-apa."

Jawabanku rupanya masih belum dicerna oleh Hafidz. Dia bahkan kini menatap jam yang ada di atas dinding, lalu menatap jendela yang memang tirainya sudah aku buka. Lalu kembali kepadaku.

"Aku udah tidur selama itu?"

Kuanggukan kepala dan kini menyuapkan bubur ke mulutnya. Dia dengan lucunya menerima suapanku dan mengunyah meski aku tahu dia belum sepenuhnya sadar bangun dari tidurnya. Lalu Hafidz menggaruk-garuk kepalanya.

"Yah, Yank, kita kan... mau ehmmm aduh... kenapa jadi pulas banget sih?"

Dia mengusap wajahnya dengan tangannya dan tampak begitu frustasi. Aku tersenyum geli, sebenarnya aku paham apa yang dimaksud oleh Hafidz. Aku menyuapkan lagi bubur kepadanya dan dia tidak menolak.

"Nanti, kalau Abang udah sembuh, baru deh kita..."

Aku menunduk dan merasakan pipiku memerah. Kenapa harus bahas hal ini sih? Aku juga masih perawan dan malu. Bagaimanapun juga sejak malam pertama yang tertunda itu, tentu saja aku terus memikirkannya. Tapi membahas secara terang-terangan seperti ini membuat aku merasa malu.

"Aku udah sembuh kok...Hatchciiiiii..."

Tiba-tiba dia bersin dan menutupi dengan selimut. Hidungnya memerah dan matanya berair. Kali ini dia mengalami flu yang parah. 

"Nah, udah sembuh darimananya?"
Hafidz tampak malu dan menggaruk-garuk hidungnya yang memerah itu. Tapi kemudian dia menegakkan tubuh.

"Aku udah sehat, beneran. Ya Yank..."

Aku tersenyum geli, untuk ini hari minggu sehingga kita semua libur kerja. Kusuapkan lagi bubur di mangkuk. "Iya, tapi sekarang makan dulu, mau mandi atau enggak?"
Pertanyaanku membuat Hafidz kini mencium kaos yang dipakainya sejak kemarin.

"Mandi ah, tapi air hangat ya?"
 Dia itu lucu kalau sedang seperti ini.

****** 

"Kalian ngapain sih pada ke sini. Gangguin gue aja."

Ucapan Hafidz membuat aku langsung menyenggol lengannya. Siang ini, rumah kami kedatangan geng weka-weka. Ada Miko, Burhan, Roni. Mereka beralasan ingin menjenguk Hafidz.

"Kita sayang loh sama lu, kemarin udah kayak kertas gitu." Celetukan Burhan membuat Hafidz kini menghela nafas. Dia sejak tadi memang ribut ingin mengajakku pergi. Entah ke pantai, ke puncak atau kemanapun, padahal tubuhnya sendiri masih belum fit.

"Gue mau piknik, pulang gih kalian sana."

"Abang, jangan ngusir, lagian Abang juga masih sakit. Piknik kemana coba?"

Akhirnya aku meletakkan piring yang berisi buah apel yang sudah aku kupas dan aku iris ke atas meja. Burhan, Roni, dan Miko langsung mengambilnya.

"Iye ni bocah. Orang pilek gitu malah mau piknik, lu mau nularin semua orang?"
Roni ikut menimpali sambil memakan apel.

"Lebih baik kita temani deh, liburan di rumah Jepit. Setuju nggak? Undang Pak Angga, Biru, Pak Aby, Laras gitu."

Kali ini Miko langsung mengatakan itu dan membuat yang lainnya bersorak girang.

"Setuju, weekend di rumah Jepit... yeaaiii gue mau beli minuman dulu. Lu mau apa? Kopi item apa kopi putih?"

 Burhan malah sudah beranjak dari duduknya, lalu Roni juga ikut beranjak bangun.

"Gue temenin deh, sekalian mau beliin camilan. Atau kita pesta kebun aja? Tuh belakang rumah Jepit, yang deket kebun jengkolnya Engkong, ada kebun jagung kan? Jagungnya udah matang kan? Kita bakar-bakar gimana?"

"Nah iya mau deh... Mik, lu undang yang belum datang ye, gue ama Roni mau beliin bahan-bahannya."

"Ok Bos..." Jawaban Miko membuat Hafidz langsung mencubit lenganku. 

"Kenapa?"

"Yah gagal deh, kita Yank."

Aku tersenyum geli, tapi kuulurkan tangan untuk mengusap rambutnya.

"Ya enggak gagal, masih banyak waktu."

Hafidz tampak frustasi, tapi kemudian Miko menatap kami berdua dan tersenyum geli.

"Apa lu senyum-senyum?"
Kali ini Miko malah ngakak mendengar Hafidz begitu sewot kepadanya. 

"Tenang Pit, masih banyak waktu menuju Roma. Santuy kenapa sih?"

Hafidz langsung mendengus sebal, dia malah menyandarkan kepalanya di bahuku. 

"Lu sih nggak ngerasa jadi gue."

Aku tersenyum malu melihat Miko paham arah pembicaraan Hafidz, tapi kemudian dia menelepon semuanya membuat Hafidz kini mendekat ke arahku dan berbisik.

"Miko tinggal aja gimana? Tinggal ke kamar. Si Burhan ama Roni kan masih belanja, jadi ada waktu sekitar 30 menit...dan Hatsyiiii..."

Hafidz bersin lagi dan kini tampak menatapku dengan kesal. "Ya udah ke kamar, tapi Abang bobok aja. Biar nggak pilek lagi. Gimana?"

Hafidz menatapku dengan bingung, "Yah kok bobok, sama kamu kan?"

Kugelengkan kepala dan tersenyum "Nanti malam aja sama Zannanya, ini mau nyiapan minuman buat mereka. Mau ada tamu juga."

Hafidz langsung memberengut dan terlihat merajuk. Lucu, suamiku itu memang menggemaskan.

BERSAMBUNG


BACA LENGKAPNYA BISA DIBELI DI KARYAKARSA ATAU ADA PDFNYA YA 

ADA PROMO PDF 100RB /3 PDF 




Zandal Jepit in Love 😍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang