1

340 23 1
                                    

"Dear, apakah semua sudah siap?" Tanya Helena Granger pada Ginny yang membantu Hermione berdandan untuk upacara dan pesta pernikahannya dengan musuhnya sendiri saat sekolah, Draco Malfoy.

"aku masih menyempurnakannya," jawab Ginny yang tengah menggunakan kerudung pernikahan gaun Hermione.

"Helena, dokter Rick sudah datang dan kamu harus menyambutnya," ujar ayah Hermione yang muncul di pintu. "Oh dear! Kamu sangat cantik!" seru Richard memuji kecantikan Hermione.

"Thanks dad," balas Hermione dengan senyum lebar yang menunjukkan kebahagian.

Pernikahan Hermione dengan Draco Malfoy adalah sesuatu yang di luar dugaan semua orang karena semua tahu bahwa mereka berdua adalah musuh yang selalu bersaing di segala bidang kecuali olahraga. Hermione yang selalu memimpin nilai dan Draco mengikutinya kemudian dipilih menjadi ketua murid yang mengharuskan mereka berdua selalu bersama dan disanalah muncul benih-benih cinta sehingga mereka memutuskan untuk melakukan pernikahan di usia yang sangat muda, 20 tahun.

Pernikahan yang tentu saja mendapatkan penolakan dari keluarga Draco yang merupakan keluarga bangsawan. Draco melawan dan mengacuhkan penolakan keluarganya. Mereka tetap melangsungkan pernikahannya. Harry Potter yang merupakan sahabat Hermione pun pada awalnya menolak Draco pada akhirnya menerima demi kebahagiaan Hermione.

"Hey, apakah sudah ada kabar tentang Draco?" Tanya Harry tiba-tiba saat masuk ke dalam ruangan berhias. Semua mata tertuju pada Harry yang tampak cemas. "Ini sudah lewat 20 menit dari rencana kedatangannya," tambah Harry.

"Yang benar saja?" Hermione jadi ikut cemas dan ia segera saja mengambil telepon genggamnya dan ia mencoba menghubungi Draco. Tapi nomernya berada diluar jangkauan. Tidak aktif. Seketika saja Hermione lemas dan terduduk lesu.

"Hermione," Ginny mencoba menyadarkannya.

"Memang dari awal ini tidak mungkin," ujar Hermione lemas.

"Mungkin Draco terjebak macet, Mione," Harry mencoba positif.

"Hermione," tiba-tiba saja suara Ron terdengar dari arah pintu masuk dan semua orang menoleh padanya.

"Baru saja Zabini menghubungiku. Draco tidak akan datang," ujar Ron lemas dan saat itu dunia Hermione menggelap. Hermione tampak sadar tapi jiwa raganya tidak bersatu. Ia terkejut sekaligus kecewa.

"I will always choose you, Mione. You are the apple of my eye. You the reason," Hermione teringat pada ucapan Draco di suatu waktu saat mereka menghabiskan malam berdua saja. Saat itu saat dimana dunia terasa hanya milik mereka berdua saja.

"You're a liar, Draco," lirih Hermione dalam pelukan ibunya yang tengah menenangkannya. Kenyataan ini terlalu menyakitkan.

You make my heart bleeding.

***

10 tahun kemudian.

"Drake, Drake," berkali-kali Blaise memanggil Draco yang tengah mengikuti rapat harian pimpinan. Draco tengah menyelam pikiran sangat dalam sehingga tidak memperhatikan rapat yang tenagn ia ikuti.

"Ya?" Draco tersadar dari lamunannya dan kembali memfokuskan diri di rapat penting pimpinan. Rapat kembali dialnjutkan dan Draco tidak melamun lagi.

"Drake, kamu baik-baik saja?" Tanya Blaise selesainya rapt berlangsung.

"Tidak baik-baik saja. Aku lelah," jawab Draco lesu.

"apakah ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanya Blaise khawatir yang dibuat-buat.

"menjijikan, mate," timpal Draco seraya melengang meninggalkan Blaise yang terkekeh di tempatnya.

Draco kembali ke ruang kerjanya yang kini menjabat sebagai Presiden Direktur perusahaan keluarganya yang sudah dipimpinnya selama 10 tahun. Ia duduk dan seperti biasa ia melempar pandangan keluar jendela. Matanya disuguhi oleh pemandangan kota yang teratur dan megah. Gedung-gedung tinggi yang artisitik memanjakan pandangannya. Tapi, itu tak membuatnya merasa nyaman dan senang. Meski semua yang ia dapatkan kini adalah buah dari hasil kerja keras serta pengorbanan yang ia lakukan. Ia mengambil ponsel lamanya dan kemudian memutarkan rekaman voice mail.

Forever My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang