Part 1

16 6 0
                                    

“ali, ali sini nak” ayah ali memanggil

“ada apa yah?” kata ali

“sini ayah kasih tau”

“kasih tau apa yah?”

“sekarang kamu kelas berapa sih nak?”

“astagfirullah ayah, sama anak sendiri lupa”

“kan ayah sudah tua, sudah semestinya ayah pikun”

“ayah ini ada ada saja. Ini diminum” kata umi dengan membawakan ali dan ayah teh

“terimakasih umi”

“apa sih yang enggak buat anakku yang sholeh”

“haduh umi, gimana yah”

“kamu lulus SMA mau lanjut dimana”

“maunya sih kuliah dulu yah, ali mau ambil jurusan kedokteran”

“bagus itu nak, ayah setuju mau jadi dokter apa?”

“pengennya sih dokter kandungan sih yah”

“astagfirullah, kandungan nak?”

“iya yah emang kenapa?”

“enggak papa sih nak, Cuma ayah terkejut saja, kan dokter kandungan identic sama wanita, memeriksa kehamilan, kamu aja salaman sama umi ragu ragu, apa lagi pegang perutnya orang”

“iya juga ya yah. Yaudah jadi dokter umum aja deh yah, biar aku tetep bisa jaga diri, dan tidak perlu memegang yang bukan mahramku”

“ini baru anak ayah”

“oh iya yah, besok aku berangkat sekolah naik motor sendiri ya, bosen lah dianter sama sopir mulu”

“jangan pakai motor nak, pakai mobil ayah saja”

“serius yah?”

“iya “

“alhamdulillah”


Keesokan harinya …

Cinta dalam Diam (love in quite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang