Sepuluh

6.7K 999 126
                                    

Zara mendongak menatap rak-rak tinggi di hadapan nya. Selagi menunggu Kintan dan Ayla ada baik nya dia menghabiskan waktu membaca buku daripada kebanyakan bermain ponsel. Pasal nya sekarang tengah jam kosong, sebelum mata kuliah selanjut nya.

Mata Zara terfokus pada sebuah buku cukup tebal yang berada di rak paling atas. Dia berjinjit berusaha menggapai buku tersebut. Namun, karna tubuh nya yang kecil dan pendek membuat dia kesulitan untuk meraih buku itu.

"Mau buku ini?"

Zara terdiam ketika sebuah tangan terulur dari belakang tubuh nya, meraih buku tersebut. Dia belum membalikkan tubuh nya, karna dia tahu ini bukan lah Zico, Marvel, Samuel atau anak-anak yang tergabung dalam AntraX. Rasa nya, dia masih belum begitu familiar dengan suara ini.

"Mau ini kan?"

Ujung buku itu menyentuh dagu Zara, barulah dia menoleh menatap seseorang yang mengulurkan nya. Dia seketika memundurkan wajah nya saat wajah orang itu begitu dekat dengan nya. Dengan tangan gemetar dia menerima buku tersebut lantas berjalan ke arah meja tempat nya duduk tadi.

"Lo gak mau ngucapin terima kasih?"

Zara melirik orang itu dengan ekor mata nya, "Makasih kak."

Andra tersenyum tipis, "sama-sama. Gak ada kelas?"

"Lagi jam kosong." Balas Zara tanpa menatap lawan bicara nya.

"Oh gitu." Andra duduk tepat di samping Zara. Lalu menatap gadis itu dari samping. "Kondisi lo gimana? Perut nya masih sakit?"

Zara kali ini hanya diam, dengan tangan mencengkram buku di hadapan nya.

"Gak usah grogi gitu, gue cuma nanya kok. Takut nya perut lo kenapa-kenapa. Lagi hamil kan? Wanita hamil itu, gak boleh loncat-loncat kayak tadi, bahaya buat janin nya." Ujar Andra.

Zara melirik pada Andra yang ternyata masih menatap nya. "Kak Andra bisa pergi?"

"Lo ngusir gue?"

"Bukan, Zara---Zara cuma gak mau kalau---"

"Kalau apa? Kalau Zico lihat? Atau kalau di sini ada mata-mata Zico, gitu?" Andra memotong santai.

"Zara cuma gak mau ada keributan. Kak Zico bisa aja nyakitin kak Andra lagi."

Andra terkekeh pelan, lantas tangan nya mengacak rambut Zara gemas. "Pukulan Zico itu emang sakit. Tapi gue masih kuat buat nahan nya. Jadi lo gak usah khawatir ya."

"Siapa yang khawatir?" Zara mengerutkan dahi nya tidak suka, seraya menepis tangan Andra.

"Zara itu khawatir sama kak Zico, bukan sama kakak."

Wajah Andra berubah datar, namun bibir nya terus mengulas senyum dengan mata tidak berkedip menatap gadis manis di hadapan nya.

"Sayang ya, cewek secantik lo harus terperangkap sama cowok iblis kayak Zico." Andra bersuara rendah, seraya menghela napas.

"Gue rasa Tuhan salah menempatkan takdir lo. Harus nya, lo gak di pertemukan dengan Zico lebih dulu. Karna mungkin aja, lo bisa bertemu dengan orang yang lebih baik dari dia."

"Kak Andra ngomong apa sih?" Zara bersuara tidak suka.

"Apa urusan nya takdir Zara sama kak Andra? Kak Andra sendiri tau, kalau kak Zico itu iblis, kenapa kak Andra masih cari masalah sama iblis itu? Kala---"

"Karna di samping iblis itu ada bidadari." Sela Andra dengan santai.

Zara terdiam, sorot mata nya seakan terkunci oleh mata cowok di hadapan nya itu.

[ 2Z Series 3] OBSESSION LOVE 2 (Tersedia di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang