Enam

7.7K 1K 174
                                    

"Kenapa Zara bisa kayak gini? Gue minta kalian buat jagain dia kan?" Zico menatap tajam pada keempat teman Zara.

Ayla melirik pada Vania, Vania melirik pada Samuel, dan Samuel melirik pada Kintan. Sementara Kintan menghela napas.

"Ini semua gara-gara Lola! Entah sengaja atau gak, dia nyenggol Zara sampai jatoh." Jawab Kintan mewakilkan teman-teman nya.

"Lola?"

Keempat nya mengangguk, "sorry bang, tadi kita lengah."Ujar Samuel.

Marvel menahan tangan Zico, saat cowok itu menggeram dan hendak beranjak pergi. "Mau kemana lo? Lo mau pergi saat istri lo lagi kayak gini? Udah ntar aja lo mau marah-marah, atau mau makan orang, pastiin dulu Zara baik-baik aja atau enggak!" Omel nya.

Zico menepis tangan Marvel, lalu berusaha mengontrol deru napas nya. Antara khawatir, marah, takut dan berbagai perasaan lain nya.

Krekk

Pintu UGD terbuka, membuat Zico langsung saja mendekat pada Azka yang menangani Zara tadi. "Gimana om? Zara baik-baik aja kan?"

"Kamu tenang aja Zico, Zara baik-baik aja. Bayi nya juga, jadi gak ada yang perlu di khawatirkan." Jelas Azka, yang sukses membuat semua orang di sana menghela napas lega.

"Saya boleh masuk?" Tanya Zico dan di anggukkan Azka.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Zico beranjak memasuki ruangan UGD tersebut. Mata nya langsung saja tertuju pada Zara yang terbaring di sana. Mata nya melembut saat mata Zara yang tadi terpejam, perlahan terbuka dan membalas tatapan nya.

"Kak---"

Zico berlari ke arah Zara, menahan gadis itu agar tetap dalam posisi berbaring. "Berbaring dulu sayang, kamu masih lemes."

"Anak kita?" Zara bersuara lirih.

"Anak kita masih di sini hm. Dia baik-baik saja." Zico mengelus perut Zara, di iringi senyuman lembut nya.

Zara menggenggam tangan Zico yang berada di atas perut nya. "Maafin Zara ya kak."

"Its okay. Itu bukan salah kamu. Aku yang salah, harus nya aku selalu jagain kamu 24 jam."

Zara tersenyum merasakan kecupan lembut Zico di kening nya. Tanpa sengaja mata nya menangkap memar di punggung tangan kanan Zico.

"Kak Zico habis berantem ya?" Zara elus memar tersebut, "kenapa berantem?"

"Aku gak berantem sayang." Balas Zico seada nya, menikmati elusan lembut tangan istrinya itu.

"Tapi ini kenapa memar?"

"Kapan kamu terakhir kali ngelihat tangan aku gak memar?"

Zara menatap lekat pada Zico, "Zara gak mau kakak mukulin orang terus. Zara lagi hamil, kalau nanti anak kita kenapa-kenapa gimana? Trus---"

Zico menggenggam erat tangan Zara, dengan pandangan terus menatap mata istrinya itu. "Selama masih ada aku, gak akan terjadi apa pun dengan kamu dan anak kita. Kamu harus percaya bahwa apa pun yang terjadi, aku akan selalu mengutamakan kesalamatan kamu."

Zico bawa tangan Zara yang dia genggam untuk di kecup nya. Dia pejamkan mata nya, membuat beberapa bayangan berputar di benak nya. Ada rasa takut, cemas, namun dominan di kuasai oleh amarah. Dia tidak akan membiarkan apa pun merenggut kebahagiaan keluarga kecil nya kelak.

Zara mengalihkan pandangan nya ke luar jendela ruangan itu, saat mendengar suara guyuran hujan turun begitu deras. "Kan hujan, Kak Zico sih gak percaya."

Zico terkekeh, dalam kondisi seperti ini istrinya masih saja membahas perihal pertanda hujan tadi pagi.

Tak lama, pintu UGD terbuka memperlihatkan Marvel beserta Kintan, Vania, Ayla dan Samuel.

[ 2Z Series 3] OBSESSION LOVE 2 (Tersedia di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang